Mengajar Peranan perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma tahun

h. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial, baik dalam kelas maupun di luar kelas. i. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut. Undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 pada Bab III pasal 7 ayat1 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia. c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas. d. Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. e. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 2. Secara implisit Nouwen 1998: 17 mengatakan bahwa profesi keguruan idealnya bukan sekedar suatu pekerjaan atau tugas eksternal melainkan sungguh merupakan manifestasi dari suatu dorongan batin internal pribadinya. Demikian dalam aktivitas profesionalnya, guru memang harus cakap dalam membuat desain program dan keterampilan untuk mengkomunikasikan program kepada anak didik. Namun lebih jauh dari itu, keduanya mesti digerakkan oleh minat dan kompetensinya. Kemampuan yang sepenuhnya harus dikuasai oleh guru yang bertaraf profesional Nana Sudjana, 1989: 20-22 meliputi: 1 Kemampuan merencanakan program belajar mengajar Sebelum membuat perencanaan belajar-mengajar, guru terlebih dahulu harus mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut, dan menguasai secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terdapat dalam perencanaan belajar mengajar. Kemampuan merencanakan belajar-mengajar merupakan muara dari segala pengetahuan, teori, keterampilan dasar, dan pemahaman yang mendalam tentang objek belajar dan situasi pengajaran. 2 Melaksanakan mengelola proses belajar mengajar Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun dalam perencanaan. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar- mengajar dihentikan-ataukah diubah metodenya, apakah mengulang dahulu pelajaran yang lalu, manakala para siswa belum dapat mencapai tujuan pengajaran. Maka kemampuan mengelola proses belajar-mengajar tidak mungkin diperoleh tanpa mengalaminya langsung. 3 Menilai kemajuan proses belajar mengajar Setiap guru harus dapat melakukan penilaian tentang kemajuan yang dicapai para siswa, baik secara iluminatif observatif maupun secara struktural-objektif. Penilaian secara iluminatif observatif dilakukan dengan pengamatan yang terus menerus tentang perubahan dan kemajuan yang dicapai siswa. Sedangkan penilaian secara struktural- obyektif berhubungan dengan pemberian skor angka atau nilai yang biasa dilakukan dalam rangka penilaian hasil belajar siswa. 4 Menguasai bahan pelajaran Guru yang bertaraf profesional penuh mutlak harus menguasai bahan yang akan diajarkannya. Adanya buku pelajaran yang bisa dibaca siswa, tidak berarti guru tak perlu menguasai bahan. Memang guru bukan maha tahu tapi guru dituntut pengetahuan yang luas dan mendalami keahliannya atau mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Dari berbagai pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang dengan sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum Uzer Usman, 1995: 14. Maka guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal Uzer Usman, 1995: 15.

3. Metode Mengajar Hasibuan, 1986 : 13-31

Menghadapi peserta didik dengan berbagai keragaman latar belakang dan juga kemampuan menerima suatu pelajaran memang membutuhkan perhatian khusus. Seorang guru perlu menyesuaikan metode mengajar dengan materi dan juga keadaan peserta didik, oleh karena itu guru perlu menguasai berbagai metode mengajar, antara lain: a. Metode Ceramah metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Metode ceramah ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian. Kelemahannya adalah bahwa siswa cenderung pasif, pengaturan kecepatan ditentukan oleh pengajar, kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap, dan cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir. b. Metode Tanya-jawab Dalam proses belajar-mengajar, bertanya memegang peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan teknik pengajuan yang tepat akan: 1 meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. 2 membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan. 3 mengembangkan pola berpikir dan belajar aktif siswa, sebab berpikir sendiri adalah bertanya. 4 menuntun proses berpikir siswa, sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik. 5 memusatkan perhatian murid terhadap masalah yang sedang dibahas. c. Metode Diskusi Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi, mempertahankan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa kelompok-kelompok siswa untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. d. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok adalah salah satu strategi belajar-mengajar yang memiliki kadar Cara Belajar Siswa Aktif CBSA. Tetapi pelaksanaannya menuntut kondisi serta persiapan yang jauh berbeda dengan format belajar-mengajar yang menggunakan pendekatan ekspositorik, misalnya ceramah. Bagi mereka yang belum terbiasa dengan penggunaan metode ini, dan masih terbiasa dengan pendekatan ekspositorik, memerlukan waktu untuk berlatih. e. Metode Simulasi Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja dari kata stimulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation yang artinya tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. simulasi bertujuan untuk: melatih keterampilan tertentu, baik yang bersifat profesional, maupun bagi kehidupan sehari-hari, untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip, untuk latihan memecahkan suatu masalah. bentuk simulasi antara lain: sosiodrama, permainan, dan dramatisasi. f. Metode Demonstrasi Demonstrasi sebagai metode mengajar adalah bahwa seorang guru, atau seorang demonstrator orang luar yang sengaja diminta, atau seorang siswa memperlihatkan kepada seluruh kelas suatu proses, misalnya: bekerjanya suatu alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

4. Keterampilan dasar mengajar

Guru merupakan pelaksana pendidikan yang berperan aktif dalam menyampaikan suatu pengetahuan kepada peserta didik, oleh sebab itu seorang guru perlu memiliki strategi dan keterampilan khusus sebagai penunjang keberhasilan suatu pengajaran, keterampilan yang perlu dimiliki seorang guru antara lain : a. Keterampilan memberi penguatan : memberikan penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespons secara positif suatu tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. b. Keterampilan bertanya: bertanya merupakan ucapan verbal yang meminta respons dari seseorang yang dikenai. Respons yang diberikan dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil pertimbangan. Keterampilan bertanya menjadi penting jika dihubungkan dengan pendapat yang mengatakan “ berpikir itu sendiri adalah bertanya”. Jadi bertanya merupakan stimulus efektif yang mendorong kemampuan berpikir. c. Keterampilan menggunakan variasi : menggunakan variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar-mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta berperan serta secara aktif. d. Keterampilan menjelaskan : menjelaskan berarti menyajikan informasi lisan yang diorganisasikan secara sistematis dengan tujuan menunjukkan hubungan. Penekanan memberikan penjelasan adalah proses penalaran siswa, dan bukan indoktrinasi. e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran : membuka pelajaran diartikan dengan perbuatan guru untuk menciptakan suasana siap mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat kepada apa yang akan dipelajari. Menutup pelajaran adalah kegiatan guru untuk mengakhiri kegiatan inti pelajaran. Maksudnya adalah memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa, mengetahui tingkat pencapaian siswa, dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. f. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan : mengajar kelompok kecil dan perorangan diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks belajar mengajar yang hanya melayani 3-8 siswa untuk kelompok kecil, dan hanya seorang untuk perorangan. Pada dasarnya bentuk pengajaran ini dapat dikerjakan dengan membagi kelas dalam kelompok- kelompok yang lebih kecil. g. Keterampilan mengelola kelas : keterampilan mengelola kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikan ke kondisi yang optimal jika terjadi gangguan, baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan kegiatan remedial. h. Keterampilan membimbing diskusi kelopok kecil : diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dengan melibatkan sekelompok siswa dalam interaksi tatap muka kooperatif yang optimal dengan tujuan berbagai informasi atau pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah.

C. GAMBARAN UMUM PRODI IPPAK

1. Sejarah Singkat Pada tahun 1959 Majelis Agung Wali Gereja Indonesia sekarang KWI merencanakan usaha-usaha untuk meningkatkan pelayanan di bidang pendalaman hidup beriman dan untuk memperbarui pelaksanaan katekese di Indonesia. MAWI menyerahkan rencana tersebut kepada P.C. Carry, SJ. Pada tahun 1960 P. Haselaars SJ. Mendirikan Pusat Kateketik dengan kegiatan-kegiatan antara lain: menerbitkan buku-buku, mengadakan penataran para guru dan ceramah-ceramah untuk kelompok-kelompok kategorial lainnya. Pada saat itu telah disadari bahwa kurangnya tenaga-tenaga lapangan yang terdidik dapat memperlambat usaha memperbarui katekese. Maka pada tanggal 1 Agustus 1962 didirikanlah YAYASAN AKADEMI KATEKETIK KATOLIK INDONESIA AKKI yang menyelenggarakan pendidikan tinggi kateketik dan disahkan dengan akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, nomor 3 tanggal 3 April 1964 di Yogyakarta. Pusat kateketik beserta AKKI pada mulanya bertempat di jl. P. Senopati 20 Yogyakarta. Pada tahun 1968 atas prakarsa bapak Justinus Kardinal Darmoyuwono Pr, kedua lembaga tersebut menempati gedung sendiri di jl. Abubakar Ali no 1, Yogyakarta. Tempat yang baru ini dapat memenuhi kebutuhan akan ruang-ruang kuliah, perpustakaan dan ruang baca, kesekretariatan, kantor kerja staf, laboratorium audio visual, sanggar-sanggar kesenian, aula, raung pameran, dan ruang rekreasi. Pada tanggal 11 Mei 1965 AKKI memperoleh status terdaftar dari menteri PTIP dengan SK No.108B.SwtPP65. Pada tahun 1966 diselenggarakan ujian tingkat Sarjana Muda untuk pertama kalinya. Setelah beberapa kali menyelenggarakan ujian Negara, pada tanggal 31 Desember 1969 AKKI memperoleh kenaikan status dari terdaftar menjadi diakui dari Menteri P dan K dengan SK No.0170 Tahun 1969. Pada tahun 1969 dibuka tingkat sarjana lengkap yang mendorong perubahan nama lembaga. Maka pada tanggal 31 Maret 1971 dengan Akte Notaris R.M. Soerjanto Partaningrat SH, AKKI berubah nama menjadi SEKOLAH TINGGI KATEKETIK PRADNYAWIDYA. Pada tanggal 23 Juni 1971 tingkat sarjana SEKOLAH TINGGI KATEKETIK PRADNYAWIDYA memperoleh status terdaftar dari Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen P dan K dengan SK No.227DPTB71. Pada semester gasal tahun akademik 1984-1985 dilaksanakan proses perubahan jenjang dan program pendidikan , serta dilakukan penataan kembali nama Unit Jurusanprogram studi dengan status diakui di lingkungan koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V, DIY. Berdasarkan proses itu, Sekolah Tinggi Kateketik Pradnyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu sarjana muda dan sarjana penuh dipadukan ke dalam bentuk baru berupa program sarjana satu S1 dengan nama SEKOLAH TINGGI FILSAFAT KATEKETIK PRADNYAWIDYA. Program sarjana satu ini berstatus diakui dengan SK Mendidkbud No. 04301985 tertanggal 28 Januari 1985. STFK Pradnyawidya memperoleh penetapan kembali status diakui pada tanggal 14 Mei 1986 dengan SK Mendikbud No. 036201986. Pada tahun akademik 19911992, tepatnya tanggal 26 Desember 1991, STFK Pradnyawidya memperoleh status disamakan dengan SK No. 66001991. Dengan adanya peraturan dari pemerintah bahwa hanya lulusan dari LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan atau yang memiliki akta mengajar dapat secara sah menjadi guru, maka STFK Pradnyawidya memerlukan perubahan jalur dari jalur non kependidikan menjadi jalur pendidikan. Perubahan tersebut mengantar STFK Pradnyawidya ke dalam proses merger kepada FKIP USD. Setelah melalui proses merger yang cukup lama, berdasar SK Mendikbud No 08DO1995 tertanggal 14 Februari 1995 STFK Pradnyawidya berubah menjadi Fakultas Ilmu Pendidikan Agama FIPA, Jurusan Pendidikan Agama Katolik, Program studi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma dengan ststus disamakan. Berdasarkan SK BAN PT Depdikbud RI No 002BAN-PTAK-IIXII1998 tertanggal 22 Desember 1998 FIPA USD telah terakreditasi dengan mendapat nilai B. Pada Tahun 1999, pemerintah mengadakan penataan kembali nama- nama program studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA USD berubah menjadi program studi dengan nama program studi “Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” IPPAK dan menjadi bagian FKIP USD. Pada tahun 2003 IPPAK mengajukan akreditasi. Berdasarkan SK BAN PTAk-VIIS1IV2004 IPPAK mendapat peringkat A. Pada tahun 2008 IPPAK kembali mengajukan akreditasi Berdasarkan SK BAN PT Depdiknas RI nomor 015BAN-PTAk-XIIS1VI2009 IPPAK kembali mendapat peringkat A.

2. Visi

Terwujudnya Gereja yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat.

3. Misi

Rumusan Misi Prodi IPPAK dapat dinyatakan : 1 Mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang memasyarakat. 2 Mengembangkan Karya Katekese dalam Gereja demi masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat. Misi tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1 Menghasilkan katekis yang mempunyai integritas, kritis, dewasa, bisa diandalkan Gereja, mampu mendampingi dalam pencarian makna, dan mampu memberikan jawaban yang tegas dalam soal-soal iman. 2 Menyelenggarakan pendidikan kaum muda untuk menjadi pendidik iman yang akrab, informal dalam kebebasan, dengan pendekatan cura personalis, dialogal, reflektif dan berpusat pada mahasiswa. 3 Membina katekis yang mampu mendampingi dalam pencarian makna. 4 Mengembangkan ilmu kateketik yang dapat membangun Gereja dan masyarakat. 5 Membangun jejaring sosial yang sinergis dalam mengembangkan masyarakat. 6 Membangun kerja sama dengan sekolah, stakeholder, prodi sejenis dan alumni. 7 Membuat buku pegangan pengajaran. 8 Menerbitkan karangan-karangan kateketis. 9 Ikut serta dalam percaturan kateketik nasional. 10 Menyediakan nara sumber bagi keperluan kateketis nasional. 11 Memikirkan dan mengembangkan katekese yang berbasis ICT, kontekstual dan kontemporer.

4. MOTTO

Mewujudkan katekis yang Pradnya-Widya Bijaksana dan Berilmu

D. PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN PPL PENDIDIKAN

AGAMA KATOLIK PAK PENDIDIKAN MENENGAH 1. Pengertian Program Pengalaman Lapangan PPL Pendidikan Agama Katolik PAK Pendidikan Menengah Program Pengalaman Lapangan PPL yaitu aplikasi teorri dalam bentuk kerja nyata di lapangan panduan Program studi IPPAK, 2010: 15. PPL adalah kegiatan akademik yang berupa aplikasi dan praktik teori-teori pendidikan pada umumnya dan teori-teori Pendidikan Agama Katolik PAK di sekolah-sekolah dan teori-teori Pendidikan Agama Katolik PAK Paroki di lingkungan-lingkungan di dalam suatu Paroki yyang ditunjuk. Program Pengalaman Lapangan PPL merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti oleh setiap mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik IPPAK yang dilaksanakan pada jenjang Pendidikan Menengah antara lain: Sekolah Menengah Atas SMA, Sekolah Menengah Kejuruan SMK dan Sekolah Menengah Pertama SMP. Program pengalaman Lapangan PPL adalah suatu program praktikum bagi mahasiswa calon guru, yang dirancang untuk melatih mahasiswa agar menguasai kemampuan dan keterampilan keguruan dan persekolahan pada umumnya secara menyeluruh dan terintegrasi. Maka program ini mencakup baik latihan mengajar maupun kegiatan-kegiatan persekolahan lainnya di luar mengajar yang menunjang pengetahuan dan keterampilan yang harus dimengerti oleh seorang guru. PPL Pendidikan Agama katolik Pendidikan Menengah PAK PM merupakan program praktikum bagi mahasiswa calon Guru Agama Katolik. Sebagai kelanjutan dari PPL SD , PPL PAK SM diarahkan untuk membantu mahasiswa agar semakin mengembangkan keahliannya dalam pengajaran PAK serta dalam kegiatan kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Kuliah ini merupakan program pengalaman lapangan mahasiswa dalam melaksanakan pendidikan agama Katolik di jenjang pendidikan menengah yang meliputi,

Dokumen yang terkait

Analisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 lulusan tahun 2015.

0 0 2

Peranan keterlibatan hidup menggereja bagi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik dalam rangka menanggapi panggilan sebagai katekis.

1 36 153

Pengaruh mata kuliah program pengalaman lapangan pendidikan Agama Katolik paroki terhadap panggilan mahasiswa menjadi seorang Katekis di program studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3 45 136

Pengaruh Ekaristi terhadap perkembangan hidup rohani mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan KeKhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma sebagai calon katekis.

2 20 241

Peranan doa meditasi bagi peningkatan penghayatan hidup rohani para mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

0 5 168

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

0 1 2

Efektivitas penerapan kegiatan presentasi mata kuliah terhadap perkembangan kepercayaan diri mahasiswa di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta

0 2 118

Peranan teater rakyat dalam memperkembangkan kesadaran sosial mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 0 131

Upaya pengembangan pendampingan spiritualitas mahasiswa-mahasiswi calon katekis di Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma - USD Repository

0 1 230

Peranan perencanaan pengajaran bagi pelaksanaan mengajar mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Pendidikan Agama Katolik (PAK) pendidikan menengah Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK) Sanata Dharma tahun ajaran 20

0 1 107