Hakekat Tujuan Pembelajaran Sosiologi

129 selaras dengan harapan Kurikulum 2013. Tahapan mendasar tersebut adalah menanamkan pemahaman yang benar dan menyeluruh tentang:

1. Hakekat Tujuan Pembelajaran Sosiologi

Pemahaman tentang hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi harus ditekankan pada guru sosiologi secara menyeluruh dan benar. Pemahaman tersebut akan menentukan “bagaimana guru mengajarkan sosiologi” di kelas. Paradigma yang keliru dalam mengajarkan sosiologi di SMA selama ini merupakan akibat dari pemahaman yang rendah, tidak utuh bahkan salah tentang hakekat dan tujuan pembelajaran sosiologi di SMA. Menurut pandangan penulis, beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya pemahaman guru sosiologi SMA atas hakekat dan tujuan tersebut adalah: a. Kurangnya kesadaran Guru untuk membaca dan memahami secara utuh dokumen kurikulum pembelajaran pada bagian hakekat dan tujuan pembelajaran sosiologi. Pemahaman hakekat dan tujuan dianggap bukan hal penting dan hanya fokus pada materi pembelajaran. Penelusuran penulis atas dokumen-dokumen kurikulum menemukan bahwa sejak pertama kali mata pelajaran sosiologi masuk dalam kurikulum pendidikan tingkat SMA Kurikulum 1984 hingga kurikulum terbaru Kurikulum 2013, hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi sudah dirumuskan dengan baik dan benar sesuai keilmuan sosiologi. Namun kenyataannya di lapangan guru banyak yang tidak memahami secara benar hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi, maka tidak mengherankan jika proses pembelajaran sosiologi tidak sesuai yang diharapkan seperti yang terjadi sekarang ini. b. Guru-guru sosiologi SMA di seluruh Indonesia saat ini masih didominasi oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang sosiologi baik sosiologi murni maupun pendidikan sosiologi. Hal ini mengakibatkan mereka kesulitan untuk memahami hakekat dan tujuan pembelajaran sosiologi secara benar dan menyeluruh karena dasar keilmuan mereka yang tidak sinkron, seperti misalnya mata pelajaran sosiologi yang diajarkan oleh guru berlatar belakang PPKn, sejarah, seni bahkan geografi. c. Kondisi pada point a dan point b di atas kemudian mengakibatkan cara mengajar guru sosiologi di SMA tidak mampu menumbuhkan imajinasi 130 sosiologi pada siswa yang diajarnya. Padahal WrightMills dalam Robet 2014 menegaskan bahwa tujuan belajar sosiologi adalah untuk mendapatkan imajinasi sosiologi. Dengan memiliki imajinasi sosiologis, seseorang yang belajar sosiologi bisa memahami setiap gejala sosial yang ada dalam kehidupan masyarakat. Dengan memahami gejala sosial yang terjadi maka seseorang akan memiliki kesadaran individual dan sosial, memiliki kepekaan dan kepedulian sosial, peka dan peduli terhadap masalah-masalah sosial dan tanggungjawab pemecahannya dan memiliki kesadaran bahkan tergerak untuk melakukan pemberdayaan sosial. Hal-hal tersebut pulalah yang sesungguhnya menjadi hakikat orientasi pembelajaran sosiologi SMA dalam kurikulum 2013. Dengan demikian maka pemahaman hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi mutlak harus tertanam pada jiwa setiap guru sosiologi di SMA. Ketika hal tersebut sudah terwujud maka harapannya guru sosiologi SMA akan mengajarkan materi sosiologi yang benar dengan cara yang benar pula sehingga akan tumbuh kepekaan dan kepedulian sosial pada siswa SMA sebagai nurturent effect pembelajaran sosiologi SMA. Maka dengan kondisi seperti itu, sesungguhnya guru sosiologi SMA tidak akan mengalami kesulitan untuk mengaitkan bahkan mengaplikasikan pendidikan karakter bangsa dalam pembelajarannya atau dalam konsep Kurikulum 2013 direpresentasikan pada KI 1 dan KI 2 mata pelajaran sosiologi. Dalam dokumen Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa KI 1 dan KI 2 yaitu keterampilan sosial dan menumbuhkan sikap religius dan etika sosial yang merupakan indirect teaching yang menyertai setiap kegiatan pembelajaran sangat selaras dengan hakikat dan tujuan pembelajaran sosiologi.

2. Kompetensi Yang Akan Dicapai Melalui Pembelajaran Sosiologi