Rangkuman Modul GP Sosiologi KK B

39 PARADIGMA PERILAKU SOSIAL NO TEORI TOKOH CONTOH FENOMENA 1. 2.

F. Rangkuman

Status Paradigma Sosiologi Sosiologi lahir di tengah pergulatan antara ilmu filsafat dan psikologi. Pergulatan ini membawa kepada sintesis baru yang khusus melihat entitas manusia yang terhimpun dalam kelompok-kelompok masyarakat. Pada awalnya sosiologi diperlakukan sebagai fisika sosial oleh pendirinya Auguste Comte, kemudian mindset itu dirubah oleh Emile Durkheim dengan melepaskan tarik menarik di antara dua kutub utama tadi melalui karyanya Suicide dan The Role of Sociological Method. Paradigma sebenarnya Kuhn dimunculkan untuk menantang asumsi ilmuwan yang berlaku saat itu, bahwa ilmu pengetahuan berdiri secara kumulatif. Kuhn menjelaskan bahwa adanya paradigma saat ini merupakan bagian dari benturan panjang antara paradigma yang lama dengan berbagai proses yang dilaluinya. Kuhn sendiri mengajukan dua puluh satu jenis paradigma yang kemudian diredupsi oleh Masterman menjadi tiga bagian besar, antara lain paradigma metafisik, paradigma sosiologis, dan paradigma konstruk. Ritzer sendiri mengemukakan sintesisnya pada pengertian paradigma sebagai pandangan yang mendasar tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Paradigma fakta sosial secara umum merupakan terminologi yang diadopsi dari karya Durkheim mengenai fakta sosial. Menurut Durkheim, fakta sosial terdiri dari dua macam yakni dalam bentuk material dan dalam bentuk non material. Menurut Blau, ada dua tipe dasar dari fakta sosial, yakni nilai- nilai umum dan norma yang terwujud dalam kebudayaan atau dalam sub kultur.Dalam paradigma fakta sosial teori-teori yang tercakup di dalamnya 40 antara lain teori fungsionalisme struktural, teori konflik, teori sistem, dan teori makro. Penganut paradigma fakta sosial cenderung menggunakan metode kuesioner dan interview dalam penelitian empirisnya. Paradigma yang kedua adalah definisi sosial, yang nampaknya lebih diwarnai oleh pemikiran Weber tentang tindakan sosial, yakni tindakan sosial murni, tindakan berorientasi tujuan, tindakan yang dibuat-buat, dan tindakan atas dasar kebiasaan. Adapun paradigma ini mengakumulasi teori aksi, interaksionisme simbolik, dan fenomenologi sebagai bagian daripadanya. Penganut paradigma ini lebih merasa nyaman menggunakan metode observasi dalam penelitian mereka. Paradigma Perilaku Sosial Paradigma yang terakhir adalah perilaku sosial, yang lebih didominasi oleh arus pemikiran B. F. Skinner yang mencoba menerjemahkan prinsip-prinsip psikologi aliran behaviorisme ke dalam ilmu sosiologi. Perilaku sosial memusatkan perhatiannya pada bermacam obyek sosial juga obyek non sosial. Adapun teori yang tergabung dalam paradigma ini antara lain behavioral sociology dan teori exchange. Perbedaan Antar Paradigma Suatu Penilaian Sebenarnya yang menjadi titik perbedaan pada tiga paradigma di atas bukanlah mengenai keragaman pandangan para sosiolog, tetapi terletak pada pokok persoalan yang dikaji. Ritzer sendiri membuat sebuah skema yang menerangkan posisi variabilitas pada masing-masing paradigma, pada paradigma perilaku sosial variabelnya bersifat individual, pada paradigma defisini sosial variabelnya bersifat individual grup, dan pada paradigma fakta sosial variabelnya bersifat grup. Untuk menuju paradigma sosiologi yang terpadu, Ritzer menyadari bahwa pembedahan teori dan kecenderungan arah berpikir sosiolog yang ia temukan dalam tiga paradigma, masing-masing membuat posisi paradigma menguat seiring dengan bertambahnya jumlah pengusung, serta pengokohan bangunan paradigma yang diusung. Setiap paradigma berada pada dimensi yang ekslusif subyektif sehingga meredupsi peran yang dapat pula diberikan oleh paradigma lainnya dalam memandang realitas sosial. Ritzer mengemukakan bahwa dalam upaya menuju paradigma sosiologi yang terpadu, entah kapan itu akan terwujud, sebaiknya mampu mengakomodir aras generasi yang dilalui oleh ketiga paradigma tersebut, 41 yang diharapkan mampu menjelaskan kesatuan makro obyektif seperti birokrasi, struktur makro subyektf seperti kultur, fenomena mikro obyekfi seperti pola-pola interaksi sosial, dan juga fakta-fakta mikro subyekfi seperti proses pembentukan realitas. Sebenarnya tidak hanya Ritzer seorang yang mengemukakan paradigma dalam ilmu sosiologi, ilmuwan sosial lainnya juga memiliki pembagian teorisasi sosiologi yang didasarkan pada cara pandangnya masing-masing.

G. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT