31 yang tinggi terhadap efek dari perubahan-perubahan tingkah laku aktor yang
ditimbulkan dengan sengaja didalam eksperimen itu Ritzer menemukan perbedaan antara ketiga paradigma sosiologi itu
bersifat estetis. Perbedaan ini sesuai dengan pengalaman penelitian dilapangan. Berbagai komponen dalam masing-masing paradigma saling
menyesuaikan diri kearah hubungan yang makin harmonis. Keseluruhan pendekatan teoritis dalam masing-masing paradigma
diakui sebagai persamaan yang medasar, meskipun terdapat perbedaan dalam orientasi teoritis. Metode yang disukai oleh masing-masing
paradigma, jelas sekali salng berpautan dengan masing-masing paradigma. Karena itu menurut Ritzer, paradigma yang ada dalam sosiologi itu saling
berhubungan satu sama lain dengan demikian akan melemahkan sebagian besar dasar-dasar perbedaan yang ada sekarang. Ada memang perspektif
yang tak dapat dikategorikan. Di antaranya adalah teori penting yang laihir dari aliran Frankfurt yang menentang klasifikasi. Teori ini menggambarkan
dasar bagi kemunculan paradigma keempat. Yang lainny adalah semakin meningkatnya arti penting dari aliran biologi dalam sosiologi.
5. Perbedaan Paradigma Sosiologi Sekarang dan di Masa Datang
Sosiologi dewasa ini secara radikal terbagi dalam tiga paradigma yang saling bersaingan. Masing masing berjuang mencapai dominasi. Pada
waktu bersamaan ketiganya berkompetisi untuk memperoleh keunggulan dalam sub-area yang berdekatan dalam sosiologi. Tak ada pendukung
paradigma tertentu yang bebas dari keritik penganut paradigma lainnya. Adapun yang menjadi implikasi dari kemajemukan paradigma tersebut
terhadap sosiologi modern dewasa ini. Ritzer menduga sebagian besar sosiolog tidak menyadari ujud
perbedaan yang mendasar dalam sosiologi itu. Sebagian besar sosiolog dimasa lalu percaya perbedaan antara teori konflik dan teori fungsionalisme
struktural merupakan perbedaan yang mendasar dalam sosiologi. Konklusi paling umum ialah bahwa dalam waktu dekat akan terjadi
perdamaian paradigma sosiologi. Dalam waktu singkat nampaknya tak aka nada
paradigma dominan
dalam sosiologi.
Alasannya banyak.
Pertama, jarang terjadi suatu ilmu didominasi oleh satu paradigma saja.
32 Kedua, meskipun penganut masing-masing paradigma menyatakan mampu
menyelesaikan segenap persoalan sosiologi, namun pendekatan mereka rupanya hanya cocok untuk bidang realitas sosial tertentu saja.
Ketiga, dan terpenting, karena kesetiaan yang fanatic penganut paradigma itu terhadap politik dan tujuan paradigmanya masing-masing belum terlihat
langkah-langkah yang berarti kearah pengembangan paradigma tunggal sampai saat ini karena kebanyakan sosiolog lebih beketetapan hati terhadap
paradigma yang mereka anut daripada pengembangan pemikiran sosiologisnya. Komitmen utama mereka ialah untuk memenangkan
paradigma yang mereka anut. Untuk memahami ketiga paradigma, paradigma fakta sosial,
paradigma prilaku sosial dan paradigma defenisi sosial secara mendalam kita harus mempelajari strukturnya, norma-norma dan nilai-niali yang
dilipatnya seperti, definisi situasi dan akibat tindakan dari sosiolog penganut masing-masing paradigma itu. Suatu paradigma sosiologi mencakup
struktur, institusi, defenisi situasi, tindakan dan kemungkinan perulangan tindakan. Berdasarkan kenyataan ini kita memerlukan seluruh paradigma.
6. Jembatan Paradigma :