2.4.2.1 Aplikasi Sampling Kerja Untuk Penetapan Waktu Baku
Seperti telah diketahui bahwa studi sampling kerja akan dapat menjawab beberapa hal antara lain :
a. Persentaseproporsi antara aktivitas dan
idle b.
Penetapan waktu baku kegiatan Sama halnya dalam
Stopwatch Time Study maka disini juga harus diestimasikan terlebih dahulu
performance rating dari operator yang diukur dan waktu longgar yang ada, sehingga waktu baku penyelesaian suatu produk dapat
dinyatakan dalam rumus berikut :
Standard time Total Time x Working x Performance per unit produk =
jam Time Rating x 100
Total number pf pieces produced 100 - Allowance
Wignjosoebroto, 2003
2.5 Faktor Penyesuaian Performance Rating
Dalam melakukan penyesuaiaan Performance Rating berusaha
menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja karyawan pada saat diamati akibat kecepatan kerja karyawan, tingkat keterampilan, lingkungan
dan lain-lain yang berubah-ubah. Faktor penyesuaian dianalisis berdasarkan pengamatan sebelum penelitian berlangsung dan bersifat subyektif tergantung
pada penelitian, tetapi paling tidak diusahakan untuk mendekati kenyataan. Sutalaksana, 2006
Dengan melakukan performance rating ini diharapkan waktu kerja yang
diukur bisa “dinormalkan” kembali. Ketidak normalan dari waktu kerja ini
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
diakibatkan oleh operator yang bekerja secara kurang wajar yaitu bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana semestinya.
Biasanya penyesuaian dilakukan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian.
Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Dalam waktu
yang tidak terlampau lama kita dapat menyatakan, misalnya orang tersebut kerjanya lambat atau sangat cepat. Ini tidak lain berarti kita telah membandingkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain yang wajar, walaupun tidak selalu mudah untuk dinyatakan.
Untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari hasil pengamatan, maka hal ini dilakukan dengan mengadakan penyesuaian yaitu dengan
mengalikan waktu pengamatan rata-rata dengan faktor penyesuaian p. Guna melaksanakan pekerjaan secara normal maka dianggap operator tersebut cukup
berpengalaman pada saat bekerja melaksanakannya tanpa usaha-usaha yang berlebihan sepanjang hari kerja, menguasai cara kerja yang ditetapkan, dan
menunjukkan kesungguhan dalam menjalankan pekerjaannya. Sehubungan dengan faktor penyesuaian dikembangkanlah dengan cara
untuk mendapatkan harga p termasuk cara-cara yang berusaha se-obyektif mungkin. Diantaranya yaitu :
a. Cara pertama adalah cara persentase merupakan cara yang paling awal
digunakan dalam melakukan penyesuaian. b.
Cara Shumard memberikan patokan-patokan penelitian melalui kelas
performansi kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c. Cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap
menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu Keterampilan, Usaha, Kondisi kerja, dan Konsistensi. Dengan pembagian 4
faktor ini pengukur akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerja dilihat dari berbagai segi. Karenanya faktor penyesuaian yang nantinya diperoleh
dapat lebih obyektif. Tabel 2.1. Faktor Penyesuaian Menurut Westinghouse
Faktor Kelas Lambang
Penyusutan Superskill A1 +
0,15 A2 +
0,13 Excellent
B1 + 0,11
B2 + 0,08
Good C1 +
0,06 C2 +
0,03 Average
D 0,00
Fair E1 -
0,05 E2 -
0,10 Poor
F1 - 0,16
Ketrampilan
F2 - 0,22
Excessive A1 +
0,13 A2 +
0,12 Excellent
B1 + 0,10
B2 + 0,08
Good C1 +
0,05 C2 +
0,02 Average
D 0,00
Fair E1 -
0,04 E2 -
0,08 Poor
F1 - 0,12
Usaha
F2 - 0,17
Ideal A +
0,06 Excellent
B + 0,04
Good C +
0,02 Average
D 0,00
Fair E -
0,03 Kondisi
Kerja Poor
F - 0,07
Perfect A +
0,04 Excellent
B + 0,03
Good C +
0,01 Average
D 0,00
Fair E -
0,02 Konsistensi
Poor F -
0.04
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
d. Cara obyektif memperhatikan dua faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat
kesulitan pekerja. Kecepatan kerja adalah dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Disini pengukur harus melakukan penilaian tentang
kewajaran kecepatan kerja yang ditujukan oleh operator. Untuk kesulitan kerja menunjukan berbagi keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut
memerlukan banyak anggota badan, apakah penggunaan tangan, dan lain-lain. Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan cara
Westing house karena cara ini dianggap lebih lengkap dibandingkan cara-cara yang telah disebutkan
diatas. Sutalaksana, 2006.
2.6 Kelonggaran Allowance