Kelonggaran Allowance TINJAUAN PUSTAKA

d. Cara obyektif memperhatikan dua faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan pekerja. Kecepatan kerja adalah dalam melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Disini pengukur harus melakukan penilaian tentang kewajaran kecepatan kerja yang ditujukan oleh operator. Untuk kesulitan kerja menunjukan berbagi keadaan kesulitan kerja seperti apakah pekerjaan tersebut memerlukan banyak anggota badan, apakah penggunaan tangan, dan lain-lain. Pada penelitian tugas akhir ini menggunakan cara Westing house karena cara ini dianggap lebih lengkap dibandingkan cara-cara yang telah disebutkan diatas. Sutalaksana, 2006.

2.6 Kelonggaran Allowance

Kelonggaran ini adalah waktu dimana karyawan melakukan interupsi dari proses berlangsung karena hal-hal tertentu tidak dapat dihindarkan Sutalaksana,2006. Waktu yang dibutuhkan dalam menginterupsi proses yang sedang berlangsung ini dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Kelonggaran untuk membutuhkan pribadi Personal Allowance Yang termasuk kedalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal seperti minum sekedar menghilangkan rasa haus, kekamar kecil, sholat, Bercakap-cakap dengan teman kerja untuk menghilangkan ketegangan ataupun dalam bekerja. Kebutuhan ini jelas terlihat sebagai sesuatu yang mutlak, misalnya : seseorang diharuskan terus bekerja dengan rasa haus atau melarang pekerja untuk sama sekali tidak bercakap-cakap sepanjang jam-jam kerja. Larangan demikian tidak saja merugikan pekerja karena merupakan tuntutan psikologis dan fisologis yang wajar tetapi juga merugikan perusahaan karena dengan kondisi Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. demikian pekerja tidak akan dapat bekerja dengan baik bahkan hampir dapat dipastikan produktivitasnya menurun. 2. Kelonggaran untuk menghilangkan rasa lelah Fatigue Allowance Rasa fatigue tercermin antara lain dari menurunnya hasil produksi baik jumlah maupun kualitas. 3. Rasa lelah atau fatique tercermin antara lain dari menurunnya produktivitas, salah satu ciri-cirinya adalah sering terlambat datang, kurang serius dalam melaksanakan tugasnya, dll. 4. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan Dalam melaksanakan pekerjaannya, karyawan tidak akan lepas dari berbagai hambatan. Ada hambatan yang dapat dihindarkan seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja. Ada pula hambatan yang tidak dapat terhindarkan karena berada diluar kekuasaan pekerjaan untuk mengendalikannya, antara lain : a. Menerimameminta petunjuk kepada kepala bagian b. Menunggu akibat komputer tidak dapat dioperasikan c. Mengganti tinta printer yang sudah habis Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tabel 2.2 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran

A. Tenaga Yang Dikeluarkan

Ekivalen Beban Pria Wanita 1.Dapat diabaikan Bekerja dimeja, duduk Tanpa beban 0,0 – 6,0 0,0 – 6,0 2.Sangat ringan Bekerja dimeja, berdiri 0,00 – 2,25 kg 6,0 – 7,5 6,0 – 7,5 3.Ringan Menyekop, ringan 2,25 – 9,00 7,5 – 12,0 7,5 – 16,0 4.Sedang Mencangkul 9,00 – 18,00 12,0 – 19,0 16,0 – 30,0 5.Berat Mengayun palu yang berat 19,00 – 27,00 19,0 – 30,0 6.Sangat berat Memanggul beban 27,00 – 50,00 30,0 – 50,0 7.Luar biasa berat Memanggul karung berat Diatas 50 kg

B. Sikap Kerja 1.Duduk

Bekerja duduk, ringan 0,00 – 1,0 2.Berdiri diatas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0 – 2,5 3.Berdiri diatas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol 2,5 – 4,0 4.Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan 2,5 – 4,0 5.Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4,0 – 10

C. Gerakan Kerja 1.Normal

Ayunan bebas dari palu 2.Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0 – 5 3.Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 0 – 5 4.Pada anggota-anggota badan terbatas Bekerja dengan tangan diatas kepala 5 – 10 5.Seluruh anggota badan terbatas Bekerja dilorong pertambangan yang sempit 10 – 15

D. Kelelahan Mata Pencahayaan baik

Buruk 1.Pandangan yang terputus-putus Membawa alat ukur 0,0 – 6,0 0,0 - 6,0 2.Pandangan yang hamper terus menerus Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0 – 7,5 6,0 - 7,5 3.Pendangan terus menerus dengan fokus Memeriksa cacat-cacat pada kain 7,5 – 12,0 7,5 - 16,0 berubah-ubah 12,0 – 19,0 16,0 - 30,0 4.Pandangan terus menerus dengan fokus Pemeriksaan yang sangat teliti 19,0 – 30,0 tetap 30,0 – 50,0

E. Keadaan temperatur tempat kerja

Temperatur °C Kelemahan Normal Berlebihan 1.Beku Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12 2.Rendah 0 – 13 10 – 0 12 – 5 3.Sedang 13 – 22 5 – 0 8 – 0 4.Normal 22 – 28 0 – 5 0 – 8 5.Tinggi 28 – 38 5 – 40 8 – 100 6.Sangat tinggi Diatas 38 Diatas 40 Diatas 100

F. Keadaan Atmosfer 1. Baik

Ruang yang berventilasi baik, udara segar 2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan Tidak Berbahaya 0 – 5 3. Kurang Baik Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun tetapi banyak 5 – 10 4. Buruk Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat-alat pernafasan 10 – 20

G. Keadaan lingkungan yang baik 1. Bersih, Sehat, Cerah dengan kebisingan rendah

2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5 – 10 detik 0 – 1 3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0 – 5 detik 1 – 3 4. Sangat bising 0 – 5 5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0 – 5 6. Terasa adanya getaran lantai 5 – 10 7. Keadaan-keadaan yang luar biasa 5 – 15 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Keterangan : Kontras antara warna hendaknya diperhatikan Tergantung juga pada keadaan ventilasi Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan Pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi : Pria = 0 – 2,5 Wanita = 2 – 5,0

2.7 Work Load analysis WLA

Dokumen yang terkait

Pengukuran Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan

0 4 135

PENDAHULUAN Evaluasi Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Dengan Metode Work Load Analysis (WLA) Dan Work Force Analysis (WFA) Di PT. Trikartika Megah.

0 2 5

EVALUASI JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) Evaluasi Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Dengan Metode Work Load Analysis (WLA) Dan Work Force Analysis (WFA) Di PT. Trikartika Megah.

0 1 15

ANALISA BEBAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) UNTUK MENENTUKAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL (Studi Kasus Di PT. Tunas Melati Perkasa, Gedangan - Sidoarjo).

1 1 128

ANALISA BEBAN KERJA DAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT. SURABAYA PERDANA ROTOPACK.

1 3 103

ANALISIS BEBAN KERJA BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT. GUNAWAN DIANJAYA STEEL Tbk. SURABAYA.

1 2 90

ANALISIS BEBAN KERJA DAN JUMLAH KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT. SEMESTA BUMINDO DJAYA SURABAYA.

1 1 99

ANALISIS BEBAN KERJA DAN JUMLAH KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT. SEMESTA BUMINDO DJAYA SURABAYA

0 0 15

ANALISA BEBAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) UNTUK MENENTUKAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DI PT. X - SURABAYA

0 0 16

ANALISA BEBAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) UNTUK MENENTUKAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL (Studi Kasus Di PT. Tunas Melati Perkasa, Gedangan - Sidoarjo)

0 0 19