Pengukuran Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan

(1)

WORK SAMPLING STUDY FORM Nama :

Bagian : Hari/Tanggal : No Bilangan

Random

Waktu Pengamatan

Wor

k Idle No

Bilangan Random

Waktu

Pengamatan Work Idle

1 1 7:30:00 36 43 11:00:00

2 2 7:35:00 37 44 11:05:00

3 3 7:40:00 38 45 11:10:00

4 4 7:45:00 39 46 11:15:00

5 5 7:50:00 40 47 11:20:00

6 6 7:55:00 41 48 11:25:00

7 7 8:00:00 42 49 11:30:00

8 8 8:05:00 43 50 11:35:00

9 9 8:10:00 44 51 11:40:00

10 11 8:20:00 45 52 11:45:00

11 13 8:30:00 46 54 11:55:00

12 14 8:35:00 47 55 13:00:00

13 15 8:40:00 48 56 13:05:00

14 16 8:45:00 49 57 13:10:00

15 17 8:50:00 50 58 13:15:00

16 18 8:55:00 51 59 13:20:00

17 19 9:00:00 52 60 13:25:00

18 22 9:15:00 53 61 13:30:00

19 23 9:20:00 54 62 13:35:00

20 24 9:25:00 55 63 13:40:00

21 25 9:30:00 56 64 13:45:00

22 26 9:35:00 57 65 13:50:00

23 28 9:45:00 58 69 14:10:00

24 30 9:55:00 59 71 14:20:00

25 31 10:00:00 60 72 14:25:00

26 32 10:05:00 61 73 14:30:00

27 33 10:10:00 62 74 14:35:00

28 34 10:15:00 63 75 14:40:00

29 35 10:20:00 64 77 14:50:00

30 36 10:25:00 65 78 14:55:00

31 38 10:35:00 66 79 15:00:00

32 39 10:40:00 67 80 15:05:00

33 40 10:45:00 68 81 15:10:00

34 41 10:50:00 69 82 15:15:00


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Riduan. Analisa Beban Kerja Dan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Produksi Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Surabaya Perdana Rotopack. Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Asri, Raras Mayang dan Partiwi, Sri Gunani. 2012, Analisis Beban Kerja untuk Menentukan Jumlah Optimal Karyawan dan Pemetaan Kompetensi Karyawan Bedasarkan Pada Job Description. ITS.

Barnes, R.M. 1996. Motion and Time Study : Design and Measurement of Work. Fifth Edition. New York and London. John Willey and Son.

Salvendy. Gavriel.2012, Human Factors and Ergonomics. John Wiley & Sons Inc. Hoboken, New Jersey

Santoso, Gempur. 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Surabaya : Guna Widya

Septiyana, Diah. 2012. “Evaluasi Beban Kerja Departemen Call Center Dengan Pendekatan Workload Analysis Di PT. R”. Teknik Industri, Universitas Mercu Buana Jakarta

Singgih, L. Moses, “Analisa Beban Kerja Karyawan Pada Departemen Umum dan Logistik dengan Metode Work Load Analysis di perusahaan Percetakan”, Tugas Akhir, Tekhnik Industri ITS, Surabaya.


(17)

Stanton, Neville. 2005 Handbook of Human Factor and Ergonomics Methode.London : CRC Press.

Sutalaksana,I, dkk. 2006. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Wignjosoebroto, Sritomo, 2003, “Ergonomi, Studi gerak dan waktu”, Penerbit PT. Guna Widya, Jakarta.


(18)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti “kerja” dan nomos yang berarti “hukum alam”. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto, 2004)1. Ergonomi ialah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu, dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana dkk., 1979)2

Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah (Tarwaka, 2004) .

3

1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.

:

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan

1

Eko Nurmianto, Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, edisi kedua, Guna Widya, Surabaya, 1998

2

Sutalaksana, I.Z., dkk. 1979. ”Teknik Tata Cara Kerja”. Bandung. 3

Tarwaka, Dkk. 2004. “Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas”. Surakarta : Uniba Press


(19)

meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.

3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.

Salah satu tujuan dari ergonomi adalah membuat suatu keadaan ataupun kegiatan menjadi efektif dan efisien yang hasil akhirnya agar dapat meningkatkan produktivitas. Produktivitas dapat dicapai bila ouput yang dihasilkan lebih besar. Dalam ergonomi, mengatasi keluhan MSDs pada pekerja pun merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas, oleh karena itu untuk mengurangi keluhan MSDs yang dirasakan pekerja, perlu diketahui terlebih dahulu sebab dan akibat ari keluhan MSDs tersebut.

3.2. Manusia dan Pekerjaannya4

Menurut (Sutalaksana,1982), sistem kerja yang terdiri atas manusia, bahan, mesin dan peralatan, serta lingkungan kerja baik tunggal maupun sebagai suatu kesatuan akan mempengaruhi hasil kerja. Kriteria yng digunakan untuk mengukur keberhasilan dapat berupa kriteria ongkos, kualitas dan waktu penyelesaian yang berhubungan dengan kuantitas keluaran. Manusia adalah pusat dari sistem itu, baik manusia sebagai pecinta sistem, maupun karena manusia harus berinteraksi dengan sistem guna untuk mengendalikan proses yang sedang berlangsung dalam proses tersebut, maka banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan kerjanya. Faktor tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok,

4


(20)

yaitu kelompok faktor diri (individual) terdiri dari faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pekerja sendiri dan seringkali sudah ada sebelum pekerja tersebut memasuki lingkungan kerja tersebut. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aptitude, sifat, sistem nilai, karakteristik fisik, minat, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, dan lain-lain. Kecuali pendidikan dan pengalaman, semua faktor diatas tidak dapat diubah dan kelompok faktor luarterdiri atas faktor-faktor yang hampir sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya dalam penguasaan pimpinan perusahaan untuk mengubahnya. Hampir semua faktor dalam kelompok ini dapat diubah dan diatur. Secara garis besar faktor situasional ini terbadi menjadi faktor-faktor fisik, seperti: mesin, peralatan kerja, bahan, lingkungan kerja, pengawasan, perupahan, lingkungan sosial dan sebagainya.

3.3. Beban Kerja5

Definisi beban kerja menurut beberapa ahli :

Menurut Komaruddin (1996:235), analisa beban kerja adalah proses untuk menetapkan jumlah jam kerja orang yang digunakan atau dibutuhkan untuk merampungkan suatu pekerjaan dalam waktu tertentu, atau dengan kata lain analisis beban kerja bertujuan untuk menentukan berapa jumlah personalia dan berapa jumlah tanggung jawab atau beban kerja yang tepat dilimpahkan kepada seorang petugas.


(21)

Menurut Simamora (1995:57), analisis beban kerja adalah mengidentifikasi baik jumlah karyawan maupun kwalifikasi karyawan yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Menpan (1997), pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia.

Menurut Heizer dan Render (1996:98), standar tenaga kerja adalah jumlah waktu yang diperlukan rata-rata tenaga kerja, untuk mengerjakan aktivitas kerja khusus dalam kondisi kerja yang normal, atau dengan kata lain standar tenaga kerja dapat digunakan untuk menetapkan jumlah personil, agar mampu menghasilkan produksi yang diharapkan perusahaan. Lebih jauh dikatakan, bahwa untuk menentukan standar tenaga kerja dapat dilakukan dalam empat cara, yakni berdasarkan pengalaman masa lalu, pengkajian waktu, standar waktu sebelum penentuan, dan pengambilan contoh kerja.


(22)

Menurut T. Hani Handoko (1985:135), standar pekerjaan dapat diperoleh dari hasil pengukuran kerja atau penetapan tujuan partisipatip. Teknik pengukuran kerja yang dapat digunakan antara lain: studi waktu, data standar, data waktu standar yang telah ditetapkan sebelumnya, dan pengambilan sampel kerja (work sampling). Penetapan standar kerja dapat dilakukan melalui pembahasan antara manajer dengan para bawahannya, dimana materi pembahasan mencakup sasaran-sasaran pekerjaan, peranannya dalam hubungan dengan pekerjaan-pekerjaan lain, persyaratan-persyaratan organisasi, dan kebutuhan karyawan. Proses penentuan standar kerja seperti ini sering menimbulkan komitmen karyawan, semangat kerja, kepuasan, dan motivasi yang lebih besar. Standar kerja, kadang-kadang juga ditetapkan secara partisipatip dengan pemimpin organisasi buruh, hal ini karena para pemimpin serikat karyawan memahami pentingnya melakukan perundingan tentang standar-standar pelaksanaan berbagai pekerjaan, dan perjanjian-perjanjian hasil perundingan ditulis dalam kontrak kerja.

Menurut Moekijat (1995:58), analisis jabatan memberikan informasi tentang syarat-syarat tenaga kerja secara kualitatif serta jenis-jenis jabatan dan karyawan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas. Jumlah waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan pekerjaan adalah sama dengan jumlah keempat waktu berikut :

1. Waktu yang sungguh-sungguh dipergunakan untuk bekerja yakni waktu yang dipergunakan dalam kegiatan-kegiatan yang langsung berhubungan dengan produksi (waktu lingkaran/waktu baku/dasar).


(23)

2. Waktu yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan produksi (bukan lingkaran/non-cyclical time).

3. Waktu untuk menghilangkan kelelahan (fatigue time). 4. Waktu untuk keperluan pribadi (personal time).

Jumlah orang yang diperlukan untuk menyelesaikan jabatan/pekerjaan sama dengan jumlah waktu untuk menyelesaikan jabatan/pekerjaan dibagi dengan waktu yang diberikan kepada satu orang. Namun demikian, untuk menentukan jumlah orang yang diperlukan secara lebih tepat, maka jumlah tersebut perlu ditambah dengan prosentase tertentu akibat ketidakhadiran pegawai.

Menurut Irawan, Motik, dan Sakti (1997:63), dalam perencanaan sumberdaya manusia, selain kegiatan analisis jabatan juga diperlukan analisis beban kerja dan analisis kebutuhan tenaga kerja. Beban kerja adalah kapasitas produksi dikalikan waktu sedangkan kebutuhan tenaga kerja adalah beban kerja dibagi dengan rata-rata sumbangan tenaga karyawan perbulan.

Menurut Moeljadi (1992:93), perencanaan tenaga kerja dalam jangka panjang ditentukan oleh sisi permintaan perusahaan, yaitu perkiraan kebutuhan tenaga kerja dan sisi penawaran yaitu ketersediaan tenaga kerja di pasar. Perkiraan kebutuhan tenaga kerja perusahaan ditentukan oleh perkiraan tersedianya tenaga kerja di perusahaan dan rencana-rencana perusahaan. Sedangkan perkiraan tersedianya tenaga kerja itu sendiri, ditentukan dari analisis beban kerja, analisis perpindahan tenaga kerja dan analisis kelebihan atau kekurangan tenaga kerja. Analisis kelebihan atau kekurangan tenaga kerja perusahaan, berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang ada pada perusahaan tersebut berada pada


(24)

kondisi berlebih atau kurang jika dikaitkan dengan beban kerja. Analisis tersebut dapat dilaksanakan jika sudah diketahui beban kerjanya. Dan analisis beban kerja sendiri memberikan arahan tentang produktivitas. Produktivitas kerja dapat digambarkan dalam efisiensi penggunaan tenaga kerja. Di mana tenaga kerja tersebut akan dapat digunakan secara efisien jika jumlah tenaga kerja yang ada seimbang dengan beban kerjanya.

Dari semua uraian pemikiran sebagaimana tersebut di atas, tersirat makna bahwa dalam melaksanakan analis beban kerja diperlukan hal-hal sebagai berikut:

1. Hasil analisis jabatan yang berupa informasi jabatan. 2. Menetapkan jumlah jam kerja per hari.

3. Adanya satuan hasil.

4. Waktu penyelesaian dari tugas-tugas/produk. 5. Adanya standar waktu kerja.

6. Adanya beban kerja yang akan diukur.

7. Perhitungan jumlah pegawai yang dibutuhkan.

3.4. Pengukuran Kerja6

Purnomo.(2004) mengatakan Pengukuran kerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran, dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi dan misi satu kesatuan organisasi / kerja. Pendapat lain mengatakan pengukuran kerja adalah suatu alat manajemen yang


(25)

digunakan untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas serta manilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and obyectives). Whittaker (2005)

Pengukuran kerja yang dilakukan secara berkelanjutan memberikan umpan

balik, yang merupakan hal yang penting dalam upaya perbaikan secara terus menerus. Salah satu kriteria pengukuran kerja adalah pengukuran waktu (time study). Pengukuran kerja yang dimaksudkan adalah pengukuran waktu standar atau waktu baku. Pengertian umum pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seseorang operator dalam melaksanakan kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Proses pengukuran waktu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan pengukuran waktu secaratidak langsung. Disebut secara langsung karena pengamat berada di tempat di mana objek sedang diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (obyek pengamatan) dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran secara langsung terdiri dari dua cara, yaitu pengukuran dengan menggunakan stop watch dan sampling kerja. Sedangkan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (objek) pengukuran. Secara garis besar pengukuran kerja mempunyai peran sangat penting untuk :

a. Memastikan tercapainya rencana kerja yang telah disepakati.


(26)

dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja c. Menjadi Alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam rangka upaya memperbaiki kinerja organisasi.

3.5. Pengukuran Waktu Kerja (Work Measurement)

Work Measurement merupakan metode untuk mengukur kapasitas kerja, waktu kerja, standar waktu dan hal lainya yang terkait dengan pengukuran standar kerja. Work measurement memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Penentuan jadwal dan perencanaan kerja. 2. Perencanaan kebutuhan tenaga kerja.

3. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan / pekerja.

4. Indikasi keluaran / output yang mampu dihasilkan oleh seorang pekerja. 5. Penentuan efektifitas pekerja atau mesin.

Work measurement digunakan untuk menentukan waktu baku yang seharusnya untuk menyelesaikan suatau pekerjaan. Waktu baku merupakan waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga waktu baku tersebut dibutuhkan dalam suatu unit organisasi. Maka waktu baku dapat digunakan untunk membuat rencana penjadwalan kerja yang menyatakan berapa lama suatu kegiatan itu harus berlangsung dan berapa output yang akan dihasilkan serta berapa pula jumlah karyawan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Selain itu waktu baku juga digunakan untuk menentukan upah ataupun insentif yang harus


(27)

di bayar sesuai dengan performance yang ditunjukan oleh pekerja tersebut. Metode ini akan memberikan informasi mengenai pengalokasian sumber daya, prioritas dalam berkomunikasi dan identifikasi kemampuan dan pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan untuk menyelesaikan beban kerja.

Pengukuran waktu dapat dikelompokan menjadi dua kelompok proses besar, yaitu :

1. Pengukuran waktu secara langsung.

Disebut secara langsung karena pengamat berada ditempat dimana objek sedang diamati. Pengamat secara langsung melakukan pengukuran atas waktu kerja yang dibutuhkan oleh seorang operator (objek pengamatan) alam menyelesaikan pekerjaannya. Pengukuran secara langsung terdiri dari dua cara, yaitu pengukuran dengan menggunakan stop-watch dan sampel kerja.

2. Pengukuran waktu secara tidak langsung.

Sedangkan pengukuran waktu secara tidak langsung adalah pengamat tidak berada secara langsung di lokasi (objek) pengukuran sehingga metode pengukuran ini sering disebut dengan PTS (Predetermined Time System).

3.6. Pengukuran Kerja dengan Metode Sampling Kerja (Work Sampling) 7 Sampling kerja atau work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja/ operator. Pengukuran kerja dengan metode sampling kerja

7


(28)

diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja secara langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung di tempat kerja yang diteliti. Bedanya dengan cara jam henti adalah bahwa pada cara sampling pekerjaan pengamat tidak terus menerus berada ditempat pekerjaan melainkan mengamati hanya pada waktu-waktu yang telah ditentukan secara acak.

Teknik sampling kerja ini pertama kali digunakan oleh seorang sarjana Inggris bernama L.H.C Tippet dalam aktifitas penelitiannya di industri tekstil. Selanjutnya cara atau metode sampling kerja ini telah terbukti sangat efektif dan efisien untuk digunakan dalam mengumpulkan informasi mengenai kerja dari mesin atau operator. Dikatakan efetktif karena dengan cepat dan mudah cara ini dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pendayagunaan waktu tenaga kerja, mesin, proses, penentuan waktu longgar (allowance time) yang tersedia untuk satu pekerjaan. Dibandingkan dengan metode kerja yang lain, metode sampling kerja lebih efisien karena informasi yang dikehendaki akan didapatkan dalam waktu relatif lebih singkat dan dengan biaya yang tidak terlalu besar. Secara garis besar metode sampling kerja akan dapat digunakan untuk :

1. Mengukur ratio delay dari tenaga kerja, operator, mesin atau fasilitas kerja lainnya. Sebagai contoh ialah untuk menentukan persentase dari jam atau hari dimana tenaga kerja benar-benar terlibat dalam aktifitas kerja dan persentase dimana sama sekali tidak ada aktifitas kerja yang dilakukan (menganggur atau idle).

2. Menetapkan performance level dari tenaga kerja selama waktu kerjanya berdasarkan waktu-waktu dimana orang ini bekerja atau tidak bekerja.


(29)

3. Menentukan persentase produktif tenaga kerja seperti halnya yang dapat dilaksanakan oleh pengukuran kerja lainnya.

3.6.1 Pelaksanaan Sampling Kerja8

Sebelum melakukan sampling kerja dilakukan langkah-langkah persiapan awal yang terdiri atas pencatatan segala informasi dari semua fasilitas yang ingin diamati serta merencanakan jadwal waktu pengamatan berdasarkan prinsip randomisasi. Setelah itu barulah dilakukan sampling yang terdiri dari tiga langkah yaitu melakukan sampling pendahuluan, uji keseragaman data dan menghitung jumlah kunjungan kerja.

Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang dapat dipertanggungjawabkan secara statistik, langkah-langkah yang dijalankan sebelum sampling dilakukan, yaitu :

1. Penetapan tujuan pengukuran, yaitu untuk apa sampling dilakukan. Hal ini akan menentukan besarnya tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan.

2. Jika sampling dilakukan untuk mendapatkan waktu baku, dilakukan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya suatu sistem kerja yang baik, jika belum ada maka dilakukan perbaikan atas kondisi dan cara kerja terlebih dahulu.

3. Dipilih operator yang dapat bekerja normal dan dapat diajak bekerja sama.

8

Sutalaksana, Iftikar, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan Teknik Industri ITB : Bandung. h 156-160


(30)

4. Dilakukan latihan bagi operator yang dipilih agar bisa dan terbiasa dengan sistem kerja yang dilakukan.

5. Dilakukan pemisahan kegiatan sesuai yang ingin didapatkan sekaligus mendefinisikan kegiatan kerja yang dimaksud.

6. Persiapan peralatan yang diperlukan berupa papan atau lembaran-lembaran pengamatan.

Cara melakukan sampling pengamatan dengan cara sampling pekerjaan terdiri dari tiga langkah yaitu :

1. Dilakukan sampling pendahuluan 2. Uji keseragaman data

3. Dihitung jumlah kunjungan yang diperlukan.

3.6.2 Penentuan Jadwal Waktu Pengamatan Secara Acak (Random)

Pada langkah ini dilakukan sejumlah pengamatan terhadap aktifitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak. Untuk ini biasanya satu hari kerja dibagi kedalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu satuan waktu tidak terlalu panjang. Berdasarkan satu satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan.

Misalnya satu satuan waktu panjangnya 5 menit, jadi satu hari kerja (7 jam) mempunyai 84 satuan waktu. Ini berarti jumlah kunjungan perhari tidak lebih dari 84 kali. Jika dalam satu hari dilakukan 36 kali kunjungan maka dengan bantuan tabel bilangan acak ditentukan saat-saat kunjungan tersebut.


(31)

Pada tabel bilangan acak, angka-angka pada tabel ini diikuti dua-dua sampai 36 kali. Syaratnya adalah bahwa pasangan-pasangan dua buah bilangan itu besarnya tidak boleh terjadi pengulangan. Berdasarkan waktu yang telah di random tersebut maka pengamatan dilakukan dimana pengamat mengelompokkan kegiatan bekerja dan kegiatan menganggur (idle). Tentu dalam hal ini ditentukan terlebih dahulu defenisi work dan idle itu sendiri.

3.6.3 Rating Factor

Setelah pengukuran berlangsung, pengukur harus mengamati kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku yang diselesaikan secara wajar.

Andai kata ketidakwajaran ada maka pengukur harus mengetahuinya dan menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Jadi jika pengukur mendapatkan harga rata-rata siklus atau elemen yang diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga rata-rata tersebut menjadi wajar, pengukur harus menormalkannya dengan melakukan penyesuaian.


(32)

Biasanya penyesuaian dilakukan dengan mengalikan waktu siklus rata-rata atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor penyesuaian. Besarnya harga p tentunya sedemikian rupa sehingga hasil perkalian yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau yang normal. Bila pengukur berpendapat bahwa operapor bekerja di atas normal (terlalu cepat) maka harga p lebih besar dari satu (p1), sebaliknya jiak operator dipandang bekerja di bawah normal maka harga p akan lebih kecil dari satu (p). Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka harga p nya sama dengan 1 (p=1).

Ada beberapa cara untuk menentukan faktor penyesuaian, yaitu : 1. Cara Shumard

2. Cara Westinghouse

Cara Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas kinerja kerja dengan setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri seperti pada Tabel 2.1. Pengukur diberi patokan untuk menilai performansi kerja operator menurut kelas-kelas superfast, fast+, fast, fast-, excelent, dan seterusnya.

Seseorang yang dipandang bekerja normal diberi nilai 60, dengan kinerja yang lain dibandingkan untuk menghitung faktor penyesuaian. Bila kinerja seorang operator dinilai excelent maka ia mendapat niali 80, maka faktor penyesuaiannya adalah : p = 80/60 = 1,33

Jika waktu siklusnya sama dengan 276,4 detik, maka waktu normalnya : Wn = 276,4 x 1,33 = 367,6 detik


(33)

Tabel 3.1. Penyesuaian Menurut Cara Shumard

Kelas Penyesuaian

Superlast Fast + Fast Fast – Excelent Good + Good Good – Normal Fair + Fair Fair – Poor 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 45 40 Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja

Berbeda dengan cara Shumard diatas, cara Westinghouse mengarahkan penilaian pada 4 faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja, yaitu keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsisten. Untuk keperluan penyesuaian, keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan cirri-ciri dari setiap kelas sebagai berikut :

Super skill :

1. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. 2. Bekerja dengan sempurna


(34)

3. Tampak seperti telah terlatih dengan sangat baik

4. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk diikuti.

5. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.

6. Perpindahan dari suatu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.

7. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berfikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan.

8. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang sangat baik.

Excelent skill :

1. Percaya pada diri sendiri

2. Tampak cocok dengan pekerjaanya 3. Terlihat telah terlatih baik

4. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran atau pemeriksaan lagi.

5. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan.

6. Menggunakan peralatan dengan baik.

7. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu 8. Bekerjanya cepat tapi halus


(35)

Good skill :

1. Kualitas hasil baik

2. Bekerjanya tampak lebih baik daripada kebanyakan pekerja pada umumnya. 3. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya

lebih rendah.

4. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap. 5. Tidak memerlukan banyak pengawasan. 6. Tiada keragu-raguan

7. Bekerjanya stabil

8. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik 9. Gerakan-gerakannya cepat.\

Averange skill :

1. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendri 2. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat

3. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan. 4. Tampak sebagai pekerja yang cakap.

5. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak ada keragu-raguan. 6. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik

7. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. 8. Bekerja cukup teliti


(36)

Fair skill :

1. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.

2. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.

3. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan-gerakan.

4. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.

5. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah dipekerjakan dibagian itu sejak lama.

6. Mengetahui apa-apa yang dilakukan tapi tampak tidak selalu yakin. 7. Sebagian waktunya terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.

8. Jika tidak bekerja secara sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah. 9. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.

Poor skill :

1. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. 2. Gerakan-gerakannya kaku

3. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan

4. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang tidak bersangkutan. 5. Tidak terlihat adanya kecocokan antara pekerjaannya.

6. Ragu-ragu dalam melaksanakan gerakan-gerakan kerja. 7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.


(37)

9. Tidak bisa mengambil inisyatif sendiri.

Secara keseluruhan tampak pada kelas-kelas diatas bahwa yang membedakan kelas keterampilan seseorang adalah keragu-raguan, ketelitian gerakan, kepercayaan diri, koordinasi, dan irama gerakan. Dengan bagian ini penguku akan lebih terarah dalam menilai kewajaran pekerjadilihat dari segi keterampilannya. Karenanya faktor penyesuaiannya yang nantinya diperoleh dapat lebih objektif.

Untuk usaha atau effort cara Westinghouse membagi juga kelas-kelas dengan ciri-ciri tersendiri. Yang dimaksud usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan cirri-cirinya, yaitu :

Excessive effort :

1. Kecepatan sangat berlebihan

2. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya.

3. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat dipertahankan sepanjang hari kerja.

Excellent effort :

1. Jelas terlihat kecepatannya sangat tinggi.

2. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa. 3. Penuh perhatian pada pekerjaanya.

4. Banyak member saran


(38)

6. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. 7. Tidak bertahan lebih dari beberapa hari

8. Gerakan-gerakan yang salah terjadi jarang sekali. 9. Bekerjanya sangat sistematis.

10. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.

Good effort :

1. Bekerja berirama.

2. Saat-saat menganggur sangat sedikit. 3. Penuh perhatian pada pekerjaannya. 4. Sengang pada pekerjaannya.

5. Kecepatannya baik dapat dipertahankan sepanjang hari. 6. Percaya pada kebaikan waktu pengukuran waktu. 7. Menerima saran-saran dan petunjuk dengan senang. 8. Dapat memberi saran-saran dan petunjuk dengan senang. 9. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.

10. Menggunakan alat-alat yang tepat dan baik 11. Memelihara kondisi peralatan dengan baik. Averange effort :

1. Tidak sebaik good, tetapi lebih baik baik dari poor 2. Bekerja dengan stabil

3. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya. 4. Set up dilaksanakan dengan baik.


(39)

5. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan. Fair effort :

1. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.

2. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannya. 3. Kurang sungguh-sungguh.

4. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. 5. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. 6. Alat-alat yang dipakai tidak selalu yang terbaik.

7. Terlihat adanya kecendrungan kurang perhatian pada pekerjaannya. 8. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.

9. Gerakan-gerakannya tidak terencanya. Poor effort :

1. Banyak membuang-buang waktu.

2. Tidak memperhatikan adanya minat pekerja. 3. Tidak mau menerima saran-saran.

4. Tampak malas dan lambat bekerja.

5. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan.

6. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya pada peralatan yang dipakai. 7. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.

8. Set up kerjanya terlihat tidak baik.

Angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor-faktor di atas diperlihatkan pada Tabel 2.2.


(40)

Tabel 3.2. Penyesuaian Menurut Westinghouse

Faktor Kelas Lambang Penyesuaian

Keterampilan Superskill Excelent Good Averange Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 +0,15 +0,13 +0,11 +0,08 +0,06 +0,03 0,00 -0,05 -0,10 -0,16 -0,22 Usaha Excessive Excellent Good Averange Fair Poor A1 A2 B1 B2 C1 C2 D E1 E2 F1 F2 +0,13 +0,12 +0,10 +0,08 +0,05 +0,02 0,00 -0,04 -0,18 -0,12 -0,17 Kondisi kerja Ideal Excellent Good Averange Fair Poor A B C D E F +0,06 +0,04 +0,02 0,00 -0,03 -0,07 Konsistensi Perfect Excellent Good Averange Fair Poor A B C D E F +0,04 +0,03 +0,01 0,00 -0,02 -0,04 Sumber : Teknik Perancangan Sistem Kerja

3.6.4. Allowance


(41)

Kelonggaran diberikan untuk tiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi menghilangkan rasa fatique, dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh pekerja, dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat ataupun dihitung. Karenanya sesuai pengukuran dan setelah mendapatkan waktu normal, kelonggaran perlu ditambahkan.

Langkah pertama menentukan kelonggaran dalam perhitungan waktu baku adalah menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa kelelahan, dan hambatan yang tidak terhindarkan.

Tabel 3.3. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh

Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen

Beban

Kelonggaran (%)

Pria Wanita

A. Tenaga yang dikeluarkan 1. Dapat diabaikan

2. Sangat ringan 3. Ringan 4. Sedang 5. Berat 6. Sangat berat 7. Luar biasa berat

Bekerja dimeja, duduk Bekerja dimeja, berdiri Menyekop, ringan Mencangkul

Mengayun palu yang berat Memanggul beban Memanggul karung berat

Tanpa beban 0,00-2,25 kg 2,25-9,00 9,00-18,00 18,00-27,00 27,00-50,00 Diatas 50 kg

0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-12,0 12,0-19,0 19,0-30,0 30,0-50,0 0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-16,0 16,0-30,0

B. Sikap kerja 1. Duduk

2. Berdiri diatas dua kaki 3. Berdiri diatas satu kaki 4. Berbaring

5. Membungkuk

Bekerja duduk, ringan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat control

Pada bagian sisi, belakang atau depan badan Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 0,00-1,0 1,0-2,5 2,5-4,0 2,5-4,0 4,0-10,0 C. Gerakan kerja

1. Normal 2. Agak terbatas 3. Sulit

4. Pada anggota-anggota badan terbatas

5. Seluruh anggota badan terbatas

Ayunan bebas dari palu Ayunan terbatas dari palu

Membawa beban berat dengan satu tangan Bekerja dengan tangan diatas kepala Bekerja dilorong pertambangan yang sempit

0 0-5 0-5 5-10 10-15


(42)

Tabel 3.3. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh (Lanjutan)

D. Kelelahan mata * 1. Pandangan yang

terputus-putus

2. Pandangan yang hampir

terus menerus

3. Pandangan terus menerus

dengan focus tetap

4. Pandangan terus menerus

dengan focus berubah-ubah

5.Pandangan terus menerus

dengan konsentrasi tinggi dan focus tetap

6.Pandangan terus menerus

dengan konsentrasi tinggi dan focus berubah-ubah

Membawa alat ukur Pekerjaan-pekerjaan yang teliti Pemeriksaan yang sangat teliti Memeriksa cacat-cacat pada kain

Pencahayaan Baik 0,0-6,0 6,0-7,5 7,5-12,0 12,0-19,0 19,0-30,0 30,0-50,0 Pencahayaan Buruk 0,0-5,0 6,0-7,5 7,5-16,0 16,0-30,0

E. Keadaan suhu tempat kerja **

1. Beku 2. Rendah 3. Sedang 4. Normal 5. Tinggi 6.Sangat tinggi

Suhu (0C) Di bawah 0

0-13 13-22 22-28 28-36 Diatas 36 Kelelahan manual Diatas 10 10-0 5-0 0-5 5-40 Diatas 40 Berlebihan Diatas 12 12-5 8-0 0-8 8-100 Diatas 100 F. Keadaan atmosfer ***

1.Baik 2.Cukup 3.Kurang baik

4.Buruk

Ruang yang berventilasi baik, udara segar Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan Adanya debu-debuan beracun atau tidak beracun tetapi banyak adanya bau-bauan yang berbahaya yang mengaharuskan

mengguanakan alat pernapasan

0 0-5 5-10

10-20 G. Keadaan lingkungan yang kurang baik

1.Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 2.Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 3.Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 4.Sangat bising

5.Jika faktor-faktor berpengaruh dapat menurunkan kualitas 6.Terasa adanya getaran lantai

Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll)

0 0-1 1-3 0-5 0-5 5-10 5-15


(43)

* Kontras antara warna hendaknya diperhatikan ** Tergantung juga pada keadaan ventilasi

*** Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim

Catatan pelengkap : Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi: Pria = 0-2,5% Wanita = 2-5 % 3.6.5. Perhitungan Persentase Waktu Produktif dan Uji Keseragaman Data

Perhitungan persentase waktu produktif bertujuan untuk mengetahui persentase waktu yang digunakan masing-masing karyawan untuk bekerja selama jam kerja berlangsung. Persentase waktu produktif dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Uji keseragaman data bisa dilaksanakan dengan cara visual dan/ atau mengaplikasikan peta kontrol (control chart). Uji keseragaman data secara visual dapat dilakukan dengan mudah dan cepat dengan melihat data yang terkumpul dan mengidentifikasikan data yang terlalu ekstrim. Data ekstrim adalah data yang terlalu besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpang dari trend rata-ratanya. Data terlalu ekstrim dibuang dan tidak dimasukkan dalam perhitungan selanjutnya.

Peta kontrol adalah suatu alat yang tepat guna menguji keseragaman data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Data yang dikatakan seragam yaitu berasal dari sistem yang sama, bila berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak


(44)

seragam yaitu berasal dari sistem sebab yang berbeda, jika berada diluar batas kontrol.

Dimana:

p = persentase waktu produktif rata-rata operator

n = jumlah pengamatan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja Tingkat kepercayaam 68% memiliki harga k = 1

Tingkat kepercayaan 95% memiliki harga k = 2 Tingkat kepercayaan 99% memiliki harga k = 3

3.6.6. Penentuan Jumlah Pengamatan yang Diperlukan9

9

Wignjosoebroto, Sritomo.2006. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu.Jurusan Teknik Industri ITS. Untuk mengetahui jumlah pengamatan yang dilakukan telah mencukupi atau belum maka dilakukan uji kecukupan data. Banyaknya pengamatan yang harus dilakukan dalam sampling kerja akan dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu :

1. Tingkat ketelitian dari hasil pengamatan 2. Tingkat keyakinan dari hasil pengamatan


(45)

Dengan asumsi bahwa terjadinya kegiatan seorang operator saat bekerja atau menganggur mengikuti pola distribusi normal. Untuk mendapatkan jumlah pengamatan yang harus dilakukan dapat dicari dengan rumus :

Dimana : N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki

P = Persentase waktu produktif yang diamati

k = Harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan yang diambil.

Tingkat kepercayaam 68% memiliki harga k = 1 Tingkat kepercayaan 95% memiliki harga k = 2 Tingkat kepercayaan 99% memiliki harga k = 3

Untuk menetapkan berapa jumlah pengamatn yang seharusnya dilakukan (N) maka harus diputuskan terlebih dahulu berapa tingkat kepercayaan

(convidende level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk pengukuran kerja tersebut. Didalam aktifitas pengukuran kerja biasanya akan diambil 95% convidence level dan 5% degree of accuracy. Hal ini berarti bahwa sekurang-kurangnya 95 dari 100 harga rata-rata dari hasil pengamatan yang dicatat akan memiliki penyimpangan tidak lebih dari 5%. Besar N’ (jumlah pengamatan yang harus dilakukan) harus lebih kecil dari besar N (jumlah pengamatan yang sudah dilakukan) (N’≤N). Apabila kondisi yang diperoleh adalah N’ lebih besar dari N (N’≥N), maka pengamatan harus dilakukan lagi. Sebaliknya jika harga N’ lebih kecil daripada N (N’≤N) maka pengamatan yang dilakukan telah mencukupi


(46)

sehingga data bisa memberikan tingkat keyakinan dan ketelitian yang sesuai dengan yang diharapkan.

3.6.7. Penentuan Tingkat Ketelitian Hasil Pengamatan

Setelah studi secara lengkap telah dilakukan, dilakukan perhitungan untuk menentukan apakah hasil pengamatan yang didapatkan bisa dikategorikan cukup teliti. Untuk itu cara yang dipakai adalah dengan menghitung harga S pada rumus yang sama yaitu :

Dimana : S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki p = persentase waktu produktif yang diamati

N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan untuk sampling kerja k = harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan

yang diambil

Tingkat kepercayaam 68% memiliki harga k = 1 Tingkat kepercayaan 95% memiliki harga k = 2 Tingkat kepercayaan 99% memiliki harga k = 3

3.7 Work Load Analysis ( WLA )10

Definisi dari Work Load Analysis adalah prosedur yang memberikan atau menghasilkan alat-alat pengukur tenaga kerja standarstandar penyusunan tenaga


(47)

kerja yang menunjukkan jumlah-jumlah yang dipekerjakan untuk masing-masing jabatan. Lebih lanjut dikatakan bahwa analisis beban kerja ini dapat digunakan sabagai alat menentukan atau meramalkan kebutuhan tenaga kerja yang sebernanya dibutuhkan sehingga tidak terjadi kesengajaan jumlah.

Beban kerja Menurut Sutalaksana, (1979) dapat dihitung sebagai berikut : Beban kerja = P x ( 1 + RF ) x ( 1 + ALL x 0,01 )

Dimana : RF = performance ALL = allowance P= % produktif

Banyak perusahaan saat ini yang memberi perhatian khusus pada efisiensi, efektifitas, dan produktivitas. Karena dari ketiga hal tersebut perusahaan dapat melihat penggunaan optimal dari sumber daya yang dimiliki serta pencapaiannya terhadap target yang diinginkan perusahaan. Metode workload analysis merupakan gambaran deskriptif dari beban kerja yang dibutuhkan dalam satu unit organisasi. Metode ini memberikan informasi tentang alokasi sumber daya karyawan untuk menyelesaikan beban kerja. Dalam prakteknya, penerapan workload analysis mempunyai beberapa manfaat diantaranya yaitu :

1. Cara strategis untuk menaikkan produktivitas operasional. 2. Menentukan jumlah tenaga kerja operasi secara lebih akurat.

3. Menghitung beban kompensasi yang dibutuhkan, karena dari sini bisa dihitung beban jam lembur yang dibutuhkan oleh tenaga operasional.

Menurut Menpan (1997), pengertian beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau


(48)

pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan informasi tentang efisiensi dan efektifitas kerja suatu unit organisasi, atau pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara analisis. Informasi jabatan tersebut dimaksudkan agar dapat digunakan sebagai alat untuk menyempurnakan aparatur baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia.

Dari uraian-uraian yang telah disebutkan diatas maka metode workload analysis dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menghitung beban kerja pada suatu posisi/sub-posisi; dan juga kebutuhan jumlah orang untuk mengisi posisi/sub posisi tersebut.

Dalam metode ini terdapat tiga hal utama yang akan harus ditentukan yaitu,

1. Menentukan output / keluaran utama dari suatu fungsi / sub-fungsi dan kemudian mengidentifikasi rangkaian aktifitas kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut.


(49)

3. Menghitung waktu baku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan per kelompok tugas tersebut.

Kegunaan dari Work Load Analysis adalah : - Alat Manajemen dalam mengambil keputusan

- Menganalisa beban kerja berdasarkan kegiatan, disiplin yang dibutuhkan pengelokasian tenaga ahli, penempatan staf pada possisi yang mendesak

- Menganalisa proses-proses kerja yang ada dan mencari jalan yang potensial untuk meningkatkan efisien dan efektifitas

- Menyediakan data pendukung dalam meningkat dana progam-progam social, ekonomi dan penelitian

- Memfasilitasi diskusi dan pengkajian ulang yang berhubungan dengan produk hasil

- Proyek yang timbul dari program-program baru/tambahan serta tugas-tugas yang berdasarkan pada beban kerja maupun kekuatan kerja (work force) saat ini dan mendatang

- Menyediakan data untuk mengkorelasikan beban kerja degan kebutuhan personal degan tujuan pengalokasian sumber daya yang lebih komprehensif - Membantu manajer menentukan bagaimana mengurangi kelebihan atau ketidak

seimbangan beban kerja

- Membantu dalam penyusunan kebutuhan pelatihan untuk karyawan

- Menyediakan data sumber daya manusia ketika organisasi mengalami perubahan


(50)

- Merancang disiplin ilmu apa yang dibutuhkan oleh pekerja dimasa yang akan datang

- Membantu pengembangan dan evaluasi dari pengukuran performasi - Menyediakan data pendukung dalam keputusan alokasi sumber daya

- Menghasilkan data base dari proses kerja untuk referensi pada masa yang akan datang

Work Load Analysis terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah menentukan jumlah aktivitas kerja yang dibutuhkan dan hal yang akan diselesaikan pada satu tahun yang mendatang pada setiap unit organisasi. Setiap aktivitas kerja, unit pengukuran, sumber data yang digunakan dan pertimbangan lainnya harus jelas, konsisten dan akurat. Bagian kedua adalah menentukan jumlah operator yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktifias-aktifitas kerja berdasarkan disiplinnya. Setiap hasil kerja, sebuah analisa waktu harus dilakukan. Analisa operator terdiri atas dokumen waktu yang dibutuhkan oleh jabatan yang berbeda untuk menyelesaikan tugasnya.


(51)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian merupakan bagian dari penelitian yang di dalamnya membahas mengenai sistematika dan tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan sebelum pembahasan dan pemecahan masalah. Metodologi penelitian dibuat dengan maksud agar pembahasan serta analisa permasalahan menjadi lebih tersusun dan terarah dengan baik.

4.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan yang berlokasi di Jalan Pos No. 1 Medan, Sumatera Utara, 20111. Penelitian dilakukan di bagian logistik. Waktu penelitian ini dimulai dari bulan Juni 2013 sampai dengan bulan November 2013.

4.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik factual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.


(52)

4.4. Instrumen Penelitian 1. Penunjuk Waktu

Penunjuk waktu digunakan untuk melakukan pengukuran waktu kerja terhadap 7 orang karyawan tetap fungsi EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan.

2. Lembar pengamatan dan alat tulis

Lembar pengamatan dan alat tulis digunakan pada kegiatan pengamatan waktu kerja 7 orang karyawan tetap fungsi EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar. Adapun lembar pengamatan yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran.

4.5. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah karyawan yang bekerja pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan.

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu seluruh populasi digunakan sebagai sampel, jadi jumlah sampel yang digunakan sebanyak 7 karyawan sehingga penelitian ini dinamakan penelitian populasi atau sensus.


(53)

4.6. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penelitian menggambarkan konsep berpikir dalam melakukan penelitian secara sistematis. Pada penelitian ini yang menjadi inti permasalahan adalah tingginya beban kerja yang dialami oleh para karyawan pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan. Hal ini terjadi dikarenakan jumlah paket atau kiriman yang datang tinggi dan juga dipengaruhi oleh minimnya karyawan yang ada pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan sehingga terjadi kelebihan beban kerja (over capacity). Oleh karena itu untuk mengukur beban kerja dari karyawan dan untuk mengatasi jumlah kurangnya karyawan bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan menggunakan metode WLA (Work Load Analysis)

4.7. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dalam melakukan pengamatan dan pengumpulan data dilaksanakan dengan urutan kegiatan sebagai berikut.

1. Pengamatan pendahuluan pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan.

2. Melakukan work sampling di bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan


(54)

Perumusan Masalah

Penetapan Tujuan

Studi Pendahuluan 1. Kondisi PT. Pos Indonesia 2. Informasi pendukung

Data Sekunder 1. Gambaran umum PT Pos Indonesia - Struktur organisasi

- Visi dan misi

- Sejarah PT. Pos Indonesia

Pengolahan Data I. Perhitungan beban kerja II.Penentuan Jumlah karyawan

Analisis Pemecahan Masalah

Kesimpulan dan Saran

Studi Literatur 1. Metode pemecahan masalah 2. Teori pendukung

Data Primer 1. Data waktu pengamatan

2. Hasil pengamatan work sampling 3. Allowance

Pengumpulan Data


(55)

4.8. Sumber Data

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari hasil wawancara secara langsung untuk mengukur beban kerja. Serta data pengamatan waktu kerja dari setiap bagian yang dipilih.

2. Data Sekunder

Data sekunder berisikan data umum perusahaan yang menyangkut visi, misi, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan informasi-informasi lainnya. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara informal secara tidak langsung yang digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi secara umum yang berlangsung di perusahaan. Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data untuk digunakan sebagai sumber informasi dalam melaksanakan analisa terhadap masalah.

4.9. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Teknik observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung pada objek penelitian.


(56)

3. Teknik kepustakaan, yaitu mencatat dan mempelajari data-data yang berasal dari perusahaan serta teori-teori yang berhubungan dengan pemecahan masalah dari berbagai buku yang sesuai dengan permasalahan yang diamati.

4.10. Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, baik berupa data primer yaitu data pengukuran beban kerja karyawan bagian logistik dan data pengukuran waktu kerja karyawan bagian logistik. Maupun data sekunder berupa gambaran umum perusahaan maka langkah selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan perhitungan beban kerja dengan metode WLA dan work sampling. Dari beban kerja yang didapat maka dapat ditentukan jumlah karyawan yang dibutuhkan. Langkah-langkah pengolahan data pengukuran beban kerja sebagai berikut:

a. Penjelasan job description tiap jabatan

b. Penentuan aktifitas dan waktu penyelesaian aktifitas tiap posisi jabatan c. Melakukan pengamatan untuk menghitung besarnya persentase produktif

dan non produktif dengan menggunakan metode work sampling. Tahapan dalam melakukan work sampling

1. Mengambil preliminary sample untuk mendapatkan estimasi dari parameter value.

2. Menghitung sample size yang diperlukan

3. Membuat jadwal pengamatan pekerja pada waktu yang sesuai 4. Menentukan dan Menghitung Allowance dan Performance Rating


(57)

d. Menghitung beban kerja

e. Penentuan jumlah pekerja yang dibutuhkan tiap posisi jabatan yang diperoleh dari pembulatan keatas dari hasil perhitungan besar beban kerja f. Melakukan perbandingan jumlah pegawai awal dan jumlah pegawai

rekomendasi


(58)

Penjelasan Job description tiap bagian

Perhitungan besarnya persentase produktif dan non produktif

Penentuan Allowance dan Performance Rating

Perhitungan beban kerja dengan menggunakan WLA

Penentuan jumlah karyawan optimal

Selesai Mulai

Perhitungan Uji Keseragaman Data dan Perhitungan Tingkat Ketelitian


(59)

4.11. Analisis Pemecahan Masalah

Semua data yang diperoleh, baik dari pengumpulan data maupun dari hasil pengolahan data mengenai pengukuran beban kerja dengan mengunakan metode WLA dilakukan analisis pemecahan masalah terhadap beban kerja karyawan sehingga dapat diusulkan jumlah karyawan yang dibutuhkan pada bagian logistik PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Kelas II Medan.

4.12. Kesimpulan dan Saran

Langkah terakhir yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan yang berisi hal-hal penting dalam penelitian tersebut. Selain itu, peneliti akan memberikan saran yang bermanfaat bagi perusahaan untuk dapat mencegah terjadinya beban kerja yang berlebihan.


(60)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pengamatan langsung dengan metode work sampling terhadap karyawan tetap bagian EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar di PT. Pos Indonesia (Persero). Pengamatan work sampling ini dilakukan selama 15 hari kerja yang dimulai pada hari Senin, 16 Oktober 2013 sampai dengan hari Jumat, 01 November 2013. Pengamatan dimulai pada pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB dengan menentukan allowance setiap karyawan terlebih dahulu. Sedangkan pengumpulan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan yang meliputi sejarah perusahaan, gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, jumlah karyawan aktual, jam kerja dan uraian tugas pokok masing-masing karyawan.

Tabel 5.1 Tabel Jumlah Karyawan Bagian Logistik

Bagian Jumlah Karyawan

Paket EMS 2

Paket Dalam Negeri 2

Paket Luar Negeri 2


(61)

5.1.1. Penentuan Jadwal Pengamatan Work Sampling

Penentuan jadwal pengamatan bertujuan untuk mendapatkan waktu pengamatan secara random yang akan digunakan untuk mengetahui kegiatan kerja yang dilakukan oleh karyawan. Pengamatan dilakukan mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB (istirahat pukul 12.00-13.00 WIB) kemudian dilanjutkan lagi pada pukul 13.00 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB dengan interval waktu pengamatan selama 5 menit, maka satu hari kerja (7 jam) memiliki 84 satuan waktu. Berikut tabel pengamatan dengan interval waktu 5 menit :

Tabel 5.2. Waktu Pengamatan dengan Interval Waktu 5 Menit

No

07.30 - 15.30 (∆T = 5 Menit)

No

07.30 - 15.30 (∆T = 5 Menit) Bilangan Random Waktu Pengamatan Bilangan Random Waktu Pengamatan

1 1 7:30:00 21 21 9:10:00

2 2 7:35:00 22 22 9:15:00

3 3 7:40:00 23 23 9:20:00

4 4 7:45:00 24 24 9:25:00

5 5 7:50:00 25 25 9:30:00

6 6 7:55:00 26 26 9:35:00

7 7 8:00:00 27 27 9:40:00

8 8 8:05:00 28 28 9:45:00

9 9 8:10:00 29 29 9:50:00

10 10 8:15:00 30 30 9:55:00

11 11 8:20:00 31 31 10:00:00

12 12 8:25:00 32 32 10:05:00

13 13 8:30:00 33 33 10:10:00

14 14 8:35:00 34 34 10:15:00

15 15 8:40:00 35 35 10:20:00

16 16 8:45:00 36 36 10:25:00

17 17 8:50:00 37 37 10:30:00

18 18 8:55:00 38 38 10:35:00

19 19 9:00:00 39 39 10:40:00


(62)

Tabel 5.2. Waktu Pengamatan dengan Interval Waktu 5 Menit (Lanjutan)

No

07.30 - 15.30 (∆T = 5 Menit)

No

07.30 - 15.30 (∆T = 5 Menit) Bilangan Random Waktu Pengamatan Bilangan Random Waktu Pengamatan

41 41 10:50:00 63 63 13:40:00

42 42 10:55:00 64 64 13:45:00

43 43 11:00:00 65 65 13:50:00

44 44 11:05:00 66 66 13:55:00

45 45 11:10:00 67 67 14:00:00

46 46 11:15:00 68 68 14:05:00

47 47 11:20:00 69 69 14:10:00

48 48 11:25:00 70 70 14:15:00

49 49 11:30:00 71 71 14:20:00

50 50 11:35:00 72 72 14:25:00

51 51 11:40:00 73 73 14:30:00

52 52 11:45:00 74 74 14:35:00

53 53 11:50:00 75 75 14:40:00

54 54 11:55:00 76 76 14:45:00

55 55 13:00:00 77 77 14:50:00

56 56 13:05:00 78 78 14:55:00

57 57 13:10:00 79 79 15:00:00

58 58 13:15:00 80 80 15:05:00

59 59 13:20:00 81 81 15:10:00

60 60 13:25:00 82 82 15:15:00

61 61 13:30:00 83 83 15:20:00

62 62 13:35:00 84 84 15:25:00

Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pengamatan dalam satu hari tidak lebih dari 84 kali. Dalam penelitian ini diambil 70 kali pengamatan dalam satu hari secara randomisasi dengan bantuan Microsoft Excel untuk menentukan waktu-waktu pengamatan tersebut.

N = n =

=

=


(63)

Berikut tabel waktu pengamatan terpilih dalam satu hari kerja :

Tabel 5.3. Waktu Pengamatan Terpilih dalam Satu Hari Kerja

No

07.30 - 15.30 (∆T = 5 Menit)

No

07.30 - 15.30 (∆T = 5 Menit) Bilangan Random Waktu Pengamatan Terpilih Bilangan Random Waktu Pengamatan Terpilih

1 1 7:30:00 22 26 10:50:00

2 2 7:35:00 23 28 10:55:00

3 3 7:40:00 24 30 11:00:00

4 4 7:45:00 25 31 11:05:00

5 5 7:50:00 26 32 11:10:00

6 6 7:55:00 27 33 11:15:00

7 7 8:00:00 28 34 11:20:00

8 8 8:05:00 29 35 11:25:00

9 9 8:10:00 30 36 11:30:00

10 11 8:20:00 31 38 11:35:00

11 13 8:30:00 32 39 11:40:00

12 14 8:35:00 33 40 11:45:00

13 15 8:40:00 34 41 11:55:00

14 16 8:45:00 35 42 13:00:00

15 17 8:50:00 36 43 13:05:00

16 18 8:55:00 37 44 13:10:00

17 19 9:00:00 38 45 13:15:00

18 22 9:15:00 39 46 13:20:00

19 23 9:20:00 40 47 13:25:00

20 24 9:25:00 41 48 13:30:00


(64)

Tabel 5.3. Waktu Pengamatan Terpilih dalam Satu Hari Kerja (Lanjutan)

No

07.30 - 15.30 (∆T = 5 Menit)

No

07.30 - 15.30 (∆T = 5 Menit) Bilangan Random Waktu Pengamatan Terpilih Bilangan Random Waktu Pengamatan Terpilih

43 50 11:35:00 57 65 13:50:00

44 51 11:40:00 58 69 14:10:00

45 52 11:45:00 59 71 14:20:00

46 54 11:55:00 60 72 14:25:00

47 55 13:00:00 61 73 14:30:00

48 56 13:05:00 62 74 14:35:00

49 57 13:10:00 63 75 14:40:00

50 58 13:15:00 64 77 14:50:00

51 59 13:20:00 65 78 14:55:00

52 60 13:25:00 66 79 15:00:00

53 61 13:30:00 67 80 15:05:00

54 62 13:35:00 68 81 15:10:00

55 63 13:40:00 69 82 15:15:00

56 64 13:45:00 70 84 15:25:00

(Sumber : Hasil Randomisasi)

5.1.2. Pengamatan Work Sampling

Pengamatan Work Sampling dilakukan terhadap karyawan tetap bagian EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar yang bekerja secara normal dan wajar tanpa dipengaruhi hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, menguasai cara kerja yang ditetapkan dan menunjukkan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaannya. Ada dua kategori aktivitas yang diamati pada masing-masing karyawan yaitu aktivitas produktif (work) dan aktivitas non produktif (idle). Aktivitas produktif (work) adalah aktivitas yang berhubungan dengan beban kerja dan tanggung jawab kerja dan diluar aktivitas ini termasuk kedalam aktivitas non produktif (idle)


(65)

Adapun aktivitas yang termasuk kedalam kategori productive untuk masing-masing karyawan adalah sebagai berikut :

1. Bagian EMS

Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada karyawan bagian EMS adalah :

a. Mengambil kantong paket dari bagian pengolahan b. Membuka dan mensortir kantong paket berdasar daerah c. Membuat PPKP dan PP22A

d. Memproses paket ke bea cukai e. Memberikan paket ke bagian antaran f. Mematikan laporan do (delivery order) 2. Bagian Paket Dalam Negri

Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada karyawan bagian Paket Dalam Negri adalah :

a. Mengambil kantong paket dari bagian pengolahan b. Membuka dan mensortir kantong paket berdasar daerah

c. Memberikan penomoran paket/nomor kota baik lokal dan phase d. Memberikan paket ke bagian antaran

e. Mematikan laporan do (delivery order) 3. Bagian Paket Luar Negri

Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada karyawan bagian Paket Luar Negri adalah :


(66)

b. Membuka dan mensortir kantong paket berdasar daerah c. Membuat PPKP dan PP22A

d. Memproses paket ke bea cukai e. Memberikan paket ke bagian antaran f. Mematikan laporan do (delivery order) 4. Bagian Paket Bungkusan

Aktivitas yang termasuk dalam kategori work pada karyawan bagian Paket Bungkusan adalah

a. Mengambil kantong paket dari bagian pengolahan b. Membuka dan mensortir kantong paket berdasar daerah c. Membuat PPKP dan PP22A

d. Memproses paket ke bea cukai e. Memberikan paket ke bagian antaran f. Mematikan laporan do (delivery order)

Aktivitas non produktif (idle) yang dilakukan oleh karyawan bagian EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar merupakan aktivitas yang berada di luar kategori aktivitas produktif yang dilakukan, seperti menelepon atau menerima telepon yang bersifat pribadi, membaca koran, dsb.

Adapun hasil yang diperoleh dari pengamatan work sampling yang dilakukan selama 15 hari kerja terhadap 7 orang karyawan bagian EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar dapat dilihat pada Tabel 5.4


(67)

Tabel 5.4. Hasil Pengamatan Work Sampling di Bagian Logistik

Bagian Aktifitas Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 EMS 1

Work 63 64 63 62 64 64 63 62 62 63 64 63 62 63 62

Idle 7 6 7 8 6 6 7 8 8 7 6 7 8 7 8

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 EMS2

Work 64 63 65 64 63 64 65 64 65 64 64 63 65 64 65

Idle 6 7 5 6 7 6 5 6 5 6 6 7 5 6 5

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Paket Dalam Negeri

1

Work 63 62 61 63 61 62 61 61 63 62 61 62 63 62 62

Idle 7 8 9 7 9 8 9 9 7 8 9 8 7 8 8

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Paket Dalam Negeri

2

Work 63 61 63 62 61 63 61 62 61 62 62 62 61 63 63

Idle 7 9 7 8 9 7 9 8 9 8 8 8 9 7 7

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Paket Luar Negeri 1

Work 61 60 60 62 61 60 62 62 61 60 62 61 62 62 61 Idle 9 10 10 8 9 10 8 8 9 10 8 9 8 8 9 Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Paket Luar Negeri 2

Work 62 63 62 63 63 62 62 64 62 63 64 62 64 62 63

Idle 8 7 8 7 7 8 8 6 8 7 6 8 6 8 7

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 Bungkus dan Register

Work 64 63 63 64 62 64 63 63 64 64 62 64 62 63 62

Idle 6 7 7 6 8 6 7 7 6 6 8 6 8 7 8


(68)

5.1.3. Penentuan Penentuan Rating Factor

Penentuan rating factor menggunakan metode wastinghouse yang mengarahkan penilaian pada empat faktor yang dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja. Maka penentuan rating factor sesuai dengan metode wastinghouse untuk masing-masing karyawan dapat dilihat sebagai berikut.

1. Bagian EMS (Pria 1)

Tabel 5.5. Rating Factor Bagian EMS (Pria 1)

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Good (C1) 0.06

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02

4 Konsistensi Excelent (B) 0.03

Jumlah 0.16

2. Bagian EMS (Pria 2)

Tabel 5.6. Rating Factor Bagian EMS (Pria 2)

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Good (C1) 0.06

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02

4 Konsistensi Excelent (B) 0.03


(69)

3. Bagian Paket Dalam Negri (Pria 1)

Tabel 5.7. Rating Factor Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 1)

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Good (C1) 0.06

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02

4 Konsistensi Good (C) 0.01

Jumlah 0.14

4. Bagian Paket Dalam Negri (Pria 2)

Tabel 5.8. Rating Factor Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 2)

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Good (C1) 0.06

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02

4 Konsistensi Good (C) 0.01

Jumlah 0.14

5. Bagian Paket Luar Negri (Pria 1)

Tabel 5.9. Rating Factor Bagian Paket Luar Negeri (Pria 1)

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Good (C1) 0.06

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02

4 Konsistensi Excellent (B) 0.03


(70)

6. Bagian Paket Luar Negri (Pria 2)

Tabel 5.10. Rating Factor Bagian Paket Luar Negeri (Pria 2)

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Good (C1) 0.06

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02

4 Konsistensi Excellent (B) 0.03

Jumlah 0.16

7. Bagian Paket Bungkus dan Register

Tabel 5.11. Rating Factor Bagian Paket Bungkus dan Register (Wanita)

No. Rating factor Kategori Nilai

1 Keterampilan Excellent (B2) 0.08

2 Usaha Good (C1) 0.05

3 Kondisi Kerja Good (C) 0.02

4 Konsistensi Excellent (B) 0.03

Jumlah 0.18

5.1.4. Penentuan Allowance (Kelonggaran)

Kelonggaran diberikan kepada karyawan untuk tiga hal (Sutalaksana, 1979) yaitu untuk kebutuhan pribadi, menghilangkan rasa fatigue dan hambatan-hambatan yang tidak dapat dihindarkan. Adapun faktor-faktor allowance untuk masing-masing karyawan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


(71)

1. Bagian EMS (Pria 1)

Tabel 5.12. Allowance (Kelonggaran) Bagian EMS (Pria 1)

Allowance %

Tenaga yang dikeluarkan 4

Sikap kerja 1

Gerakan kerja 0

Kelelahan mata 4

Keadaan temperatur tempat kerja 0

Keadaan atmosfer 0

Keadaan lingkungan 0

Kebutuhan pribadi 1

Total 10

2. Bagian EMS (Pria 2)

Tabel 5.13. Allowance (Kelonggaran) Bagian EMS (Pria 2)

Allowance %

Tenaga yang dikeluarkan 4

Sikap kerja 1

Gerakan kerja 0

Kelelahan mata 4

Keadaan temperatur tempat kerja 0

Keadaan atmosfer 0

Keadaan lingkungan 0

Kebutuhan pribadi 1


(72)

3. Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 1)

Tabel 5.14. Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 1)

Allowance %

Tenaga yang dikeluarkan 2

Sikap kerja 1

Gerakan kerja 0

Kelelahan mata 2

Keadaan temperatur tempat kerja 0

Keadaan atmosfer 0

Keadaan lingkungan 0

Kebutuhan pribadi 1

Total 6

4. Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 2)

Tabel 5.15. Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 2)

Allowance %

Tenaga yang dikeluarkan 2

Sikap kerja 1

Gerakan kerja 0

Kelelahan mata 2

Keadaan temperatur tempat kerja 0

Keadaan atmosfer 0

Keadaan lingkungan 0

Kebutuhan pribadi 1


(73)

5. Bagian Paket Luar Negeri (Pria 1)

Tabel 5.16. Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Luar Negeri (Pria 1)

Allowance %

Tenaga yang dikeluarkan 2

Sikap kerja 1

Gerakan kerja 0

Kelelahan mata 6

Keadaan temperatur tempat kerja 0

Keadaan atmosfer 0

Keadaan lingkungan 0

Kebutuhan pribadi 1

Total 10

6. Bagian Paket Luar Negeri (Pria 2)

Tabel 5.17. Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Luar Negeri (Pria 2)

Allowance %

Tenaga yang dikeluarkan 2

Sikap kerja 1

Gerakan kerja 0

Kelelahan mata 6

Keadaan temperatur tempat kerja 0

Keadaan atmosfer 0

Keadaan lingkungan 0

Kebutuhan pribadi 1


(74)

7. Bagian Bungkus dan Register (Wanita)

Tabel 5.18. Allowance (Kelonggaran) Bungkus dan Register (Wanita)

Allowance %

Tenaga yang dikeluarkan 2

Sikap kerja 1

Gerakan kerja 0

Kelelahan mata 4

Keadaan temperatur tempat kerja 0

Keadaan atmosfer 0

Keadaan lingkungan 0

Kebutuhan pribadi 2

Total 9

5.2. Pengolahan Data

5.2.1 Perhitungan Waktu Produktif Karyawan

Perhitungan waktu produktif karyawan dilakukan untuk mengetahui persentase waktu produktif masing-masing karyawan sehingga dapat diketahui rata-rata persentase waktu yang digunakan karywan untuk bekerja selam jam kerja berlangsung. Juga dapat diketahui persentase besarnya aktifitas non-produktif (idle). Persentase waktu produktif karyawan dapat diketahui menggunakan rumus sebagai berikut :

Adapun hasil rekapitulasi persentase waktu produktif masing-masing karyawan berdasarkan hasil pengamatan work sampling pada bagian EMS, Paket Dalam Negeri,Paket Luar Negeri, Bungkus dan Register Paket Besar dapat dlihat pada Tabel 5.19


(75)

Tabel 5.19. Rekapitulasi Persentase Waktu Produktif Bagian Logistik

Karyawan Aktifitas Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

EMS 1

Work 63 62 63 64 63 62 64 64 63 62 62 63 64 63 62

Idle 7 8 7 6 7 8 6 6 7 8 8 7 6 7 8

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

%p 0.900 0.886 0.900 0.914 0.900 0.886 0.914 0.914 0.900 0.886 0.886 0.900 0.914 0.900 0.886

Rata-rata 0.899

EMS 2

Work 64 65 64 63 65 64 63 64 65 64 65 64 64 63 65

Idle 6 5 6 7 5 6 7 6 5 6 5 6 6 7 5

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

%p 0.914 0.929 0.914 0.900 0.929 0.914 0.900 0.914 0.929 0.914 0.929 0.914 0.914 0.900 0.929

Rata-rata 0.916

Paket Dalam Negeri 1

Work 62 62 63 62 61 63 61 62 61 61 63 62 61 62 63

Idle 8 8 7 8 9 7 9 8 9 9 7 8 9 8 7

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

%p 0.886 0.886 0.900 0.886 0.871 0.900 0.871 0.886 0.871 0.871 0.900 0.886 0.871 0.886 0.900


(76)

Tabel 5.19. Rekapitulasi Persentase Waktu Produktif Bagian Logistik (Lanjutan)

Karyawan Aktifitas Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Paket Dalam Negeri 2

Work 63 63 63 61 63 62 61 63 61 62 61 62 62 62 61

Idle 7 7 7 9 7 8 9 7 9 8 9 8 8 8 9

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

%p 0.900 0.900 0.900 0.871 0.900 0.886 0.871 0.900 0.871 0.886 0.871 0.886 0.886 0.886 0.871

Rata-rata 0.886

Paket Luar Negeri 1

Work 61 60 60 62 61 60 62 62 61 60 62 61 62 62 61

Idle 9 10 10 8 9 10 8 8 9 10 8 9 8 8 9

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

%p 0.871 0.857 0.857 0.886 0.871 0.857 0.886 0.886 0.871 0.857 0.886 0.871 0.886 0.886 0.871

Rata-rata 0.873

Paket Luar Negeri 2

Work 62 63 62 63 63 62 62 64 62 63 64 62 64 62 63

Idle 8 7 8 7 7 8 8 6 8 7 6 8 6 8 7

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

%p 0.886 0.900 0.886 0.900 0.900 0.886 0.886 0.914 0.886 0.900 0.914 0.886 0.914 0.886 0.900


(77)

Tabel 5.19. Rekapitulasi Persentase Waktu Produktif Bagian Logistik (Lanjutan)

Karyawan Aktifitas Hari

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Bungkus dan Register

Work 64 63 63 64 62 64 63 63 64 64 62 64 62 63 62

Idle 6 7 7 6 8 6 7 7 6 6 8 6 8 7 8

Total 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

%p 0.914 0.900 0.900 0.914 0.886 0.914 0.900 0.900 0.914 0.914 0.886 0.914 0.886 0.900 0.886


(78)

5.2.2 Uji Keseragaman Data

Untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan sudah seragam atau belum maka dilakukan uji keseragaman data. Ditandai dengan tidak adanya data yang out of control. Uji keseragaman data pada penelitian ini dilakukan pada tingkat keyakinan 95% karena tingkat kepercayaan peneliti terhadap hasil pengukuran sebesar 95% dan tingkat ketelitian yang menunjukkan penyimpangan maksimal dari hasil pengukuran sebesar 5%. Adapun rumus yang digunakan untuk uji keseragaman data adalah sebagai berikut :

Dimana :

p = produktif rata-rata operator

n = jumlah pengamatan yang dilaksanakan per siklus waktu kerja Berdasarkan rumus diatas maka hasil perhitungan uji keseragaman data masing-masing karyawan adalah sebagai berikut :


(79)

Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Bagian EMS (Pria 1) dapat dilihat pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1. Peta Kontrol Keseragaman Data Bagian EMS (Pria 1) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.

b. Bagian EMS (Pria 2)

Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Peta Kontrol Keseragaman Data Bagian EMS (Pria 2) dapat dilihat pada Gambar 5.2.


(80)

Gambar 5.2. Peta Kontrol Keseragaman Data Bagian EMS (Pria 2) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.

c. Paket Dalam Negeri (Pria 1)

Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Paket Dalam Negeri (Pria 1) dapat dilihat pada Gambar 5.3.


(81)

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.

d. Paket Dalam Negeri (Pria 2)

Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Paket Dalam Negeri (Pria 2) dapat dilihat pada Gambar 5.4

Gambar 5.4. Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Dalam Negeri (Pria 2) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.


(82)

Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Paket Luar Negeri (Pria 1) dapat dilihat pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5. Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Luar Negeri (Pria 1) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.

f. Paket Luar Negeri (Pria 2)

Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Paket Luar Negeri (Pria 2) dapat dilihat pada Gambar 5.6.


(83)

Gambar 5.6. Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Luar Negeri (Pria 2) Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.

g. Bagian Bungkus dan Register (Wanita)

Dari data diatas maka peta kontrol uji keseragaman data Bagian Bungkus dan Register (Wanita) dapat dilihat pada Gambar 5.7.

Gambar 5.7. Peta Kontrol Keseragaman Data Bagian Bungkus dan Register (Wanita)


(84)

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data pengamatan seragam karena berada diantara Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah.

5.2.3 Uji Kecukupan Data

Untuk mengetahui apakah data yang dikumpulkan telah mencukupi atau belum maka dilakukan uji kecukupan data. Jika N’ > N maka data belum mencukupi sehingga harus dilakukan pengamatan lagi hingga data telah mencukupi. Adapun rumus yang digunakan untuk uji kecukupan data adalah sebagai berikut :

Dimana : N’ = Jumlah pengamatan yang harus dilakukan untuk sampling kerja S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki (bentuk desimal)

P = Produktif karyawan rata-rata (bentuk desimal)

k = Harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan

Untuk bagian EMS

nilai N’ < N atau 179,661 < 1050 maka data telah mencukupi.

Adapun hasil uji kecukupan data untuk masing-masing karyawan Bagian EMS, Paket Dalam dan Luar Negeri dserta bagian Paket Bungkus dan Register dapat dilihat pada Tabel 5.20.


(85)

Tabel 5.20 Hasil Uji Kecukupan Data Masing-masing Karyawan

Karyawan %p N N' Keterangan

EMS (Pria 1) 0.899 1050 179.661 Cukup

EMS (Pria 2) 0.916 1050 146.362 Cukup

Paket Dalam Negri (Pria 1) 0.885 1050 208.396 Cukup Paket Dalam Negri (Pria 2) 0.886 1050 206.452 Cukup Paket Luar Negeri (Pria 1) 0.873 1050 232.061 Cukup Paket Luar Negeri (Pria 2) 0.896 1050 185.335 Cukup Bungkus dan Register (Wanita) 0.902 1050 185.335 Cukup

5.2.4 Perhitungan Tingkat Ketelitian Hasil Pengamatan

Setelah studi secara lengkap dilakukan, suatu perhitungan akan dibuat untuk menentukan apakah hasil pengamatan yang didapatkan bisa dikategorikan cukup teliti. Adapun perhitungan tingkat ketelitian pengamatan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

Dimana : S = Tingkat ketelitian yang dikehendaki

p = persentase produktif rata-rata karyawan (dalam bentuk decimal) N = jumlah pengamatan yang telah dilakukan untuk sampling kerja k = harga indeks yang besarnya tergantung pada tingkat kepercayaan


(1)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2 Jenis Penelitian ... IV-1 4.3 Instrumen Penelitian ... IV-2 4.4 PopulasI dan Sampel ... IV-2 4.5 Kerangka Berpikir ... IV-3 4.6 Pelaksanaan Penelitian ... IV-3 4.7 Sumber Data ... IV-5 4.8 Metode Pengumpulan Data ... IV-5 4.9 Pengolahan Data ... IV-6 4.11 Analisis Pemecahan Masalah ... IV-10 4.12 Kesimpulan dan Saran ... IV-10

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1 Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1 Penentuan Jadwal Pengamatan Work Sampling ... V-2 5.1.2 Pengamatan Work Sampling ... V-5 5.1.3 Penentuan Penentuan Rating Factor ... V-11 5.1.4 Penentuan Allowance (Kelonggaran) ... V-13 5.2 Pengolahan Data ... V-17 5.2.1 Perhitungan Waktu Produktif Karyawan ... V-17 5.2.2 Uji Keseragaman Data ... V-21 5.2.3 Uji Kecukupan Data ... V-27 5.2.4 Perhitungan Tingkat Ketelitian Hasil Pengamatan ... V-28 5.2.5 Perhitungan Beban Kerja ... V-29 5.2.6 Perhitungan Karyawan Optimal ... V-30


(2)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1 Analisis Beban Kerja Karyawan Bagian Logistik ... VI-1 6.2 Analisis Jumlah Karyawan yang Optimal ... VI-3

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1 Jumlah Karyawan Perusahaan di PT. Pos Indonesia (Persero)

Kantor Pos Medan 2000 ... II-2 3.1 Penyesuaian Menurut Cara Shumard ... III-16 3.2 Penyesuaian Menurut Cara Westinghouse ... III-23 3.3 Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-Faktor yang

Berpengaruh ... III-24 5.1 Tabel Jumlah Karyawan Bagian Logistik ... V-1 5.2 Waktu Pengamatan dengan Interval Waktu 5 Menit ... V-3 5.3 Waktu Pengamatan Terpilih dalam Satu Hari Kerja ... V-4 5.4 Hasil Pengamatan Work Sampling di Bagian Logistik ... V-9 5.5 Rating Factor Bagian EMS (Pria 1)... V-10 5.6 Rating Factor Bagian EMS (Pria 2)... V-10 5.7 Rating Factor Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 1) ... V-11 5.8 Rating Factor Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 2) ... V-11 5.9 Rating Factor Paket Luar Negeri (Pria 1) ... V-11 5.10 Rating Factor Paket Luar Negeri (Pria 2) ... V-12 5.11 Rating Factor Bagian Paket Bungkus dan Register (Wanita) ... V-12 5.12 Allowance (Kelonggaran) Bagian EMS (Pria 1) ... V-13 5.13 Allowance (Kelonggaran) Bagian EMS (Pria 2) ... V-13 5.14 Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 1) ... V-14 5.15 Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Dalam Negeri (Pria 2) ... V-14 5.16 Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Luar Negeri (Pria 1) ... V-15 5.17 Allowance (Kelonggaran) Bagian Paket Luar Negeri (Pria 2) ... V-15 5.18 Allowance (Kelonggaran) Bungkus dan Register (Wanita) ... V-16 5.19 Rekapitulasi Persentase Waktu Produktif Bagian Logistik ... V-17 5.20 Hasil Uji Kecukupan Data Masing-masing Karyawan ... V-27 5.21 Rekapitulasi Total Beban Kerja Karyawan Bagian Logistik di


(4)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

6.1 Tabel Perhitungan Jumlah Karyawan Bagian Paket EMS ... VI-2 6.2 Tabel Perhitungan Jumlah Karyawan Bagian Paket Dalam Negri ... VI-2 6.3 Tabel Perhitungan Jumlah Karyawan Bagian Paket Luar Negeri ... VI-2 6.4 Tabel Perhitungan Jumlah Karyawan Bagian Paket Bungkus

dan Register ... VI-2 6.5 Tabel Perhitungan Jumlah Karyawan Optimal Tiap Bagian ... VI-4


(5)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Logo PT. Pos Indonesia ... II-7 2.2 Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia ... II-9 4.1 Diagram Alir Prosedur Penelitian ... IV-4 4.2 Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-8 5.1 Peta Kontrol Keseragaman Data Bagian EMS (Pria 1) ... V-21 5.2 Peta Kontrol Keseragaman Data Bagian EMS (Pria 2) ... V-22 5.3 Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Dalam Negeri (Pria 1) ... V-22 5.4 Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Dalam Negeri (Pria 2) ... V-23 5.5 Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Luar Negeri (Pria 1) ... V-24 5.6 Peta Kontrol Keseragaman Data Paket Luar Negeri (Pria 2) ... V-25 5.7 Peta Kontrol Keseragaman Data Bagian Bungkus dan


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Work Sampling Study Form ... L-1 2. Lembar PPKP (Pencacahan dan Pembeaan Kiriman Pos) ... L-2 3. Lembar PP 22a (Daftar Serah Terima Kiriman Pos Pabean) ... L-3 4. Form Tugas Akhir ... L-4 5. Surat Keputusan tentang Tugas Sarjana Mahasiswa ... L-5 6. Surat Penjajakan ... L-6 7. Surat Balasan ... L-7 8. Surat Keputusan Tugas Akhir ... L-8 9. Lembar Asistensi ... L-9


Dokumen yang terkait

EVALUASI JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) Evaluasi Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Dengan Metode Work Load Analysis (WLA) Dan Work Force Analysis (WFA) Di PT. Trikartika Megah.

0 1 15

ANALISA BEBAN KERJA DAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) DI PT. SURABAYA PERDANA ROTOPACK.

1 3 103

ANALISA BEBAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) UNTUK MENENTUKAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DI PT. X - SURABAYA.

0 5 127

Pengukuran Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan

0 0 14

Pengukuran Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan

0 0 1

Pengukuran Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan

0 0 7

Pengukuran Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan

0 1 17

Pengukuran Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan

0 1 2

Pengukuran Beban Kerja Dan Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Yang Optimal Pada Bagian Logistik Dengan Pendekatan Metode Work Load Analysis (WLA) Di PT.Pos Indonesia Kantor Pos Kelas II Medan

0 0 15

ANALISA BEBAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE WORK LOAD ANALYSIS (WLA) UNTUK MENENTUKAN JUMLAH TENAGA KERJA YANG OPTIMAL DI PT. X - SURABAYA

0 0 16