10
BAB II LANDASAN TEORI
Pada bab Landasan Teori ini dipaparkan mengenai Hakikat Sikap dan Hakikat
Plagiarisme. A.
Sikap 1.
Definisi Sikap
Mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku
individu terhadap manusia lainnya atau sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri disebut fenomena sikap.
Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman-
pengalaman masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan oleh harapan- harapan untuk masa yang akan datang. Sikap manusia, atau untuk singkatnya
disebut sikap, telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli Azwar, 2007.
Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis Azwar, 2007. Sikap atau Attitude
senantiasa diarahkan pada suatu hal, suatu objek. LaPierre Azwar, 2007 mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan
antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Definisi Petty Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang
lain, objek atau isu-isu Azwar, 2007. Kimball Young menyatakan bahwa sikap merupakan suatu prediposisi mental untuk melakukan suatu tindakan.
Ahli lain yaitu Fishbein dan Ajzen menyebutkan bahwa sikap sebagai prediposisi yang dipelajari untk merespon secara konsisten dalam cara
tertentu berkenaan dengan obyek tertentu. Sherif dan Sherif mengatakan bahwa sikap menentukan kekhasan perilaku seseorang dalam hubungannya
dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perubahan atau tingkah
laku dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2012. Aswar 2007 menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka
pemikiran. Pertama adalah kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone salah-seorang tokoh terkenal di bidang
pengukuran sikap, Rensis Likert juga seorang pionir di bidang pengukuran sikap, Charles Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi
atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable maupun perasaan tidak mendukung
atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut Berkowitz, dalam Azwar 2007.
Pemikiran kedua diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Gordon Allport tokoh terkenal di bidang psikologi
sosial dan psikologi kepribadian yang konsepsi mereka mengenai sikap lebih kompleks. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu.
Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang di maksudkan merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki respons. LaPierre dalam Azwar, 2007
mendefinisikan sikap sebagai „suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan‟.
Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi kepada skema triadik triadic scheme. Menurut kerangka pemikiran ini
suatu sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan
berperilaku terhadap suatu objek. Jadi berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah kecenderungan individu untuk memahami, merasakan, bereaksi dan berperilaku terhadap suatu objek yang merupakan hasil dari interaksi
komponen kognitif, afektif dan konatif.
2. Ciri-ciri sikap
Walgito 1990: 113-115 mengemukakan pendapat bahwa sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Sikap tidak dibawa sejak lahir
Manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap- sikap tertentu terhadap sesuatu objek. Karena sikap tidak
dibawa sejak individu dilahirkan, ini berarti bahwa sikap itu