Tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa dan impilkasinya terhadap penyusunan topik-topik bimbingan pribadi-sosial (studi deskriptif pada mahasiswa prodi bimbingan dan konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma).

(1)

ABSTRAK

TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR POSITIF MAHASISWA DAN IMPILKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma)

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma; dan 2) mengidentifikasi item instrumen yang tergolong rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi sosial. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 61 mahasiswa. Instrumen pada penelitian ini menggunakan Kuesioner Tingkat Kemampuan Berpikir Positif dengan skala Likert. Nilai reliabilitas sebesar 0.787 yang berarti koefisien reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria tinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif presentase distribusi normal. Hasil penelitian menunjukkan 8,2% mahasiswa memiliki tingkat kemampuan berpikir positif sedang, 57,4% mahasiswa memiliki tingkat kemampuan berpikir positif tinggi dan 34,4% mahasiswa memiliki tingkat kemampuan berpikir positif sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis butir kuesioner menunjukkan bahwa ada 9 topik yang dapat diusulkan menjadi bahan bimbingan.


(2)

ABSTRACT

The Rate Of Students' Positive Thinking Ability And Implications Through The Compilation Of Social Counsel (Description Study Of Students In Guidance And

Counseling Department 2014 Sanata Darma University)

This study aims to find out 1) the rate of students' positive thinking ability who are in in Guidance And Counseling Department 2014 Sanata Darma University 2) to identy the instrument items which are low as a main of compilation topics of social counseling. This study is quantitative descriptive research. Its subjects are The Student Of Guidance And Counseling Department 2014 In Sanatadarma University. It has got 61 students. This study uses the rate of students' positive thinking ability questioner with likert scale. The reliability value is 0.78, it means the instrument of reliability coefficients belongs to high criteria. To analyze the data, this study uses percentage description of normal distribution technique. The result shows there are 8.2% students who have middle rate of positive thinking ability, 57.4 who have high rate of positive thinking ability, and 34.4% students who have very high rate positive thinking ability. Bases on the result of questioner analysis, it shows three are 9 topics which can be suggested as counseling material.


(3)

TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR POSITIF MAHASISWA DAN IMPILKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Christiana Grace Setiawati NIM: 111114029

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA


(4)

(5)

(6)

MOTTO

Selalu jadi dirimu sendiri dan jangan pernah menjadi orang lain” “Tuhan selalu ada untuk kita saat susah maupun senang”

(Christiana Grace Setiawati)

“Tanamkan dalam hatimu, bahwa setiap hari adalah hari terbaik sepanjang tahun”

(Ralph Waldo Emerson)

“Kita tidak bisa lari dari kepahitan hidup, kita tidak bisa lari dari takdir kita, tetapi kita memiliki pilihan: Menyerah atau melawan, berjuang dan menciptakan kehidupan yang sangat bernilai, kehidupan yang bahagia dan

penuh harapan” (Jacon Hedd)


(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini aku persembahkan bagi:

Tuhan Yesus Kristus,

Almamaterku, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,

Program Studi Bimbingan dan Konseling,

Kedua orangtuaku tercinta, Simon Anda Sofyana dan Vinsensia Uum Sumiati

Kakak dan adikku tercinta, Christina Jeany Ardilla dan Christian Trie Setiadi

Orang yang aku sayang dan kasihi, Fransiskus Angga Prawirasantana

Sahabat-sahabatku, Caroline, Emilia, Seruni, Olivia, Cici Thia, Yuli, Silviana Danti, Rosa Delima, Ating, Resa, Nurul, Oriza, Nawang, Antonius Yogi, Aep


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR POSITIF MAHASISWA DAN IMPILKASINYA TERHADAP PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL

(Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma)

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma; dan 2) mengidentifikasi item instrumen yang tergolong rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi sosial. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma yang berjumlah 61 mahasiswa. Instrumen pada penelitian ini menggunakan Kuesioner Tingkat Kemampuan Berpikir Positif dengan skala Likert. Nilai reliabilitas sebesar 0.787 yang berarti koefisien reliabilitas instrumen masuk dalam kriteria tinggi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif presentase distribusi normal. Hasil penelitian menunjukkan 8,2% mahasiswa memiliki tingkat kemampuan berpikir positif sedang, 57,4% mahasiswa memiliki tingkat kemampuan berpikir positif tinggi dan 34,4% mahasiswa memiliki tingkat kemampuan berpikir positif sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis butir kuesioner menunjukkan bahwa ada 9 topik yang dapat diusulkan menjadi bahan bimbingan.


(11)

ABSTRACT

The Rate Of Students' Positive Thinking Ability And Implications Through The Compilation Of Social Counsel (Description Study Of Students In Guidance And

Counseling Department 2014 Sanata Darma University)

This study aims to find out 1) the rate of students' positive thinking ability who are in in Guidance And Counseling Department 2014 Sanata Darma University 2) to identy the instrument items which are low as a main of compilation topics of social counseling. This study is quantitative descriptive research. Its subjects are The Student Of Guidance And Counseling Department 2014 In Sanatadarma University. It has got 61 students. This study uses the rate of students' positive thinking ability questioner with likert scale. The reliability value is 0.78, it means the instrument of reliability coefficients belongs to high criteria. To analyze the data, this study uses percentage description of normal distribution technique. The result shows there are 8.2% students who have middle rate of positive thinking ability, 57.4 who have high rate of positive thinking ability, and 34.4% students who have very high rate positive thinking ability. Bases on the result of questioner analysis, it shows three are 9 topics which can be suggested as counseling material.


(12)

(13)

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian... 5


(15)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Berpikir Positif ... 7

1. Pengertian Berpikir Positif ... 7

2. Aspek-aspek Berpikir Positif ... 8

3. Karakteristik Kemampuan Berpikir Positif ... 9

4. Manfaat Kemampuan Berpikir Positif ... 12

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Berpikir Positif ... 17

6. Mahasiswa Bk Sebagai Calon Guru BK atau Konselor .. 18

B. Remaja Akhir ... 19

1. Mahasiswa Tingkat Awal Sebagai Remaja Akhir ... 19

2. Tugas-tugas Perkembangan Pada Masa Remaja ... 20

3. Kompetensi Konselor yang Berkaitan dengan Cara Berpikir ... 21

C. Kajian Penelitian yang Relevan ... 22

D. Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

C. Subjek Penelitian ... 28

D. Variable Penelitian... 29

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 29

1. Teknik Pengumpulan Data ... 29

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 30

F. Validitas dan Reliabilitas ... 34

1. Validitas ... 34

2. Reliabilitas ... 38

G. Teknik Analisi Data ... 39

1. Menentukan Skor Pengolahan Data ... 40


(16)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 45

2. Identifikasi Item Rendah Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Sebagai Dasar Penyusunan Topik-topik Bimbingan . 47 B. Pembahasan ... 49

C. Usulan Program-program Bimbingan Berdasarkan Item- item dalam Kuisioner yang Teridentifikasi Rendah ... 52

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 53

B. Keterbatasan ... 54

C. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 57


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Jadwal Pengumpulan Data ... 28

Tabel 2 : Jumlah Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 29

Tabel 3 : Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban ... 32

Tabel 4 : Kisi-kisi Kuesioner Berpikir Positif sebelum uji coba ... 32

Tabel 5 : Kisi-kisi Kuesioner Berpikir Positif setelah uji coba ... 36

Tabel 6 : Kriteria Guilford ... 39

Tabel 7 : Norma Kategorisasi Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 41

Tabel 8 : Norma Kategorisasi Item Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 42

Tabel 9 : Kategorisasi Butir-butir Instrumen Berpikir Positif Norma Kategorisasi Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 43 Tabel 10 : Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Angkatan


(18)

Universitas Sanata Dharma ... 44 Tabel 11 : Pengkategorisasian Skor Butir-butir Instrumen Kemampuan

Berpikir Positif Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma ... 45 Tabel 12 : Analisis Butir-butir Instrumen Kemampuan Berpikir Positif

Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma ... 47 Tabel 13 : Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori Sedang .. 48


(19)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Grafik Tingkat Kemampuan Berpikir Positif

Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian ... 59

Lampiran 2: Data Penelitian ... 65

Lampiran 3: Hasil Uji Validitas... 75

Lampiran 4: Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 81

Lampiran 5: Topik-topik usulan Bimbingan ... 82


(21)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki kemampuan berpikir paling baik. Salah satu kemampuan manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup yang lain adalah kemampuan berpikir. Dari berbagai kemampuan yang ada pada manusia, berpikir merupakan kemampuan yang memegang peranan penting dalam menentukan kualitas hidupnya. Namun demikian tidak setiap orang mampu mengoptimalkan kemampuan berpikir secara positif.

Bagi orang yang selalu berpikir positif, energi positif akan senantiasa mendorong dirinya untuk meningkatkan kualitas diri dan berusaha meraih kemajuan (keberhasilan). Jika ternyata di dalam diri kita tidak muncul dorongan semacam itu, maka bisa dipastikan karena kita masih dikuasai oleh pikiran negatif. Pikiran positif menumbuhkan munculnya kekuatan untuk berusaha meraih suatu kebaikan. Pikiran negatif bersifat sebaliknya.

Mahasiswa sebagai pribadi yang mulai beranjak dewasa, dituntut memiliki pola berpikir yang lebih positif dibanding mereka yang masih berusia sekolah. Mahasiswa sebagai orang dewasa seperti yang diungkapkan dalam buku Psikologi Perkembangan yang disusun oleh Yudrik Jahja (1997),


(22)

menyatakan bahwa orang dewasa adalah orang yang dapat berpikir logis, pandai mempertimbangkan segala sesuatu dengan adil, terbuka dan dapat menilai semua pengalaman hidup.

Mahasiswa yang berpikir positif memiliki kemampuan berpikir untuk menilai pengalaman-pengalaman dalam hidupnya sebagai bahan yang berharga untuk pengalaman selanjutnya dan menganggap semua itu sebagai proses hidup yang harus diterima. Akan tetapi tidak semua mahasiswa mampu berpikir positif di dalam mensikapi berbagai pengalaman hidup mereka.

Berdasarkan pengalaman penulis dalam berinteraksi dengan rekan-rekan mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling angkatan 2014, mereka cenderung mengedepankan pikiran negatif dalam menilai orang lain. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar mahasiswa mengeluhkan cara dosen yang mengajar dengan tidak sesuai harapan. Sebagian yang lain merasa acuh dengan dosen dan hanya sebagian kecil dari mahasiswa yang merasa senang dengan cara dosen tersebut mengajar. Sikap dan ungkapan negatif juga sering kali muncul seperti mengeluhkan kondisi laboratorium Bimbingan dan Konseling yang tidak memadai, berkomentar sinis terhadap kebijakan kampus, banyaknya tugas rumah kadang dipahami sebagai bentuk pekerjaan berat dan ada mahasiswa yang merasa cemburu terhadap mahasiswa lain yang sering diperhatikan oleh dosen.

Kondisi “mahasiswa kurang berpikir positif” tentunya berseberangan dengan harapan pencapaian perkembangan pribadi seorang konselor seperti


(23)

yang diungkapkan oleh Sukartini (2011) dalam buku Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, bahwa seorang konselor perlu memiliki kepribadian yang utuh dalam berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya. Dengan demikian, mahasiswa Bimbingan Konseling yang pada saatnya nanti menjadi seorang konselor dituntut untuk selalu berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji masalah tentang tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa Program, Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma. Adapun judul dari tulisan ini adalah ” Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Dan Impilkasinya Terhadap Penyusunan Topik-Topik Bimbingan Pribadi-Sosial (Studi Deskriftif Pada Mahasiswa Prodi Bimbingan Dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa memiliki cara berpikir negatif terhadap orang lain dan lingkungan.

2. Mahasiswa belum bisa merespon secara positif berbagai pengalaman yang terjadi dalam kehidupannya.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari luasnya permasalahan yang akan timbul juga untuk mempermudah pelaksanaan, pengamatan dan pembahasan, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:


(24)

1. Fokus masalah dalam penelitian ini adalah pada tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 USD. 2. Data dianalisis berasal dari kuesioner yang diisi responden sehingga

keakuratan data tergantung dari kejujuran responden.

3. Penelitian dilakukan hanya pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling USD angkatan 2014 sehingga kesimpulan yang diperoleh hanya menggambarkan keadaan objek yang diteliti dan tidak berlaku umum.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seberapa tinggi tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling USD angkatan 2014?

2. Item-item instrumen mana yang teridentifikasi rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling USD angkatan 2014.

2. Mengetahui item-item instrumen yang teridentifikasi rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi.


(25)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat tercapai dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian lebih lanjut teori tentang tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa Bimbingan dan Konseling USD angkatan 2014.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini menjadi informasi bagi mahasiswa sebagai bahan refleksi mengembangkan diri.

b. Bagi lembaga, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi lembaga untuk mengupayakan pembinaan bagi mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dalam meningkatkan kemampuan berpikir positif.

c. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan tentang berpikir positif dan mengembangkan sikap-sikap ilmiah sebagai mahasiswa.


(26)

G. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kesalah pahaman penelitian, maka penulis merumuskan definisi operasional sebagai berikut:

1. Kemampuan Berpikir positif adalah kemampuan seseorang melihat, memikirkan, dan mensikapi segala sesuatu dari segi positif baik terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya.

2. Mahasiswa adalah seseorang yang sedang menjalani masa belajar pada tingkat perguruan tinggi. Dalam hal ini mahasiswa yang dimaksud adalah mereka yang sedang menjalani masa belajar pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014. 3. Bimbingan Pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu para

individu dalam memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial, yaitu: bimbingan dalam mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama dan berbagai lingkungan.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang pengertian kemampuan berpikir positif, aspek-aspek berpikir positif, karakteristik, manfaat, faktor berpikir positif, remaja akhir, kajian penelitian yang relevan dan kerangka berpikir.

A. Berpikir Positif

1. Pengertian Kemampuan Berpikir Positif

Menurut Utami (2008:67) kemampuan berpikir positif adalah kemampuan berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, maupun keadaan lingkungannya, sehingga ia tidak akan putus asa atas masalah yang dihadapinya dan mudah dalam mencari jalan keluarnya. Pengertian tersebut senada dengan pendapat Hamzah (2008:41) yang mengemukakan bahwa :

Kemampuan berpikir positif merupakan sikap mental yang melibatkan proses memasukan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran-gambaran yang konstruktif (membangun) bagi perkembangan pikiran. Pikiran positif menghadirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan yang kita lakukan. Apapun yang pikiran kita harapkan, pikiran positif akan mewujudkannya. Jadi berpikir positif juga merupakan sikap mental yang mengharapkan hasil yang baik serta menguntungkan.

Menurut Abdul (2005: 39) kemampuan berpikir positif merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu muatan pikiran, penggunaan pikiran, dan pengawasan pikiran.


(28)

Sedangkan menurut Rohmayasari (2010:17) kemampuan berpikir positif adalah kemampuan melihat segala sesutau yang dihadapi/diamati dari segi positif dan membiarkan pikiran untuk berproses secara positif yang kemudian mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang menjadi positif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir positif adalah kemampuan berpikir secara logis yang memandang sesuatu dari segi positifnya dan menekankan pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang di hadapi.

2. Aspek-aspek Berpikir Positif

Menurut Albrecht (1992) berpikir positif memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

a. Harapan yang positif (positive expectation)

Harapan positif dapat dilakukan dengan cara melakukan sesuatu dengan lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan.

b. Penyesuaian diri yang realistik (realistic adaptation)

Penyesuaian diri yang realistik adalah mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan, frustasi dan menyalahkan diri.


(29)

c. Affirmasi diri (self affirmative)

Affirmasi diri dilakukan dengan cara memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat diri secara positif. Dalam hal ini seseorang menggantikan kritik pada diri sendiri dengan memfokuskan pada kekuatan diri sendiri.

d. Pernyataan yang tidak menilai (non judgement talking)

Pernyataan yang tidak menilai adalah pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan daripada menilai keadaan. Pernyataan ataupun penilaian ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberikan pernyataan atau penilaian yang negatif. Aspek ini akan sangat berperan dalam menghadapi keadaan yang cenderung negatif.

3. Karakteristik Kemampuan Berpikir Positif (Positive Thinking)

Menurut Rohmayasari (2010:17-19) karakteristik orang yang memiliki kemampuan berpikir positif adalah sebagai berikut:

a. Melihat masalah sebagai tantangan

Bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang berat dan membuat hidupnya menjadi paling sengsara di dunia. Masalah harus dijadikan sebagai tantangan hidup agar kita menjadi berkembang.


(30)

b. Menikmati hidupnya

Pemikiran yang positif akan membuat seseorang menerima keadaannya dengan besar hati, meski tidak berarti ia tidak berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.

c. Pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide

Dengan menerima saran dan ide baru maka akan ada pandangan baru dalam hidup kita menuju yang lebih baik lagi.

d. Melenyapkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak

Memelihara pikiran negatif lama kelamaan bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Hal itu bisa menimbulkan masalah dikemudian hari.

e. Mensyukuri apa yang dimilikinya

Jangan berkeluh kesah terhadap apa yang belum kita miliki, selalu bersyukur atas apa yang dimiliki niscaya akan ditambah rezeki kita. f. Tidak mendengarkan gosip yang tidak menentu

Sudah pasti, gosip berteman baik dengan pikiran negatif. Oleh karena itu, mendengarkan omongan yang tidak ada kejelasannya adalah perilaku yang dijauhi oleh para pemikir positif.

g. Tidak membuat alasan tetapi melakukan tindakan

Pernah dengar pelesetan NATO (No Action, Talk Only), hal itu bisa berakibat buruk bagi diri anda. Karena tindakanlah yang dinilai dalam sebuah tindakan.


(31)

h. Menggunakan bahasa positif

Gunakan kata-kata yang bernadakan optimis dan mengandung makna positif seperti "Masalah itu pasti akan terselesaikan", "Dia

memang berbakat" dan “kamu pasti bisa”.

i. Menggunakan bahasa tubuh yang positif

Di antaranya adalah senyum, berjalan dengan langkah tegap, dan gerakan tangan yang ekspresif, atau anggukan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, antusias, dan hidup. j. Peduli Pada Citra Diri

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa karakteristik orang yang memiliki kemampuan berpikir positif adalah sebagai berikut:

1) Bahagia dengan dirinya/bisa menciptakan kebahagiaan di dalam dirinya

2) Punya kesimpulan positif terhadap dirinya

3) Punya kepercayaan yang bagus terhadap kemampuannya 4) Bisa menjalin hubungan positif dengan orang lain

5) Bisa menjalin hubungan yang harmonis dengan kenyataan, baik yang OK maupun yang tidak OK

6) Langkahnya dinamis

7) Prestasi hidupnya terus bertambah membaik 8) Memiliki rasa percaya diri


(32)

10) Memiliki cara pandang dan tujuan yang jelas

4. Manfaat Kemampuan Berpikir Positif (Positive Thinking)

Menurut Saroso (2008:64) manfaat kemampuan berpikir positif adalah sebagai berikut:

a. Membentuk kepribadian yang lebih baik seperti: optimism, feeling of success, positive emotions, Positive response to failures, Self-confidence

b. Memberi energi yang lebih besar untuk kegiatan kreatif. Daya kreatif seseorang berhubungan erat dengan isi pikirannya. Bahwa isi pikiran yang positif dapat memunculkan ide-ide yang brilian.

c. Menciptakan hubungan yang sehat antar manusia. Dalam menghadapi orang lain dan situasi sosial, pikiran positif sangat diperlukan. Dengan adanya pikiran yang positif maka akan terjadi hubungan sosial yang positif pula.

d. Memelihara kesehatan jasmani dan rohani

Menurut Utami (2008:67-69) kebiasaan berpikir positif merupakan sikap dan tindakan yang mendatangkan manfaat besar individu yang bersangkutan, yaitu berkenaan dengan: health, feeling of success, optimism, positive emotions, positive response to failures,

self-confidence, positive self image, every cloud has a silver lining, creative,


(33)

a. Health

Seringkali keluhan atau rasa sakit seseorang, secara organis tidak dapat diidentifikasi oleh dokter. Dan ternyata keluhan dan rasa sakit tersebut tidak dirasakan lagi setelah orang yang bersangkutan mengganti isi pikirannya yang negatif dengan yang positif.

b. Feeling of success

Orang yang berpikir positif pada saat dirinya menghadapi suatu tugas merasa yakin bahwa dirinya akan berhasil dalam melakukan tugas tersebut. Perasaan bahwa dirinya berhasil selanjutnya menjadi motivator internal bagi dirinya.

c. Optimism

Bersikap positif terhadap suatu tugas yang harus dilakukan merupakan awal berkembangnya optimis. Optimisme merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang.

d. Positive emotions

Perasaan seseorang dipengaruhi oleh pikirannya. Jika ruang pikiran bersisi hal-hal yang positif, maka perasaan yang dialami juga merupakan perasaan positif.

e. Positive response to failures

Kebiasaan berpikir positif dapat membuat seseorang tegar dalam menghadapi kegagalan. Dengan adanya pikiran yang positif seseorang akan mampu mengembangkan pandangan bahwa


(34)

kegagalan bukan akhir dari segalanya dan bahwa masih ada kesempatan untuk meraih keberhasilan.

f. Self-confidence

Kebiasaan berpikir positif juga berperanan penting dalam pengembangan kepribadian yaitu rasa percaya diri. Berpikir positif tentang dirinya berarti melatih dirinya untuk memiliki rasa percaya diri.

g. Positive self image

Aspek kepribadian lainnya yang juga dipengaruhi oleh pola pikir seseorang adalah citra diri (self image). Jika seseorang ruang pikirannya diisi oleh hal-hal yang positif maka dirinya akan memiliki gambaran diri yang positif pula.

h. Every cloud has a silver lining

Bahwa setiap kejadian, seburuk apapun kejadian tersebut pasti ada hikmahnya. Demikian sikap atau anggapan orang yang terbiasa berpikir positif. Sikap atau anggapan demikian diperlukan agar mereka yang menghadapi masalah bisa terhindar dari stres dan depresi.

i. Creative

Daya kreatif seseorang berhubungan erat dengan isi pikirannya. Bahwa isi pikiran yang positif dapat memunculkan ide-ide yang brilian.


(35)

j. Persistency

Kebiasaan berpikir positif berpengaruh pada kesuksesan. Orang yang terbiasa berpikir positif akan selalu tekun dan tegar dalam menghadapi tugas-tugas dengan berbagai permasalahan yang ada. k. Positive relationships

Dalam menghadapi orang lain dan situasi sosial, pikiran positif sangat diperlukan. Dengan adanya pikiran yang positif maka akan terjadi hubungan sosial yang positif pula.

Menurut Abdul (2005:39) manfaat dari berpikir positif (positive thinking) adalah sebagai berikut:

a. Mengatasi stres. Berpikir positif membantu mengatasi situasi stres, mengabaikan pikiran negatif, mengganti pikiran pesimis menjadi optimis, mengurangi kecemasan dan mengurangi stres. Ketika mengembangkan sikap positif bisa mengontrol hidup dengan baik. b. Menjadi lebih sehat. Pikiran kita secara langsung mempengaruhi

tubuh dan bagaimana cara bekerjanya. Ketika Anda mengganti pikiran negatif dengan ketenangan, kepercayaan dan kedamaian, bukannya dengan kebencian, kecemasan, dan kekhawatiran, maka akan merasakan kesejahteraan. Dan ini berarti tidak mengalami gangguan saat tidur, tidak merasakan ketegangan otot, kecemasan, dan kelelahan. Orang-orang yang berpikir negatif lebih muda terkena depresi.


(36)

c. Percaya diri: Dengan berpikir positif, maka lebih percaya diri dan tidak untuk mencoba menjadi orang lain. Jika tidak percaya diri tidak akan pernah mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

d. Bisa mengambil keputusan yang benar: Berpikir positif mencegah memilih keputusan yang salah atau melakukan hal yang bodoh yang kemudian disesali. Berpikir positif membuat anda memilih keputusan dengan cepat.

e. Meningkatkan fokus: Menggunakan pikiran positif membantu Anda lebih fokus saat menghadapi masalah. Jika Anda berpikir negatif akan membuang-buang waktu, dan energi Anda.

f. Bisa mengatur waktu lebih baik: Dengan meningkatnya fokus serta kemampuan membuat keputusan yang lebih baik, Anda akan lebih terorganisir. Ini akan membantu Anda mendapatkan lebih banyak waktu untuk diri sendiri dan orang yang Anda cintai.

g. Lebih sukses dalam hidup: Sikap positif tak hanya bisa meningkatkan fokus Anda dan lebih bisa mengatur waktu dengan baik tetapi mengarahkan Anda pada kebahagian dan keberhasilan saat mengubah hidup Anda.

h. Memiliki banyak teman: Ketika berpikir positif, Anda akan menarik perhatian orang-orang dan ketika orang-orang tersebut dekat dengan Anda mereka akan merasa nyaman.

i. Menjadi pemberani: Ketakutan berasal dari pikiran negatif. Menjadi pemikir positif menghilangkan rasa takut. Keberanian berasal dari


(37)

kenyataan bahwa Anda tetap positif Anda akan tahu bahwa apapun yang terjadi dalam hidup Anda, Anda dapat menghadapinya.

j. Hidup lebih bahagia: Percaya diri merupakan suatu fakta bahwa Anda bahagia menjadi diri Anda sendiri dan tidak mencoba untuk menjadi orang lain. Jika Anda memiliki semangat berpikir positif, Anda selalu mengantisipasi hidup bahagia, damai, tawa, kesehatan yang baik dan kesuksesan finansial.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Positif (Positive Thinking)

Menurut Utami (2008:69) faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir positif adalah sebagai berikut :

a. Optimisme. Seseorang merasa yakin atas apa yang dilakukan dan selalu melihat sisi terang dari segala sesuatu.

b. Kreativitas. Kemampuan individu untuk mengembangkan diri dan menciptakan segala sesuatu yang berbeda dari orang lain.

c. Percaya diri. Suatu sikap atau perasaan yakin atas kemampuannya diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak terlalu cemas dalam tindakan, dapat merasa bebas untuk melaksanakan hal-hal yang disukai dan bertanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan mengenal kelebihan serta kekurangan.


(38)

Menurut Rohmayasari (2010:19) strategi dalam mengungkit kekuatan berpikir poitif dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Jadilah optimis dan mengharapkan hasil yang baik dalam segala situasi

b. Cari alasan untuk tersenyum lebih sering

c. Visualisasikan hanya apa yang Anda inginkan terwujud d. Libatkan diri Anda dalam kegiatan rekreasi menyenangkan e. Baca dan kutipan yang inspirasional

f. Ikuti gaya hidup sehat. Olahraga setidaknya tiga kali seminggu

6. Mahasiswa BK sebagai calon guru BK atau konselor

Mahasiswa, yang di bagian awal telah disebutkan bahwa mereka adalah pribadi yang memasuki masa dewasa awal. Terlebih mahasiswa yang menjadi objek penelitian ini adalah mahasiswa Bimbingan Konseling, yang pada saatnya nanti diharapkan menjadi Guru BK atau Konselor.

Tentunya mahasiswa BK dituntut untuk selalu berpikiran positif sebagaimana disebutkan oleh Sukartini (2011) mengacu pada kode etik seorang konselor dalam buku Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi, bahwa seorang konselor perlu memiliki kepribadian yang utuh dalam berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya (Sukartini, 2011).


(39)

Dengan mengacu kode etik seorang konselor tersebut mahasiswa BK dituntut sejak masuk menjadi mahasiswa di semester pertama untuk melatih kepribadian untuk selalu berpikir positif terhadap orang lain dan lingkungannya, sehingga kemampuan berpikir positif ini akan menjadi kompetensi yang tertanam dengan baik dalam dirinya.

Sebagai seorang guru BK atau konselor, tentu amat dituntut untuk melihat sisi positif dari seseorang siswa atau klien. Guru BK perlu menampilkan kepribadian yang menyenangkan, bersahabat kepada semua siswa dengan berprinsip “accept the person, change the behaviour”. Sehingga Guru BK selalu beranggapan bahwa setiap siswa itu spesial.

B. Remaja Akhir

1. Mahasiswa Tingkat Awal Sebagai Remaja Akhir

Mahasiswa tingkat awal merupakan peserta didik yang tergolong pada perguruan tinggi. Mahasiswa tingkat awal dapat digolongkan sebagai remaja akhir yaitu 17/18-21 tahun bagi mahasiswa laki-laki dan 17/18 tahun bagi mahasiswi perempuan. Masa remaja akhir merupakan peralihan dari masa remaja awal. Masa ini ditandai oleh persiapan akhir untuk memasuki peran-peran orang dewasa Mappiare (Ali dan Asori, 2009:9). Masa remaja berlangsung dari umur 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi laki-laki (Ali dan Asori, 2009:9).


(40)

Menurut Hurlock (Ali dan Asori, 2009:9), istilah remaja yang aslinya adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti

“tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut,

istilah adolescence sesungguhnya memiliki arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Ali dan Asori, 2009:9). Pandangan ini didukung oleh Piaget yang mengatakan bahwa secara psikologis, remaja usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia di mana anak merasa bahwa dirinya tidak berada di bawah tingkat orang yang lebih tua, melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.

Remaja merupakan masa dimana individu mulai mencari jati dirinya. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima secara penuh untuk masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada di antara anak-anak dan orang dewasa. Remaja belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik dan psikisnya. Namun yang perlu ditekankan disini adalah fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa yang amat potensial, baik dilihat dari segi kognitif, emosi dan psikisnya.

2. Tugas Perkembangan Pada Masa Dewasa Awal

Tugas perkembangan pada masa dewasa awal difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha


(41)

untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas-tugas perkembangan dewasa awal (Ali dan Asori, 2009:10).

a. Mampu menerima keadaan fisiknya

b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

c. Mampu membina hubungan yang baik denagn anggota kelompok yang berlainan jenis

d. Mencapai kemandirian emosional e. Mencapai kemandirian ekonomi

f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat di perlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat

g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua

h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki usia dewasa

i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan

j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga

3. Kompetensi Konselor yang Berkaitan Dengan Cara Berpikir

Kompetensi konselor akan dinyatakan dalam penguasaan konsep, penghayatan dan perwujudan nilai, penampilan pribadi yang bersifat membantu dan unjuk kerja bimbingan dan konseling yang profesional


(42)

dan akuntabel. Struktur kompetensi konselor menunjukkan bahwa kompetensi konselor dibangun dari landasan filosofi tentang hakikat manusia dan kehidupannya sebagai makhluk Allah Yang Maha Kuasa, pribadi, dan warga negara yang ada dalam konteks kultur tertentu, jelasnya kultur Indonesia. Konselor adalah pendidik, karena itu konselor harus berkompeten sebagai pendidik. Landasan dan wawasan pendidikan menjadi salah satu kompetensi dasar konselor.

C. Kajian Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung kajian teori serta gagasan dalam penelitian ini, maka perlulah didukung dengan penelitian-penelitan sebelumnya yang relevan. Sejauh ini penulis tidak menemukan penelitian tentang kemampuan berpikir positif mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Meskipun demikian ada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sehubungan dengan pengaruh kemampuan berpikir positif terhadap pengembangan diri.

Aswendo Dwitantyanov, dkk (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh pelatihan berpikir positif pada efikasi diri akademik mahasiswa yang hasilnya menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa antara kelompok eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakukan menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan (p = 0,316 > 0,05 dan nilai te sebesar 1,014 < ttabel sebesar 2,018, dF = 42). Akan tetapi, setelah diberikan perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan dimana te > ttabel = 6,607 > 2,018 dan p = 0,000 < 0,05. Hal Ini membuktikan bahwa


(43)

pemberian pelatihan berpikir positif mempengaruhi efikasi diri akademik mahasiswa. Sedangkan berdasarkan hasil analisis pada kelompok kontrol (kelompok yang tidak diberi perlakuan) menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol tidak ada perubahan signifikan antara sebelum dan setelah perlakuan (–ttabel ≤ te ≤ ttabel (-2,074 < 1,713 < 2,074) serta p = 0,101 > 0,05).

Enik Nur Kholidah & Asmadi Alsa (2012) meneliti tentang pengaruh berpikir positif untuk menurunkan stres psikologis. Berdasar analisis uji perbedaan, diperoleh hasil thitung pada data gained score(penurunan skala tingkat stres pada mahasiswa) adalah sebesar -8,148 dengan (p<0,01) yang berarti ada perbedaan tingkat stres pada mahasiswa antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Rerata gained score(presentase penurunan) antara skala tingkat stres pada mahasiswa akhir dengan skala tingkat stres pada mahasiswa awal pada kelompok eksperimen (-20,16%) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (-3,87%). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pelatihan berpikir positif efektif menurunkan tingkat stres pada mahasiswa secara signifikan.

Penelitian lainnya yang relevan adalah penelitian dilakukan oleh Atina Machmudati (2013) tentang efektifitas pelatihan berpikir positif untuk menurunkan kecemasan mengerjakan skripsi pada Mahasiswa Fakultas Umum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa skor post-test dan pre-test kelompok


(44)

eksperimen mendapatkan nilai p =0.002 (p < 0.005), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan tingkat kecemasan pada kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberi pelatihan berpikir positif. Dengan kata lain kecemasan mahasiswa setelah mengikuti pelatihan berpikir positif lebih renah daripada kecemasan sebelum mengikuti pelatihan.

Dari beberapa hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan berpikir positif memiliki pengaruh bagi perkembangan diri mahasiswa. Dengan memiliki kemampuan berpikir positif mahasiswa mampu mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dalam proses belajarnya sebagai mahasiswa. Penelitian-penelitian di atas sangat mendukung penelitian tentang Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2014 karena hasil penelitian menguatkan bahwa kemampuan berpikir positif sangat diperlukan bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling guna mendukung proses belajarnya dan sekaligus mengembangkan diri menjadi konselor yang ideal.

D. Kerangka Pikir

Penetapan kerangka pemikiran dalam suatu karangan ilmiah sangat penting karena kerangka pemikiran dianggap sebagai arah dalam penelitian, dan kerangka pemikiran ini merupakan sesuatu yang dianggap benar atau konstan serta dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pembahasan. Kerangka pemikiran merupakan titik


(45)

tolak atau pokok pikiran dari permasalahan yang sedang diteliti dan secara logika dapat diterima keabsahannya. Seperti dikemukakan Arikunto (2006:

74) “Kerangka pemikiran adalah sebuah titik tolak yang kebenarannya diterima oleh peneliti dan sifat kebenaran ini selanjutnya diartikan pula peneliti dapat merupakan satu atau lebih hipotesis yang sesuai dengan penyelidikannya”.

Berdasarkan teori-teori yang sudah dipaparkan di atas berpikir positif merupakan cara berpikir untuk menilai segala sesuatu dari sisi potensi dan kebermanfaatan sehingga memunculkan optimisme baik bagi dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Dengan demikian, orang yang mampu berpikir positif tentunya mempu belajar dan memaknai setiap peristiwa dalam hidupnya baik dari pengalaman-pengalaman yang menggembirakan maupun dari pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling selaku calon konselor yang berperan membimbing dan mengarahkan peserta didik perlu memiliki kemampuan berpikir positif. Berpikir positif bagi seorang guru Bimbingan dan Konseling akan sangat membantu dalam mengenali anak lebih mendalam, menemukan potensi yang bisa dikembangkan anak guna memperkembangkan diri dan membantu dalam setiap persolan akademik dan persoalan hidup peserta didik.

Sebagai manusia, mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 tentunya sudah memiliki kemampuan berpikir positif. Hanya saja apakah mereka


(46)

sungguh-sungguh dengan baik menggunakan kemampuan berpikir positif mereka. Agar mampu menggunakan kemampuan berpikir positif dengan baik maka kemampuan berpikir positf perlu dilatih. Hasil dari penelitian ini dapat memberi gambaran sejauh mana mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2014 mampu berpikir positif sehingga gambaran tersebut dapat menjadi masukan dalam menentukan pembinaan-pembinaan yang perlu dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir mereka.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan jenis penelitian, variabel penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian dan sampel penelitian, variabel penelitian, teknik dan instrumen penelitian (instrumen pengumpulan data dan penentuan skor), validitas dan reliabilitas (uji validitas instrumen dan uji reliabilitas instrumen), dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Hal ini sejalan dengan pendapat Furchan (2005:447), yaitu penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala saat penelitian dilakukan. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan berpikir positif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma sehingga dapat ditentukan item-item instrumen mana yang teridentifikasi rendah sebagai dasar penyusunan topik-topik bimbingn pribadi sosial yang sesuai.


(48)

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada hari kamis, 07 Mei 2014 sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh ketua kelas masing-masing Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dimulai pada pukul 10.00-10.40 dan 13.00-13.40. Adapun jadwal penelitian disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1

Jadwal Pengumpulan Data

No Kelas Hari/Tanggal Waktu

1. Angkatan 2014 A Kamis/07 Mei 2015 10.00-10.40 2. Angkatan 2014 B Kamis/07 Mei 2015 13.00-13.40

C. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini melibatkan seluruh mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma dari 2 kelas yaitu; kelas A dan B. Adapun rincian jumlah mahasiswa masing-masing kelas adalah sebagai berikut Tabel 2.


(49)

Tabel 2.

Jumlah Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma

NO KELAS JUMLAH

1. Angkatan 2014 A 35

2. Angkatan 2014 B 32

TOTAL 67

D. Variabel Penelitian

Dalam Penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah variabel tunggal yaitu kemampuan berpikir positif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma. Variabel ini akan diuraikan secara operasional demi kepentingan pengukuran dan pengumpulan data.

E. Teknik dan Instrumen Pegumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner. Menurut Sugiono (2011:199) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Sepadan dengan Sugiono, menurut Margono (2007:167) kuesioner merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pernyataan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden. Kuesioner seperti interview, dimaksudkan


(50)

untuk memperoleh informasi tentang diri responden atau informasi tentang orang lain.

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner tertutup. Menurut Margono (2007:168), kuesioner tertutup berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternative jawaban yang disediakan. Responden dalam menjawab terkait pada sejumlah kemungkinan jawaban yang sudah disediakan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang disusun oleh peneliti menggunakan teknik penyusunan skala model Likert. Menurut Sugiono (2011:199) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dapat berupa pernyataan atau pernyataan terbuka atau tertutup.

Item-item dalam kuesioner ini dibuat berdasarkan aspek-aspek kemampuan berpikir positif menurut Albecht (1992). Kuisioner terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama memuat tentang jenis kelamin, asal subjek, tanggal pengisian tujuan kuesioner, dan petunjuk kuesioner. Kemudian bagian kedua memuat pernyataan tentang kemampuan berpikir positif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma.


(51)

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner menggunakan model skala likert dengan menggunakan 4 pilihan jawaban dengan maksud untuk membantu responden bila tidak memahami alternatif jawaban yang ditengah.

3. Format Penyataan

Kuesioner penelitian yang bersifat tertutup terdiri dari beberapa item pernyataan dengan menggunakan empat alternatif jawaban (genap). Penyajian pilihan jawaban dengan menggunakan empat alternatif jawaban ditempuh untuk menghadiri central tendency effect yaitu kecenderungan responden untuk memilih jawaban tengah atau

netral. Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah “SS (Sangat Sesuai)”, “S (Sesuai)”, “KS (Kurang Sesuai)”, dan “TS (Tidak

Sesuai)”.

4. Penentuan Skor

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari masing item pernyataan adalah:

a. Untuk pernyataan yang bersifat favorable (positif) terhadap aspek kemampuan berpikir positif , jawaban “SS (Sangat Sesuai)” diberi

skor 4, “S (Sesuai)” diberi skor 3, “KS (Kurang Sesuai)” diberi


(52)

b. Untuk pernyatan yang bersifat unfavorable (negatif) terhadap aspek kemampuan berpikir positif, jawaban “SS (Sangat Sesuai)”

diberi skor 1, “ S (Sesuai)” diberi skor 2, “ KS (Kurang Sesuai)” diberi skor 3, “TS (Tidak Sesuai)” diberi skor 4.

Tabel 3

Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban

No Pernyataan

Alternatif Jawaban SS (Sangat Sesuai) S (Sesuai) KS (Kurang Sesuai) TS (Tidak Sesuai)

1. Favorabel 4 3 2 1

2. Unfavorabel 1 2 3 4

Tabel 4

Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014

Universitas Sanata Dharma Sebelum Uji Coba

Aspek Indikator

Item-item

Fav Unfav

Harapan yang positif.

Harapan positif adalah hal-hal yang diinginkan dalam pikiran dengan cara memusatkan perhatian pada

a. Memusatkan perhatian pada kesuksesan

1, 2, 3 4, 5, 6 6

b. Memiliki optimis yang baik

7, 8, 9, 10 11, 12, 13, 14


(53)

kesuksesan, optimisme, pikiran untuk

memecahkan masalah dan menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan. c. Mempunyai rasa optimis untuk mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapi

15, 16, 17 18, 19, 20 6

d. Tidak membuat alasan tetapi melakukan tindakan

21, 22 23, 24 4

Penyesuaian diri yang realistik.

Penyesuaian diri yang realistik adalah menyesuaikan diri dengan baik dan benar. Dapat bersikap

realistik, menghargai pengalaman yang ada, tidak menunjukan keadaan frustasi kepada orang lain dan cepat berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan

a. Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain

25, 26, 27 28, 29, 30 6

b. Memiliki kemampuan untuk berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan

31, 32, 33 34, 35, 36 6

c. Selalu menjauh dari perilaku negatif

37, 38 39, 40 4

Affirmasi diri.

Affirmasi diri adalah penegasan, upaya diri untuk fokus pada kekuatan positif sebagai keyakinan dan melihat diri secara positif

a. Berpikir positif terhadap diri sendiri

41, 42, 43, 44, 45

46, 47, 48, 49, 50

10

b. Pikiran terbuka untuk

menerima saran, kritik dan ide

51, 52, 53 54, 55, 56 6

c. Memiliki cara pandang dan tujuan yang jelas


(54)

Pernyataan yang tidak menilai.

Pernyataan yang tidak menilai adalah

pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan daripada menilai keadaan

a. Menggambark an diri sendiri

61, 62 63, 63 4 b. Menggambark

an lingkungan sekitar

65, 66, 67 68, 69, 70 6

Jumlah 35 35 70

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 2003:65)

Menurut Sugiyono (2011:173) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor yang dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 2003:78).


(55)

Peneliti menggunakan validitas isi dalam penelitian ini. Validitas isi adalah validitas yang seharusnya menjadi isi suatu tes. Validitas isi melihat kecakupan butir-butir setiap itemnya secara konseptual, dengan kata lain, pada tahap ini akan melihat apa alat yang dibuat oleh penulis sudah mewakili apa yang menjadi topik penelitian. Validitas isi dilakukan melalui Profesional judgment, penilaian oleh para ahli, dalam hal ini, Profesional judgment oleh pembimbing skripsi. Peneliti meminta pertimbangan dari dosen pembimbing dalam proses penyusunan ukur.

Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi Product-Moment dari pearson, adapun hasilnya sebagai berikut:

� = N ∑XY−(∑X)(∑Y)

�∑� −(∑X)ᶻ} {NXYᶻ−(∑Y)ᶻ}

Keterangan:

Rxy : Korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir- butir

N : Jumlah subyek

X : Skor sub total kuesioner Y : Skor total butir-butir kuesioner

XY : hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Programme for Social Science) versi 16.0. perhitungan


(56)

dengan SPSS menggunakan patokan 0,300. Jika koefisien korelasinya > 0.300 maka item yang bersangkutan dinyatakan valid. Sedangkan jika koefisien korelasinya < 0,300 maka item yang bersangkutan dinyatakan tidak valid. Berdasarkan perhitungan statistik yang telah dilakukan peneliti , diperoleh 61 item yang dinyatakan valid dan 9 item dinyatakan tidak valid. Adapun hasil item-item yang valid dan tidak valid terdapat pada lampiran 3.

Tabel 5

Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014

Universitas Sanata Dharma Setelah Uji Coba

Aspek Indikator

Item-item

Fav Unfav

Harapan yang positif.

e. Memusatkan perhatian pada kesuksesan

1, 2 3, 4, 5 5

f. Memiliki optimis yang baik

6, 7, 8 9, 10, 11 6

g. Mempunyai rasa optimis untuk mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapi


(57)

h. Tidak membuat alasan tetapi melakukan tindakan

17, 18 19, 20 4

Penyesuaian diri yang realistik. d. Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain

21, 22, 23 24, 25, 26 6

e. Memiliki kemampuan untuk berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan

27, 28 29, 30, 31 5

f. Selalu menjauh dari perilaku negatif

32, 33 34, 35 4

Affirmasi diri. d. Berpikir

positif terhadap diri sendiri

36, 37, 38, 39, 40

41 6

e. Pikiran terbuka untuk menerima saran, kritik dan ide

42, 43, 44 45, 46, 47 6

f. Memiliki cara pandang dan tujuan yang jelas

48, 49 50, 51 4

Pernyataan yang tidak menilai.

c. Menggambark an diri sendiri


(58)

d. Menggambark an lingkungan sekitar

56, 57, 58 59, 60, 61 6

Jumlah 31 30 61

2. Reliabilitas

Menurur Azwar (2007:83) reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Menurut Sugiyono (2011:175) instrumen yang reliabel berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur berkali-kali menghasilkan data yang sama (konsisten).

Tingkat reliabilitas instrumen diungkapkan dengan koefisien alpha ( ). Untuk menghitung indeks reliabilitas kuesioner digunakan program SPSS (Statistic Programme Social Science) versi 16.0

Rumus koefisiensi alpha ( ) adalah sebagai berikut: = 2 [ 1 – S12 + S22]

Sx2 Keterangan :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2


(59)

Hasil data uji coba di Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas seluruh instrumen dengan menggunakan rumus koefisien alpha ( ) yaitu 0.787 dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas instrument masuk dalam kriteria tinggi. Artinya instrument ini memiliki keajegan yang tinggi. Perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan menggunakan kriteria Guilford (dalam Masidjo 1995:209) seperti yang disajikan dalam tabel 6.

Tabel 6 Kriteria Guilford

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup Tinggi

1,21-0,40 Rendah

0-0,20 Sangat Rendah

G. Teknik Analisis Data

Sugiono (2011:207) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi, data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakkukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut merupakan langkah-langkah yang ditempuh penulis untuk menganalisis data penelitian tentang kemampuan berpikir positif mahasiswa program Studi Bimbingan dan


(60)

Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data

Menentukan skor dari masing-masing alternatif jawaban yang sudah diberikan oleh responden dan membuat tabulasi skor dari masing-masing butir skala item. Langkah selanjutnya menghitung total skor masing-masing subjek penelitian dan total skor tiap item pernyataan. Melakukan skoring dengan bantuan Microsoft Excel dan SPSS versi 16,0. Membuat tabulasi data dan menghitung frekuensi

jawaban pada setiap item “Sangat Sesuai”, “Sesuai”, “Kurang Sesuai”,

“Tidak Sesuai”.

2. Menentukan Kategori

Membuat kategorisasi tingkat kemampuan berpikir positif subjek penelitian secara umum berdasarkan model distribusi normal dengan kategorisasi jenjang. Tujuannya untuk menepatkan subjek penelitian ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontimun berdasar pada atribut yang diukur. Kontimun jenjang ini berpedoman pada Azwar (2007:108) yang mengelompokkan tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa dalam lima ketegori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norma kategorisasinya adalah sebagai berikut.


(61)

Tabel 7 Norma Kategorisasi

� ≤µ- 1,5 σ Kategori sangat rendah µ- 1,5 σ < X ≤ µ-0,5 σ Kategori rendah µ- 0,5 σ < X ≤ µ+0,5 σ Kategori sedang

µ+0,5 σ < X ≤ µ +1,5 σ Kategori tinggi

µ+1,5 σ < X Kategogi sangat tinggi

Keterangan :

Xmaksimal teoretik : Skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala

Xminimum teoretik : Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala

σ (Standar deviasi) : Luas jarak rentangan yang dibagi menjadi 6 satuan deviasi standar µ (Mean teoretik) : Rata-rata teoretis dari skor

maksimum dan minimum

Mencari norma atau patokan yang akan digunakan dengan mencari Xmaksimum teoretik, Xminimum teoretik, standar deviasi, dan mean teoretik. Kategori tinggi rendahnya kemampuan berpikir mahasiswa program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma secara keseluruhan (dengan item total = 61) diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut


(62)

Xmaksimum : 61 x 4 = 244

Xminimum : 61 x 1 = 61

σ (Standar deviasi teoretik) : 183 : 6 = 30,5 µ (mean teoritik) : (244+61) :2 = 152,5

Tabel 8

Norma Kategorisasi Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014

Universitas Sanata Dharma

Norma Rentang Skor Kategori

X≤ µ- 1,5σ ≤ 107 Sangat Rendah

µ- 1,5σ < X ≤ µ 0,5

σ 107 – 137 Rendah

µ- 0,5σ < X ≤ µ+0,5

σ 137 – 168 Sedang

µ + 0,5σ < X ≤ µ +

1,5 σ 168– 198 Tinggi

µ + 1,5 σ < X ≥ 198 Sangat Tinggi

Selanjutnya data setiap subjek penelitian dikelompokkan berdasarkan skor total yang telah diperoleh ke dalam norma kategorisasi di atas. Dengan demikian, dapat diketahui jumlah dan persentase tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma secara umum mulai dari yang sangat rendah sampai yang sangat tinggi.

Setelah mengkategorisasikan secara umum, kemudian dikategorisasikan juga skor setiap item dalam skala. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan item-item skala yang nantinya akan dijadikan dasar penyusunan topik-topik bimbingan pribadi, kategorisasi skor


(63)

setiap item itu berpedoman pada Azwar (2007:108) yang mengelompokkan dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norma kategorisasi untuk item-item skala adalah sebagai berikut.

Tabel 9

Norma Kategorisasi Item

Xitem <µ–1,5 σ Kategori sangat rendah µ - 1,5 σ <item≤ µ - 0,5 σ Kategori rendah µ - 0,5 σ < Xitem≤ µ + 0,5 σ Kategori sedang

µ + 0,5 σ < Xitem≤ µ + 1,5 σ Kategori tinggi

µ + 1,5 σ < Xitem Kategori sangat tinggi

Keterangan :

Xitem maksimum teoretik : Skor tertinggi yang mungkin dicapai item

dalam skala.

Xitem minimum teoretik : Skor terendah yang mungkin dicapai item dalam skala.

σ (Standar deviasi) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (Mean teoretik) : Rata-rata teoretis dari skor maksimum dan minimum. Mencari kategorisasi tinggi rendahnya skor item-item secara keseluruhan dengan menggunakan N = 67. Perhitungannya sebagai berikut.


(64)

Xitem maksimum teoretik : 67 X 4 = 268 Xitem minimum teoretik : 67 X 1 = 67

σ (Standar deviasi) : 201 : 6 = 33,5 µ (Mean teoretik) : (268+67) : 2 = 168

Penentuan kategorisasi skor item dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 10

Norma Kategorisasi Skor Item

Skala Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014

Universitas Sanata Dharma

Perhitungan Skor Kategori

Xitem ≤ µ- 1,5 σ Xitem ≤ 118 Sangat rendah µ - 1,5 σ < Xitem≤ µ-0,5σ 118< Xitem≤ 151 Rendah

µ-0,5σ < Xitem≤ µ+0,5σ 151< Xitem≤ 185 Sedang

µ+0,5σ <Xitem≤ µ +1,5σ 185< Xitem≤ 218 Tinggi

µ +1,5σ < Xitecm Xitem > 218 Sangat tinggi `

Dari kategori skor item tersebut, data kemudian dikelompokkan berdasarkan norma yang ada. Setelah itu, item-item yang memiliki skor yang masuk dalam kategori sangat rendah sampai sedang selanjutnya dibahas dan dikembangkan menjadi topik-topik bimbingan pribadi sosial.


(65)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini dipaparkan tentang hasil penelitian dan pembahasan. Penyajian hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah atau pertanyaan-pertanyaan penelitian.

A. Hasil Penelitian

1. Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian, tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa angkatan 2014 program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dapat dikategorikan sebagai berikut (Tabel 11).

Tabel 11

Kategorisasi Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Sanata Dharma

Kategori Skor Frekuensi (ƒ) %

Sangat Rendah ≥ 107 0 0 %

Rendah 107 – 137 0 0 %

Sedang 137 – 168 5 8,2%

Tinggi 168 – 198 35 57,4%

Sangat Tinggi 198 21 34,4%

Total 61 100

Adapun secara visual persentase tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan Dan


(66)

Grafik 1.

Grafik Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan Dan Konseling

Universitas Sanata Dharma

Tabel 11 maupun Grafik 1 menunjukkan tidak terdapat (0%) mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma berada pada kategori tingkat berpikir positif sangat rendah. Sama seperti pada kategori sangat rendah, juga tidak terdapat (0%) mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma berada pada kategori tingkat berpikir positif rendah. Pada kategori tingkat berpikir positif sedang ada sebanyak 5 mahasiswa (8,2%) sedangkan ada 35 mahasiswa (57,4%) angkatan 2014 Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma berada pada kategori tingkat berpikir positif tinggi. Kemudian pada kategori tingkat berpikir positif sangat tinggi ada

8, 2%

57,4%

34,4%

0 5 10 15 20 25 30 35 40

137 –168 168 –198 ≤1

Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Sedang 137 –168 Tinggi 168 –198 Sangat Tinggi ≤1


(67)

sebanyak 21 mahasiswa (34,4%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar mahasiswa angkatan 2014 Prodi Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma telah memiliki tingkat kemampuan berpikir positif tinggi.

2. Identifikasi item tingkat kemampuan berpikir positif sebagai dasar mengusulkan topik-topik bimbingan.

Dari penghitungan mengenai identifikasi item tingkat kemampuan berpikir positif dihasilkan kategorisasi yang tampak dalam Tabel 12.

Tabel 12

Kategori Skor Item Kemampuan Berpikir Positif

Mahasiswa Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma

Rentang Skor Kategori No. Item Jumlah

Xitem ≤ 118 Sangat Rendah - 118< Xitem≤ 151 Rendah -

151< Xitem≤ 185 Sedang 5, 16, 20, 21, 22, 44, 45, 55

8 185< Xitem≤ 218 Tinggi 1, 2, 3, 6, 7, 10, 12, 13, 14,

15, 17, 18, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 37, 38, 46, 49, 50, 51, 52, 53,

56, 57, 58, 61

34

Xitem > 218 Sangat Tinggi 4, 8, 9, 11, 19, 28, 34, 35, 36, 39, 40, 41, 42, 43, 47,

48, 54, 58, 60

19

Total 61

Data yang terdapat dalam tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada item yang memiliki skor dalam kategori sangat rendah. Pada kategori


(68)

sedang ada terdapat 8 item yaitu item nomor 5, 16, 20, 21, 22, 44, 45, dan 55. Item yang berada dalam kategori tinggi berjumlah 34 item yaitu item dengan nomor 1, 2, 3, 6, 7, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 18, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 32, 33, 37, 38, 46, 49, 50, 51, 52, 53, 56, 57, dan 58. Sedangkan item yang berada dalam kategori sangat tinggi berjumlah 19 item yaitu item dengan nomor 4, 8, 9, 11, 19, 28, 34, 35, 36, 39, 40, 41, 42, 43, 47, 48, 54, 58, dan 60.

Item-item dengan skor yang berada dalam kategori sedang menunjukkan bahwa sikap mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma tidak cukup baik. Oleh sebab itu, item-item yang teridentifikasi dalam kategori sedang, digunakan menjadi dasar untuk merumuskan usulan topik-topik bimbingan pribadi dan belajar untuk meningkatkan kemampuan berpikir positif agar menjadi lebih baik. Item-item yang memuat aspek-aspek yang dapat menjadi usulan bagi topik bimbingan terdapat dalam Tabel 13.

Tabel 13

Item-item Pernyataan yang Tergolong dalam Kategori Sedang

No. Aspek Indikator No. Item dan Pernyataan Skor

1. Harapan yang positif.

a. Memusatkan perhatian pada kesuksesan

5. Saya ragu dapat lulus dengan nilai baik disemua mata kuliah

185

2. Harapan yang positif.

c. Mempunyai rasa optimis untuk mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapi

16. Saya bergantung pada orang lain saat ada masalah


(69)

yang positif. alasan tetapi

melakukan tindakan

kesalahan saya mencari-cari alasan pembenaran

4. Penyesuaian diri yang realistik

a. Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain

21. Saya yakin mampu dengan cepat menyesuaikan diri dengan orang lain

179

5. Penyesuaian diri yang realistik

a. Memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain

22. Saya senang menjalin relasi dengan orang lain

167

6. Affirmasi diri

b. Pikiran terbuka untuk menerima saran, kritik dan ide

44. Saya bisa menerima pendapat orang lain

180

7 Affirmasi diri

b. Pikiran terbuka untuk menerima saran, kritik dan ide

45. Saya malas mendapatkan saran dari orang lain

176

8 Pernyataan yang tidak menilai

a. Menggambarkan diri sendiri

55. Saya merasa minder dengan kondisi fisik saya

177

Berdasarkan Tabel 13 aspek-aspek yang dapat menjadi usulan topik pembinaan adalah meliputi aspek harapan yang positif, penyesuaian diri yang realistik, affirmasi diri dan pernyataan yang tidak menilai.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa pada dasarnya mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 telah memiliki kemampuan berpikir positif karena tidak ada mahasiswa yang ada dalam kategori sangat rendah maupun rendah. Hanya sebanyak 8,2% mahasiswa yang memiliki kemampuan berpikir positif sedang, sedangkan sebagian besar mahasiswa yaitu sebanyak 57,4% mahasiswa ada memiliki tingkat kemampuan berpikir positif yang tinggi bahkan sebanyak 34,4% mahasiswa memiliki kemampuan berpikir positif yang sangat tinggi.


(70)

Tingginya tingkat kemampuan berpikir positif yang dimiliki oleh mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 dapat didukung oleh banyaknya aspek-aspek berpikir positif yang dihayati oleh mereka. Aspek-aspek berpikir positif yang telah dimiliki oleh mahasiswa adalah Aspek-aspek berpikir positif yang memiliki skor item tinggi di antaranya: aspek harapan yang positif, penyesuaian diri yang realistik, affirmasi diri dan pernyataan yang tidak menilai. Sedangkan, aspek berpikir positif yang memiliki skor item sangat tinggi diantaranya: aspek harapan yang positif, penyesuaian diri yang realistik, affirmasi diri dan pernyataan yang tidak menilai.

Tingginya tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 dapat dilihat juga dari karakteristik kemampuan berpikir positif yang mereka miliki antara lain: melihat masalah sebagai tantangan, menikmati hidupnya, pikiran terbuka untuk menerima saran dan ide, melenyapkan pikiran negatif segera setelah pikiran itu terlintas di benak, dan mensyukuri apa yang dimilikinya. Selain karakteristik kemampuan berpikir positif yang mahasiswa miliki, tingginya tingkat kemampuan berpikir positif yang mereka miliki didukung pula oleh faktor-faktor yang mempengaruhi diri mereka antara lain: rasa optimis, berani mengembangkan diri, dan sikap percaya diri.

Selain data di atas, terdapat pula mahasiswa Bimbingan dan Konseling angkatan 2014 memiliki tingkat kemampuan berpikir positif yang sedang. Hal itu dapat dikarenakan ada beberapa aspek kemampuan berpikir positif yang belum tercapai sepenuhnya (aspek-aspek kemampuan berpikir positif yang


(71)

termasuk dalam kategori sedang). Aspek-aspek berpikir positif yang berada dalam kategori sedang perlu ditingkatkan. Aspek-aspek tersebut meliputi: aspek harapan yang positif, penyesuaian diri yang realistik, affirmasi diri dan pernyataan yang tidak menilai.

Selain dipengaruhi oleh aspek-aspek kemampuan berpikir positif yang belum tercapai (berada pada kategori sedang), mahasiswa yang berada pada tingkat kemampuan berpikir positif sedang dapat dipengaruhi pula oleh karakteristik kemampuan berpikir positif yang belum mereka capai. Beberapa karakteristik kemampuan berpikir positif yang belum tercapai yaitu: tidak mendengarkan gosip menentu, tidak membuat alasan tetapi melakukan tindakan, menggunakan bahasa positif, dan peduli pada citra diri.

Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa angkatan 2014 Prodi Bimbingan dan Konseling telah memiliki tingkat kemampuan berpikir positif yang baik dan hanya sedikit aspek-aspek berpikir positif yang perlu dikembangkan melalui suatu pembinaan. Pembinaan bimbingan pribadi mengenai kemampuan berpikir positif dapat membantu mahasiswa untuk memiliki kemampuan berpikir positif yang semakin baik. Kemampuan berpikir positif yang semakin baik tentu dapat menjadi manfaat yang berarti bagi mahasiswa angkatan 2014 Prodi Bimbingan dan Konseling kedepannya. Beberapa manfaat berpikir positif yang dapat diperoleh mahasiswa dengan memiliki kemampuan berpikir positif antara lain: membentuk kepribadian yang lebih baik (optimism, feeling of success dan positive response to failuresI), memberi energi yang lebih besar untuk


(72)

kegiatan kreatif, menciptakan hubungan yang sehat antar manusia dan yang terakhir penting memelihara kesehatan jasmani dan rohani. Hal itu semua dapat mnenjadi bekal dan faktor pendukung bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling ketika menjadi seorang konselor yang propesional di kemudian hari.

C. Usulan Program-program Bimbingan Berdasarkan Item-item dalam Kuesioner yang Teridentifikasi Rendah dan Sangat Rendah

Berdasarkan hasil analisis butir pada kuesioner tingkat kemampuan berpikir mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma menunjukan bahwa ada 8 butir item yang tergolong dalam penguasaannya sedang (pada tabel 10). Butir-butir item ini tersebar ke dalam indikator dari 4 aspek berikut ini. Pertama. harapan yang positif kedua. penyesuaian diri yang realistik ketiga. affirmasi diri keempat. pernyataan yang tidak menilai. Adapun item-item tersebut tersaji dalam lampiran.


(73)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi uraian mengenai (1) Kesimpulan. (2) Keterbatasan, dan (3) Saran untuk berbagai pihak. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dari hasil penelitian. Bagian keterbatasan memuat kelemahan dalam melakukan penelitian. Bagian saran memuat saran untuk berbagai pihak.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian berkaitan dengan Deskripsi Tingkat Kemampuan Berpikir Positif Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling USD angkatan 2014 telah memiliki tingkat kemampuan berpikir positif, bahkan sebagian besar mahasiswa memiliki tingkat kemampuan berpikir positif yang tinggi. Tingkat kemampuan berpikir positif yang tinggi tersebut antara lain dalam hal: 1) memusatkan perhatian pada kesuksesan, 2) memiliki optimisme yang baik, 3) memiliki rasa optimism untuk mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapi, 4) memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, 5) memiliki kemampuan untuk berusaha menyesuaikan diri dari penyesalan, 6) selalu menjauh dari perilaku negatif, 7) berpikir positif terhadap diri sendiri, 8)


(74)

pikiran terbuka untuk menerima saran, kritik, dan ide, 9) memiliki cara pandang dan tujuan yang jelas.

2. Tingkat kemampuan berpikir positif mahasiswa angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma masih dapat ditingkatkan. Hal ini dikarenakan ada indikator-indikator berpikir positif yang teridentifikasi masih kurang baik. Indikator berpikir positif yang masih perlu ditingkatkan tersebut nampak dari analisis item tergolong sedang, yaitu indikator: 1) memusatkan perhatian pada kesuksesan, 2) mempunyai rasa optimis untuk mencari jalan keluar dari berbagai masalah yang dihadapi, 3) tidak membuat alasan tetapi melakukan tindakan, 4) memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain, 5) pikiran terbuka untuk menerima saran, kritik dan ide, 6) menggambarkan diri sendiri.

B. Keterbatasan

Ada kemungkinan subjek dalam penelitian ini baru dan belum pernah mengisi kuesioner semacam ini, hal ini dikarenakan subjek mengisi secara singkat dan kurangs erius dalam mengisinya.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan saran kepada pihak yang terkait dengan penelitian ini, yakni sebagai berikut:


(1)

Lampiran 5 Topik-topik Usulan Bimbingan

No Aspek Item Topik Tujuan Materi Waktu Jenis Layanan

Metode Sumber

Harapan yang positif.

5. Saya ragu dapat lulus dengan nilai baik disemua mata kuliah

Kesuksesan Mahasiswa dapat meraih kesuksesannya

Sukses dalam Kuliah

1 x 50 menit

Pribadi Nonton video, diskusi,

Tanya jawab, Games

Norman Vincent Peale (1995),

Membangkitkan Kepercayaan diri untuk meraih kesuksesan. Penerbit: Delapratasa. Jakarta 16. Saya bergantung

pada orang lain saat ada masalah

Mandiri Mahasiswa menyadari pentinggnya kemandirian untuk dirinya

sendiri

Saya pasti bisa

1 x 50 menit

Pribadi Simulasi, games, diskudi, refleksi

Agung Webe. Belajar Mandiri. Rahasia mencapai kemandirian


(2)

dan kesejatian hidup.Penerbit: Saujana 20. Ketika saya

melakukan kesalahan saya mencari-cari alasan pembenaran

Kejujuran Mahasiswa semakin memahami pentingnya arti kejujuran Kejujuran yang berharga

1 x 50 menit

Pribadi Nonton video, diskusi, Tanya jawab, Games Susilawati Susmono, Kejujuran Diri, Citra Adhikara Widyadhana Penyesuaian diri yang realistik

21. Saya yakin mampu dengan cepat menyesuaikan diri dengan orang lain

Penyesuain diri Mahasiswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya Penyesuaian diri

1 x 50 menit

Pribadi Nonton video, diskusi, Tanya jawab, Games Murphy, Richard. 1988. Perilaku Manusia. Status dan Penyesuaian Diri. Jakarta. PT Tira Pusaka 22. Saya senang

menjalin relasi dengan orang lain

Relasi Mahasiswa semakin menyadari arti

sebuah relasi yang baik

Relasi 1 x 50 menit

Pribadi Simulasi, games, diskudi, refleksi Sinurat, R.H.Dj. Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi.


(3)

Affirmasi diri 44. Saya bisa menerima pendapat orang lain

Menjadi pendengar yang baik

Mahasiswa semakin memahami pentingnya mendengarkan

orang lain

Pendengar yang baik

1 x 50 menit

Pribadi Ceramah singkat,

games, diskusi, Tanya jawab, lembar kerja

(1995). Ways to Develop Student Self-Esteemand Responsibility.

Needham Heights. Sinurat, R.H.Dj. 1992. Reader Mata Kuliah Komunikasi Antar Pribadi.

45. Saya malas mendapatkan saran dari orang lain

Membuka diri

Mahasiswa menyadari pentingnya membuka diri

Membuka diri

1 x 50 menit

Pribadi Nonton video, sharing, diskusi, Tanya jawab, LKS

G. A. Lunardi. 1987.

Komunikasi mengena : Meningkatkan efektifitas komunikasi Antar Pribadi.

Yogyakarta. Pernyataan 55. Saya merasa Bersyukur Mahasiswa Bersyukur 1 x 50 Pribadi Ceramah Bosmas, Phil.


(4)

yang tidak menilai

minder dengan kondisi fisik saya

memahami kelebihan dirinya sendiri

menit singkat, games, diskusi, Tanya jawab, lembar kerja

1996. Anda Dilahirkan Untuk Mencintai.

Yogyakarta. Kanisius


(5)

LAMPIRAN

6


(6)

Rek" Gte : ChA Nirya lb. 6/.fi.0m72-m5 &I 0S1.0124169-00.7 h,tadki No. 137.00.04214S.4

No

Hal

: 031 PedBl(JIP/ri/1p01 5

: ljin Penelitian

Kepada

Yth. Ketua Program StudiBimbingan dan Konseling

U niversitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Dengan hormat,

Dengan ini kami memohonkan ijin bagi mahasiswa kami,

Nama

No Mahasis,va Program Studi Jurusan Fakultas

Perguruan Tinggi

Christiana Grace Setiawati 111114429

Birnbingan dan Konseling llmu Pendidikan

Keguruan dan llmu Pendidikan

Universitas Sanata Dhanna Yogyakarta

Untuk melaksanakan penelitian dalam rangka persiapan penyusunan skripsinya, dengan ketentuan bahwa waktu penelitian disesuaikan dengan waktu yang diberikan oleh pihak prodi.

JudulSkripsi

:

TINGKAT KEMAMPUAN BERPIK1R POSITIF MAHASISWA PROGRAM

STUDI

BIMBTNGAN

DAN

KONSELING

ANGKATAN

2AM

UN IVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Atas perhatian dan ijin yang diberikan, kami ucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 7 Mei2015

Tembusan :

1.

Dekan FKIP

2.

Mahasiswa Ybs

3.

tusip


Dokumen yang terkait

Tingkat toleransi hidup bersama mahasiswa asrama (studi deskriptif pada mahasiswa Student Residence Sanata Dharma tahun akademik 2015/2016, dan Implikasinya terhadap penyusunan usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial).

0 2 102

Tanggung jawab mahasiswa (studi deskriptif tanggung Jawab dari mahasiswa Program Studi Bimbingan Dan Konseling angkatan 2014 Universitas Sanata Dharma dan implikasinya pada usulan topik-topik peningkatan tanggung jawab mahasiswa Program Studi Bimbingan Da

1 3 100

Tingkat kematangan karier mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa prodi bimbingan dan konseling angkatan 2014/2015 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan karier).

0 1 2

Persefsi mahasiswa terhadap perilaku asertifnya : studi deskriftif pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan tahun 2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan pribadi sosial.

0 2 99

Konsep diri mahasiswa : studi deskriptif pada mahasiawa angkatan 2015/2016 program studi bimbingan dan konseling Universitas Sanata Dharma dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

0 3 120

Motivasi belajar pada mahasiswa : studi deskriptif tingkat motivasi belajar pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Angkatan 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan akademik.

0 1 79

Deskripsi tingkat kesiapan mahasiswa menghadapi pernikahan (studi deskriptif pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2012 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan implikasinya pada usulan topik-topik bimbingan persiapan berkeluarga).

0 0 84

SIKAP MAHASISWA TERHADAP TINDAKAN PLAGIARISME (Studi Deskriptif pada Mahasiswa Semester II Angkatan 2014 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan Implikasinya terhadap Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi dan Belajar).

1 3 121

Tingkat self regulated learning mahasiswa (studi deskriptif pada mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma angkatan 2012 tahun ajaran 2014/2015 dan implikasinya terhadap topik-topik self transformation training).

1 2 104

Deskripsi gaya belajar mahasiswa angkatan 2012 Prodi Bimbingan Dan Konseling Universitas Sanata Dharma tahun akademik 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar - USD Repository

0 0 99