30 melibatkan hubungan seksual, hak pengasuhan anak dan adanya pembagian peran
suami – istri serta adanya keintiman, komitmen, persahabatan, cinta dan kasih sayang, pemenuhan seksual, pertemanan dan kesempatan untuk pengembangan
emosional antara suami dan istri.
2. Fase Pernikahan
Chudori 1997 menyatakan bahwa ada beberapa fase dalam pernikahan yang tidak dapat tidak, mesti dilalui oleh setiap pasangan suami istri, antara lain:
a. Fase bulan madu
Dalam fase ini, keindahan suasana hari-hari pertama pernikahan masih dapat dinikmati berdua. Kemesraan yang diimpikan sebelumnya dapat
lebih dirasakan berdua karena dengan dikukuhkannya ikatan pernikahan, berarti kedua insan yang saling mengasihi dan mencintai dapat
memanifestasikan impiannya itu secara lebih konkrit. Tidak ada lagi batasan-batasan yang menjadi penghalang seperti ketika masih belum
menikah. Fase ini merupakan masa yang indah karena masing-masing pihak berupaya untuk membahagiakan pasangannya.
b. Fase pengenalan kenyataan
Setelah bulan madu terlewati, kenyataan pernikahan mau tidak mau harus dihadapi. Keakraban fase bulan madu perlahan-lahan akan pudar karena
masing-masing pihak harus kembali dengan kesibukannya. Suami harus bekerja di kantornya, istri pun mulai sibuk dengan hal-hal yang sama atau
sibuk mengurusi pekerjaan rumah tangga. Apabila waktu suami lebih banyak di kantor, istri akan kecewa, karena istri beranggapan suami lebih
Universitas Sumatera Utara
31 mementingkan pekerjaan dari pada memperhatikan dirinya. Sebaliknya
sang suami menganggap istrinya tidak lagi peduli dengan dirinya karena tidak sempat lagi mengurus tubuh dan wajahnya. Hal-hal inilah yang turut
mempengaruhi kepuasan dalam pernikahan, apabila terjadi kesenjangan antara apa yang dibayangkan dengan kenyataan yang dihadapi.
c. Fase krisis pernikahan
Setelah menyadari kenyataan suami istri sebenarnya, bisa timbul kecurigaan satu sama lain. Bila suami kerja lembur misalnya, kadang istri
curiga yang lain-lain sehingga pulang terlambat. Demikian pula jika suami terlalu lelah sehingga mengurangi aktivitas seksualnya. Hal demikian pula
terjadi pada sebaliknya. Fase ini adalah masa paling rawan, sehingga apabila tidak ada kesadaran dari masing-masing pihak bahwa pernikahan
tidak hanya selalu berisi kemesraan, maka bukan tidak mungkin akan mengancam kebahagiaan rumah tangga.
d. Fase menerima kenyataan
Setelah fase krisis pernikahan terlalui, maka masing-masing pihak sudah menerima kenyataan yang sebenarnya, baik kelebihan maupun kekurangan
pasangannya. Penerimaan kenyataan ini membuat masing-masing pihak dengan kelebihan yang dimiliki berusaha untuk mengatasi kelemahan yang
ada dalam diri pasangannya. Selanjutnya kelemahan masing-masing dapat dicarikan jalan keluarnya dengan baik, bukan saling menuduh ataupun
saling mencurigai dan saling menyalahkan, akan tetapi saling menutupi
Universitas Sumatera Utara
32 satu sama lain, saling melengkapi kekurangan pasangan dengan kelebihan
yang dimilikinya. e.
Fase kebahagiaan sejati Fase ini masing-maisng pihak telah betul-betul menyadari arti sebuah
pernikahan. Pernikahan tidak selamanya mulus seperti yang dibayangkan. Pernikahan ada kalanya juga tersandung oleh kerikil tajam, ada
gelombang-gelombang yang tidak terduga yang menghantam bahtera rumah tangga, ada perbedaan pendapat, ada duka, derita, ada suka dan
yang paling penting menyadari bahwa setiap pasangan mempunyai kekurangan yang tidak mungkin dirubah. Kebahagiaan sejati bukan hanya
karena keindahan, kenikmatan dan kemesraan belaka, tetapi masuk diantaranya jika keduanya mampu mengatasi persoalan yang timbul dalam
rumah tangga. Mampu bahagia karena bisa menerima kekurangan pendamping hidupnya sendiri.
Lamanya fase yang dilalui oleh masing-masing pasangan memang tidak sama, ada yang singkat ada pula yang lama, sangat relatif. Semakin dewasa pola
pikir, daya nalar dan kesadaran masing-masing pihak, akan semakin cepat pula pasangan suami istri mewujudkan cita-cita pernikahannya, memperoleh
kebahagian sejati dalam rumah tangga. Menikmati kebahagiaan ikatan pernikahan dengan segala masalah-masalahnya.
Universitas Sumatera Utara
33
D. Kepuasan Pernikahan 1. Definisi Kepuasan Pernikahan