Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan

34 tingkat kepuasan pernikahan absolut yang mengesankan pada beragam periode pernikahan Fuller Fincham dalam L’Abate, 1975. Hurlock 1999 mengatakan bahwa pada masa awal pernikahan setiap pasangan memasuki tahap dimana mereka dituntut menyatukan banyak aspek yang berbeda dalam diri masing-masing. Kemampuan pasangan untuk menyatukan aspek yang berbeda ini akan menentukan tingkat harmonisasi suatu keluarga. Dilanjutkan oleh Hurlock bahwa kemampuan suami istri dalam menyatukan perbedaan ini sangat ditentukan oleh kematangan penyesuaian diri diantara mereka, sehingga mereka dapat membina hubungan baik dalam kehidupan pernikahan di masa-masa selanjutnya yang juga akan mempengaruhi tingkat kepuasan mereka dalam pernikahan. Berdasarkan hal di atas, dapat disimpukan bahwa kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami istri terhadap hubungan pernikahannya yang cenderung berubah-ubah sepanjang waktu serta dipengaruhi oleh kematangan penyesuaian dan adanya kesesuaian antara kebutuhan dan harapan yang dimiliki suami istri dengan kenyataan dalam pernikahan itu sendiri.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan

Menurut Hendrick Hendrick 1992, ada dua faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan, yaitu: a. Premarital Factors 1 Latar Belakang Ekonomi, dimana status ekonomi yang dirasakan tidak sesuai dengan harapan dapat menimbulkan bahaya dalam hubungan pernikahan. Universitas Sumatera Utara 35 2 Pendidikan, dimana pasangan yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, dapat merasakan kepuasan yang lebih rendah karena lebih banyak menghadapi stressor seperti pengangguran atau tingkat penghasilan rendah. 3 Hubungan dengan orantua yang akan mempengaruhi sikap anak terhadap romantisme, pernikahan dan perceraian. b. Postmarital Factors 1 Kehadiran anak, sangat berpengaruh terhadap menurunnya kepuasan pernikahan terutama pada wanita Bee Mitchell, 1984. Penelitian menunjukkan bahwa bertambahnya anak bisa menambah stress pasangan, dan mengurangi waktu bersama pasangan Hendrick Hendrick, 1992. Kehadiran anak dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan suami istri berkaitan dengan harapan akan keberadaan anak tersebut. 2 Lama Pernikahan, dimana dikemukakan oleh Duvall bahwa tingkat kepuasan pernikahan tinggi di awal pernikahan, kemudian menurun setelah kehadiran anak dan kemudian meningkat kembali setelah anak mandiri. Menurut Holahan Levenson dalam Lemme, 1995, pria lebih puas dengan pernikahannya daripada wanita. Pada umumnya wanita lebih sensitif daripada pria dalam menghadapi masalah dalam hubungan pernikahannya. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan dan penyebab menurunnya kepuasan Universitas Sumatera Utara 36 pernikahan lebih dirasakan oleh istri daripada suami Rollins Feldman dalam Brigham, 1986. Adhim 2004 mengatakan bahwa pasangan yang telah berkenalan secara intensif dengan pacaran kemudian menikah, dalam benak mereka telah tertanam seakan mereka telah saling mengenal dengan baik. Menurut Adhim 2004, persepsi tentang pasangan akan menumbuhkan harapan-harapan tertentu terhadap pernikahan. Resiko dari setiap harapan adalah kekecewaan, dan kekecewaan tentu saja akan mempertajam perselisihan dan memperlemah kemampuan menyesuaikan diri. Seringkali, ketika harapan tersebut tidak ditemui dalam pernikahan maka ini akan menyebabkan ketidakpuasan yang pada akhirnya dapat berujung pada perceraian. Kepuasan pernikahan juga dipengaruhi oleh faktor agama. Menurut Abdullah 2003, seseorang yang mengawali segalanya dengan motivasi iman dan ibadah pada Tuhan semata akan merasakan kepuasan dalam hidupnya. Hal ini didukung oleh Clark 1998 yang menyatakan bahwa agama memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap terhadap pernikahan dan selanjutnya akan mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan pernikahan. Clark menambahkan bahwa ketaatan beragama berhubungan dengan kestabilan pernikahan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan, antara lain : latar belakang ekonomi, pendidikan, hubungan pernikahan orangtua, kehadiran anak, lama perkawinan, persepsi dan agama, serta jenis kelamin. Universitas Sumatera Utara 37

3. Aspek Kepuasan Pernikahan