Pentingnya Manajemen Program Konsep Manajemen Program

untuk mengifiesienkan kegitan-kegiatan yang akan dilakukan. Efisiensi tersebut diukur dengan pembagian tugas-tugas ke dalam bentuk yang sederhana dan aktivitas berulang-ulang. Padahal, program sering melakukan hal yang tidak biasa, tidak rutin, serta memiliki lingkungan kerja yang berbeda-beda. Permasalahan juga sering timbul karena kebanyakan program merupakan multidisiplinari, dan dikoordinir oleh berbagai macam tenaga ahli. Sebagai contoh; program Development sebuah produk baru, akan melibatkan personalia-personalia dari bidang desain, pemasaran, manufaktur dan financial. Menurut D.I Cleland dan W.R. King berpendapat lebih jauh, yaitu menyarankan agar dipertimbangkan untuk menggunakan manajemen program bila menghadapi situasi berikut: Menyangkut Reputasi Perusahaan: Bila keberhasilan atau pelaksanaan implementasi sesuatu kegiatan berperngaruh besar terhadap reputasi perusahaan, maka dianjurkan untuk menggunakan manajemen program. Hal ini karena pendekatan ini memungkinkan mobilisasi tenaga dan sumber daya lain secara efektif. Derajat keterkaitan dan ketergantungan yang amat besar: bila tujuan usaha harus dicapai dengan melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan kerja sama erat dari berbagai bidang internal maupun eksternal organsasi, maka akan terasa perlunya arus horizontal dan penanggung jawab tunggal Besarnya ukuran kegiatan: bilamana volume kegiatan suborganisasi secara subtansial melebihi beban normal pada kurun waktu tertentu sehingga untuk melaksanakannya memerlukan tambahan sumber daya. 27

D. Konsep Amil Zakat

a. Pengertian Amil Zakat

Amil adalah para pekerja yang telah diserahi tugas oleh penguasa atau penggantinya untuk mengambil harta zakat dari wajib zakat, mengumpulkan, menjaga dan menyalurkannya. Dengan kata lain amil adalah badan atau lembaga atau panitia yang mengurus dan mengelola zakat, terdiri dari orang-orang, yang diangkat oleh pemerintah atau masyarakat. 28 Yang disebut amil adalah orang atau lembaga yang mendapat tugas untuk mengambil, memungut, dan menerima zakat dari para muzakki, menjaga dan memeliharanya untuk kemudian menyalurkannya kepada para mustahiknya. 29 Menurut M.Yusuf Qardawi, yang dimaksud dengan amil zakat ialah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat. Mulai 27 Nurhayati, Manajemen Pronyek Yogyakrta: Graha Ilmu, 2010, h.8 28 Lili Bariadi dkk, Zakat dan Kewirausahaan, Ciputat: Center For Enterpreneurship Develoment, 2005, cet-1 h. 12-13 29 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq Sedekah, Jakarta: Gema Insani, 1998, h. 22 dari para pengumpul sampai kepada bendahara dan para penjaganya, juga mulai dari pencatatan sampai kepada penghitung yang mencatat keluar masuk zakat dan membagi kepada para mustahik. 30 Para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan, semua berhubungan dengan pengaturan soal zakat yaitu soal sensus terhadap orang yang wajib zakat dan macam zakat yang diwajibkan padanya, juga besar harta yang wajib dizakati, kemudian mengetahui para mustahik zakat. Berapa jumlah mereka, berapa kebutuhan mereka serta besar biaya yang dapat mencukupi dan hal-hal lain yang merupakan urusan yang perlu ditangani secara sempurna oleh para ahli dan petugas serta para pembantunya. 31 Seorang amil haruslah yang diangkat sebagai petugas oleh pemerintah. Pendapat ini dikemukakan oleh beberapa para ulama khususnya Abu Zahrah. Menurutnya, amil adalah mereka yang bekerja untuk pengelolaan zakat, menghimpun, menghitung, mencari orang- orang yang butuh mustahiqqin serta membagikan kepada mereka. 32

b. Syarat-syarat Amil

Dalam mengumpulkan zakat diperlukan petugas yang disebut dengan amil. Siapa yang berhak menjadi amil. Berikut syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang amil zakat : 30 M.Yusuf Qardawi, Hukum zakat, studi komparatif mengenai status dan Filsafat zakat berdasarkan Quran Dan Hadits, Terjemahan Bahasa Indonesia. Bogor: Pustaka Litera Antarnusa, 1973, h. 545 31 Ibid, h. 546 32 M. Quraisy Shihab, Membumikan Al- Qur’an :Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat.e d, Ihsan Ali Fauzi, Bandung: Mizan, 1992, Cet. Ke 1, H. 326 a Hendaknya ia seorang muslim, sebab zakat adalah urusan internal kaum muslim. Islam menjadi syarat bagi segala urusan mereka. Ibnu Qudamah mengatakan, “ setiap pekerjaan yang memerlukan syarat amanah kejujuran hendaknya disyaratkan Islam bagi pemeluknya, seperti menjadi saksi. Karena itu, urusan kaum muslim, pengurusnya tidak dapat diberikan pada non muslim, seperti halnya urusan- urusan lain, atau berkaitan dengan hal itu”. Umar berkata, “ janganlah kalian serahkan amanah itu pada mereka, karena mereka telah berbuat khianat kepada Allah”. Umar menolak seorang nasrani dipekerjakan oleh Abu Musa sebagai penulis zakat. Karena zakat itu adalah rukun islam yang utama. b Hendaklah petugas zakat itu seorang mukallaf, yakni orang dewasa yang sehat akal fikirannya. c Petugas zakat hendaklah orang yang jujur, karena ia diamanati harta kaum muslim. Janganlah petugas zakat itu orang fasik lagi tak dapat di percaya. Sebab ia akan berbuat zhalim pada para pemilik harta. d Memahami hukum-hukum zakat. Para ulama mensyaratkan petugas zakat itu paham terhadap hukum zakat. Sebab bila ia tidak mengetahui hukum, maka tidak mungkin mampu melaksanakan pekerjaannya, dan tentu akan lebih banyak melakukan kesalahan. Masalah zakat membutuhkan pengetahuan tentang harta yang wajib dizakati dan yang tidak wajib dizakati. Urusan zakat juga