Uji sitotoksik ENBS, EEABS dan EEBS pada sel T47D

flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform. Flavonoid glikosida tidak larut dalam n-heksan, PE, kloroform, eter; sedikit larut dalam etil asetat dan etanol; serta sangat larut dalam air Markham and Andersen, 2006.

4.5 Uji sitotoksik ENBS, EEABS dan EEBS pada sel T47D

Uji sitotoksik ENBS, EEABS dan EEBS dilakukan pada sel T47D cell line. Prinsip pengujian sitotoksik pada penelitian ini digunakan metode MTT assay. Metode MTT [3-4,5-dimetiltiazol-2-il-2,5-difenil tetrazolium bromida] adalah salah satu uji sitotoksisitas yang bersifat kuantitatif. Uji ini berdasarkan pengukuran intensitas warna kolorimetri yang terjadi sebagai hasil metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna Kupcsick, 2011. Aktivitas dehidrogenase mitokondria sel yang hidup akan mereduksi warna kuning MTT membentuk warna ungu. Absorbansi warna yang terbentuk dapat diukur secara kuantitatif dengan panjang gelombang 595 nm dengan menggunakan ELISA reader. Reduksi tersebut terjadi hanya ketika enzim reduktase mitokondria aktif sehingga konversinya dapat langsung berhubungan dengan jumlah sel yang hidup. Efek sitotoksik ditunjukkan oleh nilai IC 50 yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian 50 dari populasi sel. Perlakuan ENBS, EEABS dan EEBS dengan seri kadar 15,625 µgml, 31,25 µgml, 62,5 µgml, 125 µgml dan 250 µgml, efek sitotoksik terhadap sel T47D berbanding lurus dengan konsentrasi senyawa uji. Semakin besar konsentrasi senyawa uji, semakin kecil persentasi sel T47D yang hidup. Hal ini menunjukkan bahwa efek sitotoksik ekstrak bawang sabrang bersifat dose dependent. Hasil pengujian sitotoksik larutan uji terhadap sel T47D memberikan Universitas Sumatera Utara nilai IC 50 265,023 µgml untuk ENBS, 147,124 µgml untuk EEABS dan 3782,29 µgml untuk EEBS. Di mana pada konsentrasi ini masing-masing ekstrak sudah dapat menghambat 50 pertumbuhan sel T47D. Sedangkan IC 50 untuk doksorubisin terhadap sel T47D adalah 1,8 µgml. Ekstrak dinyatakan poten jika mempunyai nilai IC 50 kurang dari 500 µgml Machana, et al., 2011 Dari hasil pengujian dan perhitungan nilai IC 50 ekstrak terhadap sel T47D, diperoleh hasil IC 50 di bawah 500 µgml untuk ENBS dan EEABS. Sedangkan pada EEBS di atas 500 µgml, yaitu 3782,2 µgml. Data menunjukkan bahwa EEABS poten terhadap sel T47D dengan nilai IC 50 ekstrak pada sel T47D 147,124µgmL. Keberadaan Triterpenoidsteroid pada ekstrak n-heksana menunjukkan pada ekstrak tersebut memiliki efek antikanker. Triterpenoidsteroid adalah senyawa yang memiliki aktifitas antitumor yang tinggi yang telah diuji melalui kemampuan utnuk memblok nuclear factor-kappa B, menginduksi apoptosis, mengaktifkan transkripsi dan angiogenesis Petronelli, 2009. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa EEABS mengandung golongan senyawa flavonoid, alkaloid, glikosida, saponin, antrakuinon glikosida. Beberapa tanaman yang mengandung turunan flavonoid, telah digunakan sebagai pencegahan penyakit dan agen terapeutik pada pengobatan tradisional di Asia selama ribuan tahun, diantaranya sebagai antikanker Kanadaswami, et al., 2005. Senyawa flavonoid menghambat proliferasi melalui inhibisi proses oksidatif yang dapat menyebabkan inisiasi kanker. Mekanisme ini diperantarai penurunan enzim xanthin oksidase, siklooksigenase COX dan lipooksigenase LOX yang diperlukan dalam proses prooksidasi sehingga menunda siklus sel. Flavonoid Universitas Sumatera Utara menghambat ekspresi enzim topoisomerase I dan topoisomerase II yang berperan dalam katalisis pemutaran dan relaksasi DNA. Inhibitor enzim topoisomerase akan menstabilkan kompleks topoisomerase dan menyebabkan DNA terpotong dan mengalami kerusakan sehingga berlanjut keproses apoptosis. Sebagian besar flavonoid telah terbukti mampu menghambat proliferasi pada berbagai sel kanker pada manusia Ren, et al., 2003. Golongan senyawa lain yang terkandung pada EEABS yang diduga juga mempunyai akvitas antikanker adalah saponin. Saponin dapat mengenali sel kanker, karena sel kanker memiliki membran dan struktur yang berbeda. Sel kanker lebih banyak senyawa seperti kolesterol. Saponin dapat mengikat kolesterol yang terdapat pada membran sel kanker Sung, et al., 1995. Saponin juga mengurangi terjadinya spesies oksigen reaktif seperti H2O2 serta menghambat jalur sinyal fosfatidil-inositol-3 kinase yang mungkin menjadi alasan untuk pencegahan kerusakan kromosom Hal ini memberikan harapan besar pengobatan kanker payudara ER-positif diwakili sel T47D sehingga perlu dilakukan uji lanjutan berupa uji kombinasi dengan agen kemoterapi seperti doksorubisin, uji penghambatan siklus sel dan pemacuan apoptosis. Sehingga ekstrak ini dapat menjadi agen ko-kemopreventif, sebagai terapi tambahan yang dikombinasikan dengan obat kanker modern seperti Pawar dan Bhutani, 2001. Hasil penelitian lain menunjukan bahwa umbi lapis bawang sabrang mengandung senyawa naphtoquinonens dan turunannya seperti elecanacine, eleutherine, eleutherol, eleuthernone Hara, et al., 1997. Naphtoquinones memiliki aktivitas salah satunya sebagai antiproliferatif dan sitotoksik terhadap kanker kolon dan sel Hela Babula, et al., 2009; Alves, et al., 2003. Universitas Sumatera Utara doksorubisin. Perlakuan uji sitotoksik juga dilakukan terhadap sel Vero Normal dengan menggunakan EEABS menggunakan metode MTT. Hasil pengujian sitotoksik larutan uji terhadap sel Vero memberikan nilai IC 50 untuk EEABS 3.903,254 µgml. 4.6 Indek Selectivitas Untuk mengetahui nilai indeks selektivitas IS, perlu diketahui IC 50 sel vero dan IC 50 sel T47D dengan menggunakan metode MTT. Indek selektivitas dihitung menggunakan persamaan di bawah ini: IS mengindikasikan selektivitas sitotoksik keamanan dari ekstrak terhadap sel kanker versus sel normal, yang dihitung dengan membandingkan IC 50 ekstrak terhadap sel normal dan IC 50 ekstrak terhadap sel kanker. Nilai IC 50 EEABS terhadap sel vero adalah 3.903,254 µgmL sedangkan nilai IC 50 EEABS terhadap sel T47D adalah 147,124 µgmL, sehingga diperoleh nilai IS 26,53. Ekstrak dikatakan memiliki selektivitas yang tinggi apabila nilai IS 3 Machana, et. al, 2011. Dengan demikian, EEABS selektif terhadap sel kanker T47D.

4.7 Uji kombinasi EEABS-Doksorubisin pada T47D