bersama menghadiri pelatihan, dan mengikuti diskusi jauh lebih sedikit. Maka akan berdampak negatif, mahasiswa akan memiliki etos belajar yang rendah.
Tabel 17. Sebaran Responden Menurut Lingkungan Teman Kuliah
Total Parameter
Kriteria N
Lingkungan Sangat Rendah
2 0,8
Teman Kuliah Rendah
13 5,2
Sedang 128
51,2 Tinggi
90 36,0
Sangat Tinggi 17
6,8 Jumlah
250 100
Rataan : 57,96
Keterangan : 0 – 20 = Sangat Rendah, 21 – 40 = Rendah 41 – 60 = Sedang, 61 – 80 = Tinggi, 81 - 100 = Sangat Tinggi
b. Lingkungan Dosen
Tidak dapat dipungkiri bahwa dosen merupakan posisi strategis dalam menyukseskan program dan proses belajar di perguruan tinggi. Adanya pengaruh
yang signifikan antara lingkungan sosial dosen terhadap etos belajar mahasiswa. Mahasiswa yang berprestasi, umumnya memiliki akses berkembang yang lebih baik
dibawah bimbingan dosen-dosen yang profesional serta memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Terkait dengan hal tersebut, mahasiswa memberikan penilaian
terhadap dosen yang meliputi : motivasi, pro-aktif, sikap terbuka terhadap kritik, ketaatan pada peraturan, dan kreativitas para dosen pengajar.
Tabel 18 menunjukkan bahwa 45,2 lingkungan dosen berada pada kategori tinggi dan 34,8 kategori sedang. Secara umum, mahasiswa menilai bahwa para
dosen memiliki motivasi yang tinggi dalam meningkatkan prestasi belajar dan sikap
pro-aktif yang tinggi dalam mengembangkan keilmuan. Sedangkan ketaatan pada peraturan, sikap terbuka terhadap kritik dan kreativitas daam mengajar dinilai cukup.
Rutinitas yang padat seharusnya tidak menyebabkan dosen menyampingkan tugas utamanya sebagai pengajar. Sehingga disiplin terhadap waktu mengajar bisa lebih
ditingkatkan. Hal tersebut dapat memicu mahasiswa untuk melakukan prokratinasi atau penundaan dalam bidang akademik. Sudah seharusnya, dosen pengajar dapat
memberikan contoh yang baik bagi mahasiswa.
Tabel 18. Sebaran Responden Menurut Lingkungan Dosen
Total Parameter
Kriteria N
Lingkungan Sangat Rendah
2 0,8
Dosen Rendah
24 9,6
Sedang 87
34,8 Tinggi
113 45,2
Sangat Tinggi 24
9,6 Jumlah
250 100
Rataan : 60,43
Keterangan : 0 – 20 = Sangat Rendah, 21 – 40 = Rendah 41 – 60 = Sedang, 61 – 80 = Tinggi, 81 - 100 = Sangat Tinggi
c. Lingkungan Masyarakat Tempat Tinggal
Dalam masyarakat, mahasiswa melakukan interaksi sosial dengan anggota masyarakat lain di lingkungan tempat tinggalnya. Bila masyarakat dilingkungan
tempat tinggalnya memiliki etos yang tinggi, maka mahasiswa tersebut cenderung
akan memiliki etos yang tinggi pula. Namun sebaliknya, jika masyarakatnya kurang mendukung atau bahkan tidak memiliki etos yang tinggi maka mahasiswa tersebut
akan cenderung memiliki etos yang rendah. Mahasiswa memberikan penilaian terhadap lingkungan tempat tinggalnya yang meliputi : tingkat disiplin, tanggung
jawab, motivasi, pro-aktif, sikap terbuka terhadap kritik, kreativitas, dan integritas keilmuan.
Tabel 19 menunjukkan bahwa penilaian mahasiswa terhadap etos yang dimiliki lingkungan tempat tinggalnya sebesar 52 yang berada pada kategori
sedang dan 24,4 berada pada kategori yang rendah. Dengan demikian, etos pada masyarakat perlu ditingkatkan kembali.
Tabel 19. Sebaran Responden Menurut Lingkungan Masyarakat Tempat Tinggal
Total Parameter
Kriteria N
Lingkungan Masyarakat Sangat Rendah
9 3,6
Tempat Tinggal Rendah
61 24,4
Sedang 130
52,0 Tinggi
42 16,8
Sangat Tinggi 8
3,2 Jumlah
250 100
Rataan : 48,21
Keterangan : 0 – 20 = Sangat Rendah, 21 – 40 = Rendah 41 – 60 = Sedang, 61 – 80 = Tinggi, 81 - 100 = Sangat Tinggi
C. Pengaruh antara Keberagamaan dan Sosial Budaya terhadap Etos Belajar Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 20. Hasil Korelasi antara variabel independen dan variabel dependen
Variabel Keberaga-
maan Sosial Budaya
Etos Belajar
Keberagamaan Pearson Correlation
1 0,290 0,466
Sig. 2- tailed
. 0,000
0,000 N
250 250
250 Sosial Budaya
Pearson Correlation
0,290 1 0,265
Sig. 2- tailed
0,000 .
0,000 N
250 250
250 Etos Belajar
Pearson Correlation
0,466 0,265
1 Sig. 2-
tailed 0,000
0,000 .
N 250
250 250
Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Tabel diatas menyajikan hasil korelasi Pearson. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa keberagamaan memiliki hubungan yang positif dengan etos belajar
mahasiswa sebesar 0,466 dan signifikan sebesar 0,000. Hal ini berarti adanya hubungan yang cukup erat antara keberagamaan dan etos belajar mahasiswa. Nilai
angka yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi keberagamaan mahasiswa akan semakin tinggi pula etos belajar mahasiswa. Tingginya tingkat religiusitas akan
membentuk sikap yang positif seperti motivasi yang tinggi, disiplin waktu, lebih rasional dan memiliki kreatifitas yang tinggi. Sikap-sikap positif tersebut akan
menghindarkan mahasiswa dari etos belajar yang rendah. Sebaliknya, rendahnya tingkat religiusitas akan membentuk sikap–sikap negatif seperti melakukan
penundaan, motivasi belajar yang rendah dan lebih irasional. Sikap-sikap negatif ini yang akhirnya membentuk etos belajar yang rendah.
Variabel sosial budaya memiliki korelasi yang positif dan signifikan sebesar 0,265. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang kurang erat antara sosial budaya
dan etos belajar mahasiswa. Meskipun nilai angka yang tertera positif. Namun, hubungannya lemah. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel keberagamaan
memiliki hubungan yang cukup erat dengan variabel etos belajar dibandingkan dengan variabel sosial budaya.
Berdasarkan hasil pengolahan regresi berganda dengan menggunakan SPSS dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Koefisien determinasi R