Faktor Eksternal Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Belajar

kampus. Selain itu, kesehatan indera pendengar dan indera penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan mahasiwa dalam menyerap informasi dan pengetahuan. Apabila tubuh seorang individu lemah akan menimbulkan penurunan kualitas ranah cipta sehingga materi yang disampaikan tidak dapat diserap dengan baik bahkan tidak berbekas. Oleh karena itu, sudah seharusnya kondisi jasmani dijaga dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, pola istirahat yang cukup, dan olahraga yang teratur. 2 Faktor Psikologi, baik yang bersifat bawaan ataupun yang diperoleh. Faktor ini terdiri dari : a Faktor interaksi yang meliputi faktor potensi yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor nyata yakni prestasi yang dimiliki. b Faktor non-interaksi yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu. Seperti: sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi dengan penyesuaian diri.

b. Faktor Eksternal

1 Faktor Sosial a Lingkungan sosial kampus. Lingkungan sosial kampus dapat mempengaruhi semangat belajar seorang mahasiswa, seperti para dosen, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas. Daya dorong yang positif dalam lingkungan sosial kampus dapat ditunjukkkan dengan sikap yang terbuka dan memperlihatkan suri teladan yang baik oleh para dosen. b Lingkungan sosial keluarga. Keluarga merupakan tempat pembelajar yang pertama dan utama bagi seseorang. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga akan memberi dampak yang baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh mahasiswa. c Lingkungan sosial masyarakat tempat tinggal. Lingkungan sosial masyarakat yang kondusif, akan memacu individu untuk terus meningkatkan integritas keilmuan. 2 Faktor Budaya Koentjaraningrat memberikan sebuah pernyataan bahwa Bangsa Indonesia belum mempunyai bayangan bentuk masyarakat seperti apa yang hendak dicapai. 33 Akibatnya, bangsa ini belum mempunyai orientasi untuk masa depan. Dalam hal ini, langkah yang paling tepat untuk menumbuhkan sikap mental tersebut adalah dengan cara mengembangkan budaya pembelajar melalui pendidikan. Kemajuan teknologi membuat mahasiswa pada khususnya, dituntut untuk terus menerus belajar. Menurut Emi Zulaifah yang dikutip dari Schein 1992 memaparkan lima dimensi mengenai budaya organisasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik yang disebut sebagai budaya pembelajar. 34 Adapun dimensi yang dimaksud meliputi : Hubungan antara lingkungan dan organisasi, Sifat aktivitas 33 Ricardi S Adnan, Potret Suram Bangsaku Gugatan alternatif desain pembangunan, Depok : UI Press, 2006, hal. 97. 34 Emi Zulaifah, Budaya Pembelajar dan Pemimpin Organisasi, Psikologika Nomor 11 Tahun VI, 2001, hal. 37. manusia, Penghayatan akan realitas dan kebenaran, Sifat dasar manusia, Penghayatan akan hubungan antar manusia, Informasi dan komunikasi. 3 Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar. 4 Faktor lingkungan spiritualkeagamaan. 35 35 M. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upayakan Optimalkan kegiatan Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Al-gesindo, 1998, hal. 40.

BAB III PROFIL UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

A. Sejarah Singkat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Secara singkat sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode perintisan, periode fakultas IAIN al-Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah, dan periode UIN Syarif Hidayatullah. 36

a. Periode Perintisan

Pada zaman penjajahan Belanda, Dr. Satiman Wirjosandjojo, salah seorang Muslim terpelajar, tercatat pernah berusaha mendirikan Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam. Namun, usaha ini gagal karena hambatan dari pihak penjajah Belanda. Lima tahun sebelum proklamasi kemerdekaan, Persatuan Guru Agama Islam PGAI di Padang mendirikan Sekolah Tinggi Islam STI. STI hanya berjalan selama dua tahun 1940-1942 karena pendudukan Jepang. Pada 8 Juli 1945, bertepatan dengan 27 Rajab 1364, yayasan tersebut mendirikan Sekolah Tinggi Islam STI. STI berkedudukan di Jakarta dan dipimpin oleh Abdul Kahar Mudzakkir. Pada 1946, STI dipindahkan ke Yogyakarta mengikuti kepindahan Ibukota Negara dari Jakarta ke Yogyakarta. 36 Komarudin Hidayat, dkk, Profil Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta , Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007, hal. 3.