Aspek-aspek yang terdapat dalam Etos Belajar

aspek tertentu saja, melainkan menyentuh segala aspek yang ada. e. Belajar berlangsung dengan pengajar ataupun tanpa pengajar. Proses belajar bisa berlangsung dengan atau tanpa siapapun, baik dalam situasi formal dan informal. f. Kegiatan belajar bisa berlangsung di setiap tempat dan waktu. Kegiatan belajar tidak hanya terjadi di kampus, melainkan dimana saja seperti di rumah, di organisasi, lingkungan masyarakat, dan lain-lain. Belajar juga bisa terjadi setiap saat tidak hanya terjadi ketika kuliah berlangsung. g. Belajar membutuhkan perencanaan dan motivasi. Dalam belajar, perencanaan merupakan hal yang terpenting. Sebab, dengan perencanaan individu dapat mengetahui arah dan tujuan yang akan dicapai dalam belajar. Selain itu, hal tersebut juga didukung oleh motivasi yang tinggi. h. Proses belajar terjadi bervariasi dari yang paling sederhana sampai dengan yang sangat kompleks. 26 Proses belajar akan berjalan dengan lancar dan mudah apabila beberapa prinsip diterapkan dengan benar. Jika prinsip-prinsip ini tidak diterapkan, maka terkadang proses belajar tidak pernah terjadi. Kalaupun terjadi, maka akan berjalan dengan sulit dan lambat.

2. Aspek-aspek yang terdapat dalam Etos Belajar

26 Nana Syaodih Sukmadinata. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007, hal. 165-166. Menurut Wardi Bachtiar dalam bukunya yang berjudul “ Metodologi Penelitian Dakwah ” memaparkan uraian variabel yang menjadi tolak ukur dalam etos kerja muslim. Terkait dengan penelitian ini, penulis mencoba mengadaptasi beberapa aspek yang menjadi tolak ukur dalam etos belajar, yaitu: a. Motivasi Motivasi berasal dari kata moti yaitu sesuatu yang memulai gerakan. Sedangkan motivasi berarti to move atau menyebabkan terjadinya aktifitas-aktifitas seeorang. Motivasi adalah sesuatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dalam cara-cara tertentu. 27 Dengan kata lain, motivasi merupakan pemicu dan pendorong untuk bertingkah laku secara terarah dalam mencapai tujuan. Selain itu, motivasi merupakan perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1 motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri yang mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar. 2 motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu mahasiswa yang juga mendorong untuk melakukan kegiatan belajar. Apabila seorang mahasiswa melakukan kegiatan dengan memiliki motivasi yang lemah, maka hasil yang ditempuh tidak akan maksimal. Maka, dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan modal yang sangat penting untuk belajar. Beberapa fungsi motivasi secara umum adalah sebagai berikut : 1. Sebagai pendorong untuk membangkitkan keinginan, 2. Sebagai penentu arah perbuatan yakni 27 Michael Amstrong, Seri Pedoman Manajemen Sumber Daya Alam, Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 1990, hal 65. ke arah tujuan yang hendak dicapai, 3. Penyeleksi perbuatan yaitu menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan dan mana yang harus ditinggalkan, 4. Membentuk sikap disiplin diri. Manusia pada hakekatnya mempunyai kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain, seseorang dianggap mempunyai motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari karya orang lain. Bertitik tolak dari definisi motivasi pada dasarnya terdapat tiga komponen utama yaitu 1 kebutuhan, 2 dorongan, dan 3 tujuan. Kebutuhan akan timbul dalam diri seseorang apabila ia merasa adanya kekurangan dalam dirinya. Dorongan dalam diri seseorang secara sadar menimbulkan upaya untuk memenuhi kekurangan dan kebutuhannya. Berkaitan dengan motivasi, Mc. Clelland 1961 menghubungkan motif dengan kebutuhan manusia. Pada dasarnya kebutuhan dapat dibagi menjadi tiga golongan, yakni sebagai berikut : 1.1. Kebutuhan untuk berprestasi Need for achievement, yaitu dimana masing- masing orang ingin diketahui sebagai orang yang sukses atau berhasil dalam hidupnya. Keberhasilan itu meliputi seluruh segi kehidupan dan penghidupan seseorang. Hal ini dapat diartikan bahwa adanya need for achievement seseorang selalu berusaha untuk melakukan hal-hal yang lebih baik dari orang lain, misalnya seorang mahasiswa yang ingin mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari teman-temannya. 2.1. Kebutuhan untuk berafiliasi Need for Affiliation, yaitu seseorang mempunyai kebutuhan untuk mempunyai pengaruh terhadap orang lain, terutama orang-orang yang mengadakan interaksi dengannya, misalnya pengaruh seorang dosen mempunyai wewenang untuk menentukan nilai seorang mahasiswa dari mata kuliah yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan. 3.1. Kebutuhan untuk kekuasaan Need for power, yaitu kebutuhan ini pada umumnya tercermin pada keinginan berada pada situasi yang bersahabat dalam interaksi seseorang dengan orang lain, apakah orang lain itu teman kuliah, teman satu organisasi dan lain-lainnya. Pentingnya motivasi belajar bagi mahasiswa adalah sebagai berikut : 1 menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir, 2 menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar dengan teman, 3 mengarahkan kegiatan belajar dengan meningkatkan semangat belajar 4 menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja. Jansen Sinamo yang dijuluki sebagai Bapak Ethos Indonesia, memetakan motivasi kerja dalam konsep yang disebut sebagai “Delapan Etos Kerja Profesional”. Dalam hal ini penulis, mencoba mengadopsi konsep tersebut yang dikaitkan dengan etos belajar. Etos pertama, belajar adalah rahmat. Allah memberikan rahmat kepada setiap manusia, hendaknya anugrah tersebut dapat diterima dengan ikhlas. Belajar merupakan ajang bagi mahasiswa untuk terus mengembangkan intelektual dan akademiknya. Sudah seharusnya kesempatan itu dapat dimanfaatkan dengan baik. Tak pantas rasanya, bila kita merespon nikmat yang diberikan dengan sikap yang malas. Etos Kedua, belajar adalah amanah. Mahasiswa mendapatkan amanah dari orang tua untuk menjadi seseorang yang berguna bagi bangsa, Negara dan agamanya. Etos ini membuat kita bisa belajar dengan sepenuh hati dan menjauhi tindakan yang tercela, misalnya mencontek pada saat ujian ataupun melakukan prokrastinasi akademik. Etos ketiga, belajar adalah panggilan. Jika kita menyadari bahwa belajar merupakan suatu panggilan, maka kita akan melakukannya secara optimal untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Etos keempat, belajar adalah aktualisasi. Belajar adalah proses perubahan yang terjadi dalam individu dari yang belum bisa menjadi sudah bisa menuju ke arah yang lebih baik. Etos kelima, belajar adalah ibadah. Seseorang yang memiliki etos belajar yang tinggi, maka ia akan belajar secara serius dengan rasa cinta didalamnya. Etos keenam, belajar adalah seni. Kesadaran untuk belajar dilakukan dengan menyenangkan. Sehingga, mahasiswa dapat menikmati peran dan kewajibannya sebagai generasi penerus bangsa. Mahasiswa belajar dengan penuh kreatifitas. Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi sangat mempengaruhi seorang mahasiswa untuk cenderung berprestasi mencapai sukses dan jika mendapatkan sebuah kegagalan, maka ia akan berusaha lebih keras. b. Disiplin Disiplin berasal dari bahasa latin “disciple” yang artinya mengikuti dengan taat. 28 Disiplin erat kaitannya dengan penggunaan terhadap waktu, dimana seseorang yang memiliki pribadi yang disiplin akan berhati-hati dalam pengelolaan waktu dan 28 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, hal. 88. mempertanggungjawaban apa yang telah dilakukannya. Kedisiplinan dalam belajar tercermin melalui sikap rajin, penghargaan terhadap waktu dan mematuhi segala peraturan yang ada dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Seorang individu yang membangun kehidupannya diatas pondasi-pondasi yang mendalam dan maju jauh lebih cepat dan lebih menyakinkan daripada individu yang bertindak secara sembarangan dan tanpa disiplin. Ketiadaan disiplin dan ketertiban akan membawa kerugian besar, yang tidak dapat dipulihkan oleh apapun. c. Rasionalitas Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Rasional mempunyai pengertian mempertinggi produksi dengan berhemat tenaga kerjanya. 29 Namun, terkait dengan penelitian ini rasional lebih diartikan sebagai kemampuan untuk meningkatkan produktivitas diri dengan prestasi belajar. Berpikir rasional merupakan perwujudan perilaku belajar terutama yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Dalam berpikir rasional, mahasiswa dituntut menggunakan logika untuk menentukan sebab- akibat, menganalisis, menarik kesimpulan, dan bahkan juga menciptakan ramalan- ramalan. 30 Dengan belajar rasional, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan rational problem solving , yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis. 29 Daryanto, S.S, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Apollo, 1998, hal. 472. 30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2008, hal. 123. d. Kreativitas Kreativitas berasal dari bahasa latin “Creare” yang artinya menghasilkan, melahirkan, mencipta, mencapai. 31 Dalam hal ini, kreatif memiliki pengertian yaitu tidak puas hanya dengan apa yang ada. Dia selalu melakukan perubahan baru dengan cara mencari alternatif yang lebih baik, sebagaimana sabda Rasullah, “Hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik lagi daripada hari ini…”. 32 Kreativitas adalah kemampuan seseorang dalam menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada. Kreativitas seseorang ditandai dengan kemampuannya dalam mencetuskan sesuatu gagasan yang relatif baru dan kemampuan untuk menyelesaikan dari suatu persoalan ke persoalan lain. Dalam belajar, mahasiswa yang kreatif biasanya tampak dari cara belajarnya yang seakan- akan tidak kehilangan akal. Jika mengalami kesulitan dalam memecahkan sebuah persoalan, maka ia cenderung menemukan gagasan yang baru.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Belajar