nontraumatik. Oleh karena itu, pengelolaan kaki DM menjadi permasalahan yang penting dalam menjaga kualitas hidup pasien Perkeni, 2011.
g. Penyakit jantung koroner, kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung
menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat aterosklerosis penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah.
Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita DM. Akibat aterosklerosis akan menyebabkan penyumbatan dan kemudian menjadi penyakit
jantung koroner Waspadji, 2006.
2.1.4 Pengendalian DM
Secara umum, pengendalian DM dimaksudkan untuk mengurangi gejala, membentuk berat badan ideal, dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi. Prinsip
dasar manajemen pengendalian atau penanganan DM meliputi : a.
Pengaturan makanan; yang pertama dan kunci manajemen DM b.
Latihan jasmani c.
Obat antidiabetik Prinsip pengobatan DM tipe 2 dengan obat hipoglikemik oral OHO, insulin
dan terapi kombinasi pemberian OHO dan insulin. Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan :
1. Pemicu sekresi insulin : sulfonilurea dan glinid
2. Menambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
3. Menghambat glukoneogenesis metformin
4. Menghambat absorbsi glukosa
Universitas Sumatera Utara
d. Intervensi bedah: sebagai pilihan terakhir, kalau memungkinkan dengan cangkok
pankreas Bustan, 2007.
2.1.5 Pencegahan DM
Kunci utama pencegahan DM terletak pada tiga titik yang saling berkaitan pengendalian berat badan, olahraga dan makanan sehat. Pencegahan DM meliputi :
a. Pencegahan premodial kepada masyarakat yang sehat, untuk berperilaku positif
mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari risiko DM, misalnya, berperilaku hidup sehat, tidak merokok, makanan bergizi dan
seimbang, ataupun diet, membatasi diri terhadap makanan tertentu, kegiatan jasmani yang memadai.
b. Promosi kesehatan, ditujukan pada kelompok berisiko, untuk mengurangi atau
menghilangkan risiko yang ada. Dapat dilakukan penyuluhan dan penambahan ilmu terhadap masyarakat.
c. Pencegahan khusus, ditujukan pada mereka yan mempunyai risiko tinggi untuk
melakukan pemeriksaan atau upaya sehingga tidak menjadi DM. Upaya ini dapat berbentuk konsultasi gizidiatetik.
d. Diagnosis awal, dapat dilakukan dengan penyaringan screening, yakni
pemeriksaan kadar gula darah kelompok risiko. e.
Pengobatan yang tepat, upaya pengobatan pada penderita DM agar tidak menjadi komplikasi.
f. Disability limitation; pembatasan kecacatan yang ditujukan pada upaya maksimal
mengatasi dampak komplikasi DM sehingga tidak menjadi lebih berat.
Universitas Sumatera Utara
g. Rehabilitasi, sosial maupun medis. Memperbaiki keadaan yang terjadi akibat
komplikasi atau kecacatan yang terjadi karena DM. Upaya rehabilitasi fisik berkaitan dengan akibat lanjut DM yang telah menyebabkan adanya amputasi
Bustan, 2007.
2.2 Pola Makan untuk Penderita DM