2008 meneliti pola makan dan kadar A1c di Fukuoka, Jepang. Pola makan subjek diperoleh melalui analisis komponen utama terhadap konsumsi 49 jenis makanan
yang diketahui dari kuesioner frekuensi makanan hal ini untuk menilai odds ratio OR peningkatan kadar A1c ≥5,5 yang spesifik terhadap jenis kelamin. Pola
makan seperti negara Barat, dimana seafood memiliki hubungan positif dengan kadar A1c hanya pada pria p=0,01.
2.4 Epidemiologi DM
2.4.1 Distribusi DM
a Orang Person
Berdasarkan proses timbulnya penyakit DM dapat disimpulkan bahwa orang yang berisiko mengalami DM adalah mereka yang memiliki riwayat DM dari
keluarga. Pasien DM tipe 2 umumnya dewasa usia 40-an dan mengalami kegemukan obesitas dan kurang aktif secara fisik.
Prevalensi dan insiden DM tipe 2 berfariasi antara jenis kelamin dari satu populasi, namun perbedaan ini relatif kecil dan tampaknya dijelaskan oleh perbedaan
dalam faktor-faktor risiko lain seperti obesitas dan aktivitas fisik. Prevalensi DM tipe 2 meningkat dengan usia meskipun pola kejadian sangat bervariasi. Prevalensi dapat
meningkatkan nyata pada usia dewasa muda 20-35 tahun, sedangkan di kejadian lain peningkatan prevalensi terutama pada orang tua misalnya 55-74 tahun usia.
Penurunan prevalensi terlihat dalam kelompok usia tertua misalnya 75 tahun karena lebih tinggi tingkat kematian karena penyakit. DM tipe 2 dalam masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
relatif makmur biasanya berkembang di tengah kelompok usia yang lebih tua. Dinegara berkembang, karena distribusi penduduk usia muda, banyak kasus terjadi
pada usia muda dan dewasa paruh baya Steyn, dkk. Amerika Serikat dan Eropa, prevalensi DM tipe 2 meningkat dengan usia
paling tidak ke umur 17 tahun. DM tipe 2 yang sebelumnya dianggap sebagai penyakit dewasa. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi banyak laporan pada
masa kanak-kanak dan adolesence. Disesuaikan menurut umur tingkat kematian di antara orang-orang dengan
DM 1,5-2,5 kali lebih tinggi dan lebih besar di kelompok usia yang lebih muda dan berkurang di usia tua. Kematian pada wanita umumnya lebih rendah dari pada laki-
laki. Angka kematian meningkat pada pasien dengan DM tipe 2 adalah terlihat terutama di antara mereka dengan komplikasi. Faktor risiko termasuk proteinuria dan
penyakit retina, dan faktor risiko penyakit jantung. Hiperlipidemia, hipertensi dan merokok.
Diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi DM DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang DM Care, 2004. Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar
Riskesdas tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu
14,7. Dan daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8. b
Tempat Place Prevalensi dan insiden DM tipe 2 dalam beberapa dekade terakhir, dramatis
meningkat dan kejadian DM tipe 2 telah terjadi di banyak belahan dunia terutama di
Universitas Sumatera Utara
negara industri baru. Memang, mayoritas kasus DM tipe 2 di masa depan akan terjadi di negara-negara berkembang seperti India dan China memiliki lebih banyak kasus
dibandingkan negara lain Steyn, dkk. Pada Tabel 2.11 menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat keempat dengan penderita terbesar di dunia yaitu 8,4
juta orang pada tahun 2000 dan diperkirakan terus meningkat dari tahun ke tahun yaitu sebanyak 21,3 juta orang penderita DM.
Tabel 2.12 Kejadian DM Di Beberapa Negara Tahun 2000 dan 2030 No Rangking Negara
tahun 2000 Orang dengan
DM juta Rangking Negara
tahun 2030 Orang dengan
DM juta
1. India
31,7 India
79,42 2.
Cina 20,8
Cina 42,33
3. Amerika Serikat
17,7 Amerika Serikat
30,34 4.
Indonesia 8,4
Indonesia 21,3
5. Jepang
6,8 Pakistan
13,96 6.
Pakistan 5,2
Brazil 11,37
7. Federasi Rusia
4,6 Banglades
11,18 8.
Brazil 4,6
Jepang 8,99
9. Italia
4,3 Filipina
7,8 10. Banglades
3,2 Mesir
6,7 NO Nega
DM tipe 2 berhubungan dengan tingkat kematian terutama disebabkan oleh komplikasi dari penyakit vaskular. Pada populasi Kaukasia Amerika, banyak
kematian disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, terutama iskemik, tetapi di negara lain seperti Asia dan Amerika, India disebabkan oleh penyakit ginjal. Di
beberapa negara berkembang, komponen terpenting adalah karena infeksi Steyn, dkk.
00 00000000000000000000
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai tahun delapan puluhan telah dilaksanakan berbagai kota di Indonesia, prevalensi DM berkisar antara 1,5 sd
2,3 kecuali di Manado yang agak tinggi sebesar 6. Hasil penelitian epidemiologis berikutnya tahun 1993 di Jakarta daerah
urban membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7 pada tahun 1982 menjadi 5,7 pada tahun 1993, kemudian pada tahun 2001 di Depok, daerah sub
urban di Selatan Jakarta menjadi 12,8. Demikian pula prevalensi DM di Ujung Pandang daerah urban, meningkat dari 1,5 pada tahun 1981 menjadi 3,5 pada
tahun 1998 dan terakhir pada tahun 2005 menjadi 12,5. Di daerah rural di suatu kota kecil di Jawa Barat angka itu hanya 1,1. Di
suatu daerah terpencil di Tanah Toraja didapatkan prevalensi DM hanya 0,8. Di sini jelas ada perbedaan antara urban dengan rural, menunjukkan bahwa gaya hidup
mempengaruhi kejadian DM. Di Jawa Timur angka itu tidak berbeda yaitu 1,43 di daerah urban dan 1,47 di daerah rural.
ang c
Waktu Time Lamanya seseorang menderita penyakit dapat memberikan gambaran mengenai
tingkat patogenesitas penyakit tersebut. Peningkatan angka kesakitan DM dari waktu ke waktu lebih benyak disebabkan oleh faktor herediter, life style kebiasaan hidup
dan faktor lingkungannya. Komplikasi DM dengan penyakit lain terkait dengan lamanya seseorang menderita DM, semakin lama seseorang menderita DM maka
komplikasi penyakit DM juga akan lebih mudah terjadi.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Determinan DM