Permasalahan Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Pola Makan untuk Penderita DM

sebanyak 36 penderita. Jumlah kunjungan ini meningkat di tahun 2012 hingga mencapai rata-rata 54 penderita per bulan. Hal ini menunjukan lonjakan peningkatan penderita DM tipe 2 dari tahun ke tahun. Pada survei awal yang dilakukan terhadap 10 orang penderita DM yang mengalami komplikasi dislipedemia, hipertensi dan tuberculosis mempunyai pola makan yang tidak sehat yaitu mereka sering mengonsumsi karbohidrat, lemak dan protein yang tidak sesuai dengan takaran dalam arti tidak sesuai dengan diet DM, didukung dengan tidak teratur minum obat sehingga pada saat pemeriksaan kadar gula darah 300 mgdl hiperglikemik tanpa disadari tentu hal ini berdampak pada proses metabolisme yang mempercepat terjadi komplikasi pada mereka. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti akan melakukan penelitian hubungan pola makan dan kepatuhan minum obat terhadap kejadian hiperglikemik pada penderita DM tipe 2.

1.2 Permasalahan

Dari latar belakang diatas dapat di tarik permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimana hubungan pola makan dan kepatuhan minum obat terhadap kejadian hiperglikemik pada penderita DM tipe 2”.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan pola makan dan kepatuhan minum obat terhadap kejadian hiperglikemik pada penderita DM tipe 2 di RSU Herna Medan dan RSUP H. Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada hubungan pola makan dan kepatuhan minum obat terhadap kejadian hiperglikemik pada penderita DM tipe 2.

1.5 Manfaat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi RSU Herna Medan dan RSUP H. Adam Malik Medan meningkatkan strategi promosi kesehatan pengendalian kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DM DM merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin Guyton, Arthur, 2007. DM merupakan penyakit sistemik, kronis, dan multifaktor yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipedemia. Gejala yang timbul adalah akibat kurangnya sekresi insulin atau ada insulin yang tidak cakup tetapi tidak efektif. Pada tahun 1997, Expert Comittee on the Diagnosis and Classification of DM of the American DM Association menerbitkan klasifikasi baru DM : Tipe 1 adalah insulin-dependent DM IDDM dan Tipe 2 non-insulin-dependent DM NIDDN Baradero, 2009. DM tpe 2 lebih sering dijumpai dari pada tipe 1, dan kira-kira ditemukan sebanyak 90 persen dari seluruh kasus DM. Pada kebanyakan DM terjadi diatas umur 30 tahun, seringkali diantara usia 50 dan 60 tahun, dan ini timbul secara berlahan- lahan. Oleh karena itu sindrom sering disebut sebagai DM onset-dewasa. Akan tetapi akhir-akhir ini dijumpai peningkatan kasus yang terjadi pada individu yang berusia lebih muda, sebagian berusia kurang dari 20 tahun dengan DM tipe 2. Tren tersebut berkaitan dengan peningkatan prevalensi obesitas, yaitu faktor risiko terpenting untuk DM tipe 2 pada anak-anak dan dewasa Guyton, Arthur, 2007. 8 Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Gejala DM

Gejala DM adalah rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari, banyak makan serta berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh. Kadang-kadang ada pasien yang sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka mengetahui adanya DM hanya karena pada saat periksa kesehatan ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi dan jika kadar glukosa darah yang tinggi dalam jangka panjang akan menimbulkan komplikasi. Soegondo, dkk 2007.

2.1.2 Diagnosis DM

Cara yang umum dipakai untuk mendiagnosa penyakit DM didasarkan pada tes kimiawi terhadap urin dan darah. a. Glukosa Urin Ada tes yang sederhana atau tes kuantitatif laboratorium yang lebih rumit, yang mungkin dapat digunakan untuk menentukan jumlah glukosa yang hilang dalam urin. Pada umumnya jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin orang normal sukar dihitung, sedangkan ada kasus DM, glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak sekali, sesuai dengan berat penyakitnya dan asupan karbohidratnya b. Kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Insulin. Kadar glukosa darah puasa sewaktu pagi hari normalnya adalah 80 sampai 90 mg100 ml, dan nilai 110 mg100 ml dipertimbangkan sebagai batas nilai kadar normal. Kadar glukosa darah puasa diatas nilai ini, seringkali menunjukkan adanya Universitas Sumatera Utara penyakit DM atau setidaknya resistensi insulin. Pada DM tipe 2, konsentrasi insulin plasma dapat beberapa kali lipat lebih tinggi dari nilai normal dan biasanya meningkat lebih banyak bila pemberian sejumlah glukosa standar selama tes toleransi glukosa. Gambar 2.1 Kurva Toleransi Glukosa pada Orang yang Normal dan Orang dengan DM Guyton, Arthur, 2007 c. Tes Toleransi Glukosa Gambar 2.1 yang disebut “kurva toleransi glukosa,” didapatkan bila orang normal yang puasa memakan 1 gram glukosa per kilogram berat badan, kadar glukosanya akan meningkat dari kadar kira-kira 90 mg100 ml menjadi 120-140 mg100 ml dan dalam waktu kira-kira dua jam kadar ini akan menurun lagi kenilai normalnya. Pada pasien DM konsentrasi glukosa darah puasa hampir selalu diatas 110 mg100 ml dan sering diatas 140 mg100 ml. Selain itu uji toleransi glukosa hampir Universitas Sumatera Utara selalu abnormal. Sewaktu mencernakan glukosa, orang-orang ini memperlihatkan peningkatan kadar glukosa darah yang jauh lebih besar daripada peningkatan yang normal seperti yang ditunjukkan oleh kurva bagian atas pada gambar 2.1, dan kadar glukosa kembali kenilai kontrol hanya setelah 4-6 jam; lebih lanjut glukosa darah gagal untuk turun dibawah kadar kontrol. Penurunan kurva yang lambat dan gagalnya glukosa turun dibawah kontrol menunjukkan bahwa 1 peningkatan normal sekresi insulin setelah makan glukosa tidak terjadi atau 2 adanya penurunana sensitivitas terhadap insulin. Diagnosa DM biasanya dapat ditegakkan berdasarkan kurva tersebut, dan DM tipe 2 menunjukkan insulin plasma yang meningkat. d. Pernapasan Aseton Aseton bersifat mudah menguap dan dikeluarkan dalam udara ekspirasi. Pada tahap dini DM tipe 2, asam keto biasanya tidak diproduksi dalam jumlah berlebih. Namun bila resistensi insulin sangat parah dan terdapat peningkatan penggunaan lemak sebagai sumber energi, asam keto akan dihasilkan pada orang dengan DM tipe 2 Guyton, Arthur, 2007.

2.1.3 Komplikasi DM

DM dapat menyerang hampir seluruh sistem tubuh manusia. Komplikasi DM diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, DM ketoasidosis DKA dan hyperglicemic hyperosmolar nonketotic coma HHNC. Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopatik diabetik, nepropati diabetik, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi. Universitas Sumatera Utara 1. Komplikasi Akut a. Hipoglikemia Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah dibawah 60 mgdl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien yang sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemikoral antara lain : 1 Regimen insulin yang tidak fisiologis 2 Overdosis insulin atau sulfonilurea 3 Tidak makan 4 Tidak mengonsumsi kudapan yang telah direncanakan 5 Gerak badan tanpa kompensasi makanan 6 Penyakit ginjal stadium akhir 7 Konsumsi alkohol b. DM ketoasidosis Ketoasidosis DM adalah akibat yang berat dari defisit insulin yang berat pada jaringan adiposa, otot skletal, dan hepar. Jaringan tersebut sangat sensitif terhadap kekurangan insulin. DM ketoasidosis dapat dicetuskan oleh infeksi penyakit c. Hyperglicemic hyperosmolar nonketotic coma HHNC. Patofisiologi dan tanda-tanda klinis yang terjadi sama dengan DKA dengan beberapa pengecualian. HHNC terdapat Baradero, 2009 1 Dehidrasi berat pasien bisa mengalami defisit cairan sebanyak 8-9 liter 2 Tingkat hiperglikemia juga lebih berat, bisa 600-2.000 mgdl Universitas Sumatera Utara 3 Osmolaritas serum adalah 350 mOsmL atau lebih 4 Tidak ada ketosis karena orang dengan DM tipe 2 mempunyai cukup insulin 5 Biasanya ada gangguan dasar pada sistem saraf sentral serebrovaskular yang bisa mengganggu persepsi pasien terhadap rasa haus sehingga cairan yang hilang tidak dapat diganti dan dehidrasi bertambah berat. 6 Biasanya ada infeksi atau penyakit. 2. Komplikasi Kronis a. Retinopati diabetik, merupakan penyebab utama kebutaan dan cacat visual. Hal ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kecil pada lapisan belakang mata, retina, menyebabkan hilangnya progresif penglihatan, bahkan kebutaan. b. Nefropati penyakit ginjal Penyakit ginjal DM juga disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kecil dalam ginjal. Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal, dan akhirnya menyebabkan kematian. Di negara maju, ini adalah penyebab utama dialisis dan transplantasi ginjal. c. Neuropati DM menyebabkan kerusakan saraf melalui mekanisme yang berbeda, termasuk kerusakan langsung oleh hiperglikemia dan penurunan aliran darah ke saraf dengan merusak pembuluh darah kecil. Kerusakan saraf dapat menyebabkan hilangnya sensorik, kerusakan anggota badan, dan impotensi pada pria DM. Ini adalah komplikasi yang paling umum dari DM. Gejalanya banyak, tergantung pada saraf yang terkena: misalnya, mati rasa pada kaki, nyeri pada ekstremitas, dan impotensi. Sensasi menurun terjadi pada kaki dapat Universitas Sumatera Utara menyebabkan pasien tidak merasakan luka dan mengembangkan infeksi kaki. Jika tidak diobati dini, ini dapat menyebabkan amputasi WHO, 2011. d. Dislipidemia Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia. Ada peningkatan kolesterol LDL low-density lipoprotein dan trigleserida yang bisa mengakibatkan aterosklerosis. Karena resistensi insulin, profil lipid pasien dengan DM tipe 2 adalah hipertrigliseridemia dan hiperkolesterolemia Baradero, 2009. e. Hipertensi Sebanyak 60-65 pasien dengan DM mengalami hipertensi. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hiperteni harus secepat mungkin diketahui dan ditangani secara agresif karena bisa memperberat retinopati, nefropati, dan penyakit makrovaskular. Tujuan penangan hipertensi adalah tekanan darah mencapai 13085 mmHg Baradero M, 2009. f. Kaki diabetik Seiring dengan meningkatnya angka kejadian DM, komplikasi DM pun kian meningkat. Salah satu dampak buruk DM yang sering terjadi adalah kaki DM. Gangguan pada kaki DM tidak hanya melibatkan unsur metabolik, tetapi juga struktur vaskular, fungsional, perawatan, serta nutrisi. Selain itu, kaki DM tercatat sebagai komplikasi penyebab morbiditas pada seorang DM. Di Amerika Serikat, DM termasuk penyebab utama amputasi ekstremitas bawah Universitas Sumatera Utara nontraumatik. Oleh karena itu, pengelolaan kaki DM menjadi permasalahan yang penting dalam menjaga kualitas hidup pasien Perkeni, 2011. g. Penyakit jantung koroner, kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat aterosklerosis penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah. Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita DM. Akibat aterosklerosis akan menyebabkan penyumbatan dan kemudian menjadi penyakit jantung koroner Waspadji, 2006.

2.1.4 Pengendalian DM

Secara umum, pengendalian DM dimaksudkan untuk mengurangi gejala, membentuk berat badan ideal, dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi. Prinsip dasar manajemen pengendalian atau penanganan DM meliputi : a. Pengaturan makanan; yang pertama dan kunci manajemen DM b. Latihan jasmani c. Obat antidiabetik Prinsip pengobatan DM tipe 2 dengan obat hipoglikemik oral OHO, insulin dan terapi kombinasi pemberian OHO dan insulin. Berdasarkan cara kerjanya OHO dibagi menjadi 4 golongan : 1. Pemicu sekresi insulin : sulfonilurea dan glinid 2. Menambah sensitivitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion 3. Menghambat glukoneogenesis metformin 4. Menghambat absorbsi glukosa Universitas Sumatera Utara d. Intervensi bedah: sebagai pilihan terakhir, kalau memungkinkan dengan cangkok pankreas Bustan, 2007.

2.1.5 Pencegahan DM

Kunci utama pencegahan DM terletak pada tiga titik yang saling berkaitan pengendalian berat badan, olahraga dan makanan sehat. Pencegahan DM meliputi : a. Pencegahan premodial kepada masyarakat yang sehat, untuk berperilaku positif mendukung kesehatan umum dan upaya menghindarkan diri dari risiko DM, misalnya, berperilaku hidup sehat, tidak merokok, makanan bergizi dan seimbang, ataupun diet, membatasi diri terhadap makanan tertentu, kegiatan jasmani yang memadai. b. Promosi kesehatan, ditujukan pada kelompok berisiko, untuk mengurangi atau menghilangkan risiko yang ada. Dapat dilakukan penyuluhan dan penambahan ilmu terhadap masyarakat. c. Pencegahan khusus, ditujukan pada mereka yan mempunyai risiko tinggi untuk melakukan pemeriksaan atau upaya sehingga tidak menjadi DM. Upaya ini dapat berbentuk konsultasi gizidiatetik. d. Diagnosis awal, dapat dilakukan dengan penyaringan screening, yakni pemeriksaan kadar gula darah kelompok risiko. e. Pengobatan yang tepat, upaya pengobatan pada penderita DM agar tidak menjadi komplikasi. f. Disability limitation; pembatasan kecacatan yang ditujukan pada upaya maksimal mengatasi dampak komplikasi DM sehingga tidak menjadi lebih berat. Universitas Sumatera Utara g. Rehabilitasi, sosial maupun medis. Memperbaiki keadaan yang terjadi akibat komplikasi atau kecacatan yang terjadi karena DM. Upaya rehabilitasi fisik berkaitan dengan akibat lanjut DM yang telah menyebabkan adanya amputasi Bustan, 2007.

2.2 Pola Makan untuk Penderita DM

Pola makan seseorang berkaitan erat dengan budaya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi bagaimana seseorang memilih makanannya. Faktor-faktor tersebut adalah kesenangan serta ketidaksenangan food like and dislake, kebiasaan food habit, daya beli serta ketersediaan makanan purchasingpower and food availability, kepercayaan serta ketahyulan food believe and food fadism, aktualisasi diri self-actualization, faktor agama serta psikologis, dan pertimbangan gizi serta kesehatan. Tujuan terapi nutrisi pada manajemen DM meliputi pengendalian gula darah pada tingkat mendekati normal, pemeliharaan tekanan darah dan kadar kolesterol yang sehat, dan pencapaian berat badan yang sehat. Pedoman saat ini dari American DM Association menganjurkan rencana makan dengan kalori terkontrol yang menggunakan daftar pergantian makanan agar asupan karbohidrat tetap stabil sepanjang hari dan dari hari demi hari. Sehingga perubahan pola makan sangat membantu untuk pasien dengan DM Anonim, 2012 Balagopal, dkk 2008, mengevaluasi intervensi gaya hidup terhadap 703 penduduk yang terdiri dari dewasa dan remaja usia 10-92 tahun di Desa Tamilnadu, Universitas Sumatera Utara India. Intervensi tersebut bertujuan untuk mencegah atau mengurangi risiko perkembangan DM dan komplikasinya. Salah satu edukasi yang diberikan adalah tentang diet. Perbaikan obesitas dan pola makan merupakan salah satu hasil intervensi karena dari studi diketahui bahwa prevalensi DM dan praDM di desa tersebut mengalami peningkatan. Penatalaksanaan gizi pada penderita DM yaitu : a. Nutrisi Preventif Intervensi gizi yang bersifat preventif untuk mengurangi resiko terjadinya DM tipe 2 harus berfokus pada : a.1 Pencegahan obesitas pada pasien-pasien berisiko DM a.2 Asupan serat pangan 25 gram1000 kalori, khususnya serat larut atau solubel dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah dan menambah rasa kenyang a.3 Menghindari asupan kalori yang berlebihan a.4 Olahraga raga teratur 3 kali seminggu atau lebih selama waktu 30 menit dengan intensitas 50-60 dari frekuensi jantung maksimal [120-usia] ternyata dapat mencegah atau menunda onset DM pada mereka yang mempunyai predisposisi untuk terkena DM tipe 2 b. Nutrisi Kuratif Intervensi diet untuk mengendalikan glukosa darah merupakan salah satu intervensi penting bagi pasien-pasien DM tipe 2. Terapi nutrisi mencakup : Universitas Sumatera Utara b.1 Jadwal makan yang teratur; jumlah kalori dari makanan sesuai dengan kebutuhan; dan jenis makanan dengan indeks glikemik yang tinggi harus dibatasi b.2 Asupan kolesterol 300 mghari karena pasien DM tipe 2 menghadapi resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit kardiovaskuler. Pada pasien DM dengan dislipidemia, asupan kolesterol bahkan harus 200 mg perhari. b.3 Asupan serat 25 gramhari; meningkatkan konsumsi serat pangan yang larut maupun tak larut. b.4 Menghindari suplemen niasin yang berlebihan karena dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Suplemen ini biasanya digunakan untuk mengendalikan kadar kolesterol darah. b.5 Pengendalian berat badan b.6 Olehraga aerobik yang teratur b.7 Pemantauan kadar glukosa darah. c. Preskripsi Diet c.1 Makan 3 kali makanan utama dan 2-3 kali camilan per hari dengan interval waktu sekitar 3 jam c.2 Makan camilan yang rendah kalori dengan indeks glikemik yang rendah dan indeks kekenyangan yang tinggi, seperti kolang kaling, agar-agar, rumput laut, pisang rebus, kacang hijau serta kacang-kacangan lainnya, sayuran rendah kalori dan buah-buahan yang tidak manis apel, belimbing, jambu serta alpukat. Makan buah berserat, seperti apel dengan kulitnya, setiap hari merupakan kebiasaan ngemil yang baik. Universitas Sumatera Utara c.3 Hindari kebiasaan minum sari buah secara berlebihan, khususnya pada pagi hari dan gantikan dengan minuman berserat dari kelompok sayuran yang rendah kalori seperti blender tomat, ketimun dan labu siam yang sudah direbus. c.4 Sertakan rebusan buncis atau sayuran lain yang dapat membantu mengendalikan glukosa darah dalam menu sayuran sedikitnya dua kali sehari. Buncis, bawang dan beberapa sayuran lunak lainnya pare, terong, gambas, labu siam dianggap dapat membantu mengendalikan kadar glukosa darah karenakandungan seratnya. c.5 Biasakan sarapan dengan sereal serat tinggi, seperti kacang hijau, jagung rebus, atau roti bekatul setiap hari. c.6 Makanan pokok bisa bervariasi antara nasi sebaiknya nasi beras merahberas tumbuk, kentang, roti sebaiknya roti bekatul dan jagung. Jangan menggabungkan dua atau lebih makanan pokok seperti nasi dengan lauk mi goreng dan perkedel kentang karena ketiganya memiliki indeks glikemik yang tinggi c.7 Hindari penambahan gula pasir pada minuman kopi, teh dan makanan sereal. c.8 Makanan camilan dan minuman bebas gula yang tersedia dipasar seperti cookies diet, sirup diet, coke diet, dapat digunakan jika diinginkan tetapi jangan mengkonsumsinya secara berlebihan. Penyandang DM yang gemar memasak dapat membuat kue-kue basah seperti wafel yang terdiri dari tepung gangum utuh, havermout, putih telur, susu skim dan sedikit buah-buahan dengan aroma yang mengundang selera misalnya pisang, stroberi, nanas. Universitas Sumatera Utara c.9 Biasakan membuang lemakgaji dari daging sebelum memasaknya. Kurangi konsumsi daging merah yang dapat diganti dengan daging putih seperti ayam atau ikan. Hindari kulit, kepala serta brutu ayam dan daging ikan yang berlemak karena kandungan kolesterol yang tinggi dalam bahan makanan hewani. Daging ikan yang berwarna gelap lebih banyak mengndung lemak dibandingkan dengan daging ikan yang putih. c.10 Gunakan minyak goreng dalam jumlah terbatas kurang lebih setengah sendok makan untuk sekali makan. Biasakan memasak dengan cara menumis, merebus, memepes, memanggang, serta menanak, dan hindari kebiasaan menggoreng makanan dengan banyak minyak. c.11 Biasakan makan makanan vegetarian pada waktu santap malam c.12 Dalam membuat menu yang menggunakan telur, setiap merah telur dapat diganti dengan dua buah putih telur, santan dapat diganti dengan susu skim, dan minyak dapat diganti dengan saus apel. Untuk menu yang menggunakan kecap diet dalam jumlah terbatas. c.13 Biasakan berjalan sedikitnya 3 kali dalam seminggu selama 30 menit Hartono A, 2006. Menurut Waspadji 2007 mengutip pendapat Joslin dari Medical Centre Institute, dalam penatalaksanaan DM ada 3 tiga J yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh penderita DM, yaitu jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makan. Berikut ini uraian mengenai ketiga hal tersebut. Universitas Sumatera Utara 1. Jumlah Makanan Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan status gizi penderita DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya gula darah. Jumlah kalori yang disarankan berkisar 1100-2900 Kkal. Sebelum menghitung berapa kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM terlebih dahulu harus diketahui berapa berat badan ideal idaman seseorang. Yang paling mudah adalah dengan rumus Brocca : Berat Badan Idaman : 90 x tinggi badan dalam cm - 100 x 1 kg. Tabel 2.1 Tingkat Kegiatan Sehari-hari untuk Perhitungan Kalori Ringan Sedang Berat Mengendarai mobil Kerja rumah tangga Aerobik Memancing Bersepeda Bersepeda Kerja laboratorium Bowling Memanjat Kerja sekretaris Jalan cepat Menari Mengajar Berkebun Lari Sumber : Waspadji, 2007 Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM : a. Menghitung kebutuhan basal dahulu dengan cara mengalikan berat badan idaman dengan sejumlah kalori : 1 Berat badan idaman dalam kg x 30 Kkal untuk laki-laki 2 Berat badan idaman dalam kg x 25 Kkal untuk perempuan Kemudian ditambahkan dengan jumlah kalori yang diperlukan untuk kegiatan sehari-hari lihat tabel 2.1. Tampak pada tabel itu ada tiga jenis kegiatan, dari yang ringan sampai yang berat Universitas Sumatera Utara 1 Kerja ringan : tambah 10 dari kalori basal 2 Kerja sedang : tmbah 20 dari kalori basal 3 Kerja berat : tambah 40-100 dri kalori basal 4 Tambah kalori sekitar 20-30 pada keadaan sbb : - Pasien kurus - Pasien masih tumbuh kembang - Ada stres misalnya infeksi, hamil atau menyusui 5 Kurangi kalori bila gemuk sekitar 20-30 tergantung tingkat kegemukannya b. Cara lain tertera pada tabel 2.2 yang tampaknya lebih mudah. Tampak pada tabel itu bahwa seseorang dengan berat badan normal yang bekerja santai memerlukan 30 Kkalkg BB idaman. Bagi orang yang kurus dan bekerja berat memerlukan 40-50 Kkalkg BB idaman. Dengan cara ini tidak perlu ditambah-tambahkan lagi c. Untuk gampangnya, secara kasar dapat dibuat suatu pegangan sbb : - Pasien kurus : 2300-2500 Kkal - Pasien berat normal : 1700-2100 Kkal - Pasien gemuk : 1300-1500 Kkal Tabel 2.2 Kebutuhan Kalori pada Pasien DM Dewasa Kkalkg BB Kerja Santai Kerja Sedang Kerja Berat Gemuk 20-25 30 35 Normal 30 35 40 Kurus 35 40 40-50 Sumber : Waspadji, 2007 Universitas Sumatera Utara Diit tepat jumlah kalori memiliki peranan yang lebih signifikan terhadap kadar gula darah karena metabolisme gula darah didalam tubuh tidak akan berjalan baik jika gula atau kalori yang dikonsumsi terlalu besar dan terus menerus. Pada penderita DM tipe 2 sebaiknya mengikuti diit sesuai dengan jumlah kalori yang dikonsumsi dalam satu hari sesuai dengan aktivitas dan kebutuhan metabolisme tubuh Juwi P dan Suprihatin, 2012. Perkumpulan Endrikonologi Indonesia PERKENI telah menetapkan standar jumlah gizi pada diet DM, dimana telah ditetapkan proporsi yang ideal untuk zat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, kolesterol, serat, garam dan pemanis dalam satu porsi makanan utama. Pengaturan jumlah makanan yng harus dikonsumsi oleh penderita DM adalah sebagai berikut : a. Karbohidrat Sampai saat ini sebagian orang berpendapat bahwa pasien DM harus mengonsumsi makanan rendah krobohidrat. Namun belakangan banyak dilakukan penelitian dan ditemukan bahwa justru diet tinggi karbohidrat dan rendah lemak lebih unggul daripada diet rendah karbohidrat. Tetapi harus diingat, walaupun pasien dianjurkan diet tinggi karbohidrat, pasien tersebut harus menghindari karbohidrat yang mudah diserap tubuh seperti sirup, gula, sari buah dan makanan lain yang manis atau mengandung gula. Selain itu penderita DM harus mengetahui bahwa jumlah karbohidrat dalam makanan untuk setiap kali makan harus diatur sedemikan rupa sehingga dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hidrat arang sepanjang hari. Universitas Sumatera Utara b. Protein Protein merupakan bahan dasar untuk zat pembangun, pertumbuhan, hormon dan antibodi. Pada penderita DM kebutuhan protein akan meningkat akibat digunakannya protein sebagai energi sedangkan karbohidrat sendiri tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga penderita merasa lemas. Berdasarkan hal terebut maka seorang penderita DM memerlukan protein sebanyak 10-15 untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. c. Lemak Pada penderita DM penggunaan lemak dibatasi, terutama lemak jenuh yang secara tidak langsung dengan mekanisme tertentu dapat mempengaruhi kenaikan kadar gula darah. Makanan yang mengandung lemak jenuh antara lain minyak kelapa, margarin, santan, keju, dan lemak hewan. Sedangkan lemak tidak jenuh efeknya jauh lebih kecil terhadap kadar gula darah daripada lemak jenuh. d. Kolesterol Kadar kolesterol yang tinggi dalam tubuh dapat menimbulkan hiperkolesterolemia yang berkaiatan dengan terjadinya aterosklerosis. Pada penderita DM, kadar kolesterol yang tinggi dapat memperberat penyakitnya. Oleh karena itu konsumsi yang berkolesterol harus dibatasi, dengan perkiraan jumlah dibutuhkan 300 mg per hari. Mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol akan berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi Yanti, dkk meneliti tentang kadar kolesterol terhadap terjadinya komplikasi pada penderita DM tipe 2 menunjukkan bahwa Universitas Sumatera Utara 1 Kadar kolesterol HDL ≤ 45 mgdl, merupakan faktor risiko terjadinya PJK pada penderita DM tipe 2 2 Penderita DM tipe 2 dengan kadar kolesterol total yang tidak terkontrol secara baik mempunyai risiko terjadi PJK sebesar 2,313 kali lebih besar. 3 Penderita DM tipe 2 dengan kadar trigliserida yang tidak terkontrol secara baik mempunyai risiko terjadi PJK sebesar 6,765 kali lebih besar. 4 Kadar kolesterol LDL tidak terkontrol secara baik menunjukkan ada hubungan yang bermakna dengan kejadian PJK pada DM tipe 2 sebesar 2,530 kali dibandingkan dengan penderita DM tipe 2 dengan kadar kolesterol terkontrol baik 5 Kadar kolesterol HDL tidak terkontrol menunjukkan ada hubungan dengan kejadian PJK pada DM tipe 2 P=0,0001 sebesar 9,877 kali daripada penderita DM tipe 2 dengan kadar kolesterol HDL yang terkontrol baik. Hastuti, 2008 meneliti faktor-faktor risiko ulkus diabetika pada penderita DM studi kasus di RSU dr.Moewardi Surakarta dengan hasil penelitian bahwa tidak patuh diet DM kurang atau lebih 30 dari diet DM sehingga kadar glukosa darah tidak terkontrol mempunyai risiko terjadi ulkus diabetika sebesar 6,2 kali dibandingkan dengan yang patuh diet. e. Serat Serat yang dikonsumsi sebanyak 25 gram per hari akan mempercepat pergerakan makanan disaluran pencernaan dan membentuk massa sehingga absorbsi glukosa dan lemak diusus akan berkurang. Universitas Sumatera Utara Diet kaya serat cenderung menghasilkan tingkat gula darah yang lebih rendah setelah makan, dibandingkan dengan diet miskin-serat, dan diet tinggi serat telah terbukti memperbaiki pengendalian gula darah dan kolesterol pada individu dengan DM tipe 2 Anonim, 2012. f. Garam Penggunaan garam yang tinggi dalam makanan dapat meningkatkan kerja jantung. Oleh karena itu pada penderita DM dengan hipertensi pemakaian garam dibatasi. g. Pemanis Selama ini pemanis yang ada dipasaran adalah sukrosa, fruktosa, sorbitol, manitol, xylol, sakkarin, siklamat dan aspartam. Pemanis yang mengandung kalori adalah sukrosa dan fruktosa. Berikut ini tabel perbandingan jumlah total zat makanan yang terdapat dalam satu porsi makanan utama penderita DM. Tabel 2.3 Jumlah Total Zat Makanan yang Dikonsumsi Jenis Zat Makanan Jumlah Karbohidrat 60-70 Protein 10-15 Lemak 20-25 Kolesterol 300 mghari Serat 25 ghari Garam Dibatasi terutama bila ada hipertensi Pemanis Gunakan secukupnya Universitas Sumatera Utara 2. Jenis Makanan Penderita DM harus mengetahui dan memahami jenis makanan apa yang boleh dimakan secara bebas, makanan yang mana harus dibatasi dan makanan apa yang harus dibatasi secara ketat. Makanan yang mengandung karbohidrat mudah diserap seperti sirup, gula, sari buah harus dihindari. Sayuran dengan kandungan karbohidrat tinggi seperti buncis, kacang panjang, wortel, kacang kapri, daun singkong, bit, dan bayam harus dibatasi. Buah-buahan berkalori tinggi seperti pisang, pepaya, mangga, sawo, rambutan, apel, duku, durian, jeruk dan nanas juga dibatasi. Sayuran yang boleh dikonsumsi adalah sayuran dengan kandungan kalori rendah seperti oyong, ketimun, kol, labu air, labu siam, lobak, sawi, rebung, selada, toge, terong dan tomat Waspadji, 2007. Cukup banyak pasien DM mengeluh karena makanan yang tercantum dalam daftar menu diet kurang bervariasi sehingga sering terasa membosankan. Untuk itu agar ada variasi dan tidak menimbulkan kebosanan dapat diganti dengan makanan penukar lain. Perlu diingat dalam penggunaan makanan penukar, kandungan zat gizinya harus sama dengan makanan yang digantikannya Suyono, 1996. Contoh- contoh bahan makanan penukar adalah sebagai berikut : a. Golongan I : Sumber Karbohidrat Sumber bahan makanan penukar karbohidrat mempunyai takaran 1 satuan penukar = 15 kal, 4 gr protein, 40 gr karbohidrat. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.4 Bahan Makanan Penukar Karbohidrat Bahan Makanan URT Berat gr Bihun ½ gelas 50 Havermount 6 sendok makan 50 Kentang 2 biji sedang 200 Krekers 5 buah besar 50 Mi kering ½ bugkus 50 Nasi ¾ gelas 100 Roti putih 2 potong sedang 80 Sumber : Suyono, 1996 b. Golongan II : Sumber Protein Hewani Sumber protein hewani ini dapat diperoleh dari bahan makanan yang lazim dikonsumsi sehari-hari dengan takaran 1 satuan penukar = 95 kal, 10 gr protein, 6 gr lemak. Adapun jenis makanan penukar protein hewani dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.5 Bahan Makanan Penukar Protein Hewani Bahan Makanan URT Berat gr Ayam 1 potong sedang 50 Daging sapi 1 potong sedang 50 Hati sapi 1 potong sedang 50 Ikan segar 1 potong sedang 50 Ikan asin 1 potong sedang1 ekor 25 Telur ayam 1 butir 50 Telur bebek 1 butir 60 Udang segar ¼ gelas 50 Keju 1 potong kecil 30 Sumber : Suyono, 1996 Universitas Sumatera Utara c. Golongan III : Sumber Protein Nabati Sumber protein nabati mempunyai takaran 1 satuan penukar = 80 kal, 6 gr protein, 3 gr lemak, 8 gr karbohidrat. Jenis bahan makanan penukar protein hewani dapat dilihat pada tabel 2.6 Tabel 2.6 Bahan Makanan Penukar Protein Nabati Bahan Makanan URT Berat gr Kacang hijau 2 sendok makan 20 Kacang merah segar 2 ½ sendok makan 25 Kacang tanah 2 sendok makan 20 Keju kacang tanah 2 sendok makan 20 Tahu 1 biji besar 100 Tempe 2 potong sedang 50 Susu kedelai 1 gelas 100 Sumber : Suyono, 1996 Pola makan nabati yang rendah lemak, dapat lebih efektif menurunkan berat badan, pengendalian gula darah, dan pengurangan faktor risiko kardiovaskular, terutama kolesterol darah. Diet seperti ini juga dapat lebih mudah bagi pasien untuk mengikutinya. Pola makan nabati yang rendah lemak, bekerja dalam beberapa cara. Pertama, karena diet tersebut rendah lemak, pola makan ini cenderung rendah kalori. Dan karena pola makan ini tinggi serat, maka mengenyangkan Anonim, 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmawaty, dkk 2009 terdapat pengaruh frekuensi konsumsi tinggi protein terhadap kejadian hiperglikemia. Nilai OR didapatkan 0,440, yang berarti pada subjek dengan konsumsi tinggi protein mempunyai risiko 0,44 kali terhadap kejadian hiperglikemi dibandingkan subjek dengan konsumsi rendah protein. Universitas Sumatera Utara d. Golongan IV : Sayuran Jenis sayuran yang dapat dijadikan bahan penukar adalah sayuran A dan sayuran B bebas dimakan, seperti pada tabel 2.7 Tebel 2.7 Jenis Sayuran Sayuran A Sayuran B Kangkung Bayam Tomat Buncis Toge Daun singkong Jamur segar Jagung muda Ketimun Labu siam Kol Nangka muda Rebung Jagung putren Sawi Kacang panjang Oyong Sumber : Suyono, 1996 e. Golongan V : Buah Sumber bahan makanan bersumber dari buah-buahan mempunyai takaran 1 satuan penukar = 40 Kal, 40 gr karbohidrat, seperti pada tabel 2.8. Tabel 2.8 Bahan Makanan Penukar Buah Bahan Makanan URT Berat gr Pisang 1 buah 50 Pepaya 1 potong 100 Apel ½ buah 75 Jeruk 2 buah 100 Duku 15 buah 75 Sumber : Suyono, 1996 Makanan rendah indeks glikemik cenderung memiliki lebih sedikit efek pada gula darah. Ini termasuk kacang-kacangan, ubi jalar, oatmeal, sereal kulit padi, dan Universitas Sumatera Utara sebagian besar sayuran dan buah-buahan. Memilih makanan rendah indeks glisemik dapat membantu pengendalian glukosa darah dan juga dapat mengurangi trigliserida lemak darah Anonim, 2012. f. Bahan Makanan Golongan Susu Sumber bahan makanan golongan susu mempunyai takaran 1 satuan penukar = 130 Kal, 7 gr protein, 7 gr lemak, 9 gr karbohidrat, seperti tabel 2.9 Tabel 2.9 Bahan Makanan Penukar Susu Bahan Makanan URT Berat gr Susu sapi 1 gelas 200 Tepung whole 5 sendok makan 25 Yogurt 1 gelas 200 Sumber : Suyono, 1996 g. Golongan VII : Minyak Bahan makanan penukar minyak mempunyai takaran 1 satuan penukar = 45 Kal, 5 gr lemak, seperti pada tabel 2.10 Tabel 2.10 Bahan Makanan Penukar Minyak Bahan Makanan URT Berat gr Minyak kelapa ½ sendok makan 5 Margarin ½ sendok makan 5 Minyak kacangkedelaijagung ½ sendok makan 5 Kelapa parut 5 sendok makan 30 Santan ½ sendok makan 50 Sumber : Suyono, 1996 Universitas Sumatera Utara 3. Jadwal Makan Penderita DM harus membiasakan diri untuk makan tepat pada waktu yang telah ditentukan. Penderita DM makan sesuai jadwal yaitu 3 kali makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam. Ini dimaksudkan agar terjadi perubahan pada kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga diharapkan dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat maka kadar glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak merasa lemas akibat kekurangan zat gizi. Jadwal makan standar yang digunakan oleh penderita DM disajikan dalam tabel berikut : Tabel 2.11 Jadwal Makan Penderita DM Waktu Jadwal Total Kalori Pukul 07.00 Makan Pagi 20 Pukul 10.00 Selingan 10 Pukul 13.00 Makan Siang 30 Pukul 16.00 Selingan 10 Pukul 19.00 Makan Malam 20 Pukul 21.00 Selingan 10

2.3 Kepatuhan Minum Obat

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012-2013

1 58 126

Gambaran Pola Makan Penderita Diabetes Melitus Rawat Jalan Di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013

9 95 78

Identifikasi Badan Keton Pada Urin Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

9 111 63

Hubungan Penderita Diabetes Melitus Tipe-2 Dengan Terjadinya Gangguan Pendengaran Di RSUP. H. Adam Malik Medan

6 60 123

Hubungan Diabetes Melitus dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli pada Pasien Glaukoma di Poliklinik Mata RSUP Haji Adam Malik, Medan Periode Juli-Agustus 2011

2 34 59

Gambaran Diabetes Melitus Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2010

1 42 56

Hubungan Diabetes Melitus dengan Waktu untuk Konversi Kultur Sputum pada Pasien TB-MDR di RSUP H. Adam Malik

5 75 59

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DM - Hubungan Pola Makan dan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Hiperglikemik pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSU Herna dan RSU Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 40

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pola Makan dan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Hiperglikemik pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSU Herna dan RSU Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013

0 0 7

Hubungan Pola Makan dan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian Hiperglikemik pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSU Herna dan RSU Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2013

0 1 19