Persamaan Elemen Untuk Mendapatkan Persamaan Global Perpindahan Titik Nodal Global Elemen Tegangan Program Berbasis Empiris

e. Persamaan Elemen Untuk Mendapatkan Persamaan Global

Dari satu element kekakuan yang didapat persamaan 2.45 maka semua persamaan matriks kekakuan didefinisikan dalam sistem koordinat global, sehingga akan mendapatkan persamaan: [ ݇] = ∑ ൣ݇ ௘ ൧ ே ௘ୀଵ ...................................... 2.46 Sehingga, gaya yang bekerja untuk semua elemen adalah [ ݂] = ∑ ൣ݂ ௘ ൧ ே ௘ୀଵ ....... 2.47

f. Perpindahan Titik Nodal Global

Dari satu element perpindahan titik nodal seperti yang didapat persamaan 2.45 maka semua perpindahan titik nodal diubah menjadi perpindahan total atau perpindahan global pada sistem kordinat.

g. Elemen Tegangan

Setelah perpindahan titik nodal didapat, maka kita akan mengidentifikasi regangan dan tegangan yang terjadi di sumbu global. Maka dengan adanya program berbasis numerik, kita dapat mengidentifikasi untuk regangan dan tegangan yang terjadi pada pemodeling tersebut. 2.11 Loading Test Uji Pembebanan 2.11.1 Pengertian Loading Test Loading test biasa disebut juga dengan uji pembebanan statik. Cara yang paling dapat diandalkan untuk menguji daya dukung pondasi tiang adalah Universitas Sumatera Utara dengan uji pembebanan statik. Interprestasi dari hasil benda uji pembebanan statik merupakan bagian yang cukup penting untuk mengetahui respon tiang pada selimut dan ujungnya serta besarnya daya dukung ultimitnya. Berbagai metode interprestasi perlu mendapat perhatian dalam hal nilai daya dukung ultimit yang diperoleh karena setiap metode dapat memberikan hasil yang berbeda. Yang terpenting adalah agar dari hasil nilai uji pembebanan statik, seorang praktisi dalam rekayasa pondasi dapat menentukan mekanisme yang terjadi, misalnya dengan melihat kurva beban penurunan, besarnya deformasi plastis tiang, kemungkinan terjadinya kegagalan bahan tiang, dan sebagainya. Pengujian hingga 200 dari beban kerja sering dilakukan pada tahap verifikasi daya dukung, tetapi untuk alasan lain misalnya untuk keperluan optimasi dan untuk kontrol beban ultimit pada gempa kuat, seringkali diperlukan pengujian sebesar 250 hingga 300 dari beban kerja. Pengujian beban statik melibatkan pemberian beban statik dan pengukuran pergerakan tiang. Beban–beban umumnya diberikan secara bertahap dan penurunan tiang diamati. Umumnya definisi keruntuhan yang diterima dan dicatat untuk interprestasi lebih lanjut adalah bila di bawah suatu beban yang konstan, tiang terus–menerus mengalami penurunan. Pada umumnya beban runtuh tidak dicapai pada saat pengujian. Oleh karena itu daya dukung ultimit dari tiang hanya merupakan suatu estimasi. Sesudah tiang uji dipersiapkan dibored pile atau dicor, perlu ditunggu terlerbih dahulu selama 28 hari sebelum tiang dapat diuji. Hal ini penting untuk Universitas Sumatera Utara memungkinkan tanah yang telah terganggu kembali ke keadaan semula, dan tekanan air pori akses yang terjadi akibat pemancangan tiang telah terdisipasi. Jumlah titik tiang bor yang digunakan di lapangan sejumlah 560 tiang , namun tiang yang melakukan loading test hanya 2 tiang, dimana kedua tiang tersebut hanya dilakukan uji pembebanan vertikal berarti pada pembangunan gedung Paragon Square ini hanya 0,34 jumlah titik yang di loading dari jumlah titik tiang bor yang dilakukan di lapangan. Kriteria umum lain yang harus dipenuhi dari hasil load test ini adalah struktur tidak boleh memperlihatkan tanda-tanda keruntuhan seperti terbentuknya retak-retak yang berlebihan atau menjadi lendutan yang melebihi persyaratan keamanan yang telah ditetapkan dalam peraturan-peraturan bangunan. Pada kasus proyek Paragon Square ini menggunakan static load test compression.

2.11.2 Tujuan Compressive Loading Test

Tujuan dilakukan percobaan pembebanan vertikal compressive loading test terhadap pondasi tiang adalah sebagai berikut: a Untuk mengetahui hubungan antara beban dan penurunan pondasi akibat beban rencana. b Untuk menguji bahwa pondasi tiang yang dilaksanakan mampu mendukung beban rencana dan membuktikan bahwa dalam pelaksanaan tidak terjadi kegagalan. Universitas Sumatera Utara c Untuk menentukan daya dukung ultimate nyata real ultimate bearing capacity sebagai kontrol dari hasil perhitungan berdasarkan formula statis maupun dinamis. d Untuk mengetahui kemampuan elastisitas dari tanah, mutu beton dan mutu besi beton Hardyatmo,2010. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu pelaksanaan percobaan pembebanan vertikal compressive loading test adalah sebagai berikut: a Waktu setelah dibored pile atau dibuat tiang itu dapat dilakukan percobaan untuk mengetahui hal ini belum ada peraturan yang tegas kapan tiang sudah dapat di tes. b Untuk tiang-tiang beton “cast in place” tentu saja percobaan dapat dilakukan setelah beton mengeras 28 hari disamping mungkin ada persyaratan lainnya. c Untuk tiang-tiang bored pile pre cast ada beberapa pendapat mengenai kapan tiang dapat di tes. Menurut Terzaghi, tiang-tiang yang diletakkan diatas lapisan yang permeable misal: pasir, maka percobaan sudah dapat dilakukan 3 tiga hari adalah pemancangan, pada tiang-tiang yang dimasukkan dalam lapisan lempung, maka percobaan ini hendaknya dilakukan setelah pemancangan berumur 1 satu bulan. d Hal lain yang perlu diperhatikan adalah berapa panjang tiang menonjol diatas tanah, pada prinsipnya penonjolan ini harus Universitas Sumatera Utara sependek mungkin untuk menghindari kemungkinan terjadinya tekuk, untuk loading test yang dilakukan didarat, maka sebanyak tinggi bagian yang menonjol ini tidak boleh lebih dari 1 m, sedangkan loading test yang dilakukan ditengah sungai, dimana air cukup dalam, maka tiang dapat saja menonjol beberapa meter diatas dasar sungai muka tanah tetapi dengan catatan harus ada kontrol terhadap kemudian terjadinya tekuk. e Untuk loading test yang dilakukan dengan menggunakan tiang-tiang angker tertentu, untuk menjaga kemungkinan tercabutnya tiang angker tersebut terutama tiang-tiang lekat. f Percobaan pembebanan loading test yang menggunakan Hidrolik Jack , maka jack harus ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari, karena jika jack ini diletakkan pada tempat yang panas, maka olie jack tersebut memuai dan akan mengakibatkan tidak konstannya bertambah besar beban. Percobaan pembebanan dilakukan dengan menggunakan sistem kentledge dan sesuai dengan spesifikasi ASTM – D1143-81 dengan prosedur pembacaan dan pembebanan siklik cyclic loading procedure. Percobaan ini menggunakan concrete block dengan berat total 772,8 ton dengan rincian 227 buah concrete block dengan berat 2,4 tonblock ditambah dengan 58 pcs counterweight dengan berat total 228 ton yang berfungsi sebagai beban dan 1 buah tiang bored pile yang akan dites. Universitas Sumatera Utara Hydraulic jack diletakkan tepat ditengah-tengah test pile. Sewaktu jack bekerja maka jack akan menekan test beam ke atas sehingga akan ada reaksi tekan ke tiang percobaan. Penyaluran beban test beam ditahan oleh cross beam yang dipasang melintang dengan test beam, dan penyaluran beban cross beam ditahan oleh concrete block yang terpasang diatas cross beam. Penurunan tiang percobaan dicatat oleh 4 empat buah extentiometer dial gauge yang diukur terhadap 2 dua buah reference beam yang dipasang dengan kokoh dan di bracing. Toleransi pembacaan antara satu dial gauge lainnya adalah 1 mm. Data Proyek Paragon Square, 2012. Skematis metode pembebanan langsung Kendeledge System seperti pada Gambar 2.16. Gambar 2.16. Metode pembebanan langsung Kentledge System Data Proyek Paragon Square, 2012 Bentuk susunan balok yang terdapat di proyek dapat dilihat pada Gambar 2.17. Gambar 2.17. Susunan balok beton Data Proyek Paragon Square, 2012 Universitas Sumatera Utara

2.11.3 Prosedure dan Schedule Pembebanan Vertikal Compressive Loading

Para praktisi dan peneliti sudah menggunakan banyak metode pengujian beban tiang seperti dilaporkan dalam berbagai publikasi. Pengujian beban yang umum dilakukan ada 4 empat metode pengujian yang diidentifikasi sebagai metode pengujian beban yaitu:

1. Slow Maintened Test Load Method SM Test

Metode ini sebagaimana direkomendasikan oleh ASTM D1143-81 terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut: a. Beban tiang dalam delapan tahapan yang sama yaitu 25, 50, 75, 100, 125, 150 175 dan 200. b. Setiap penambahan beban harus mempertahankan laju penurunan harus lebih kecil 0,01 injam 0,25 mmjam. c. Mempertahankan 200 beban selama 24 jam. d. Setelah waktu yang dibutuhkan didapat, lepaskan beban dengan pengurangan sebesar 25 dengan jarak waktu 1 jam diantara waktu pengurangan. e. Setelah beban diberikan dan dilepas ke atas, bebani tiang kembali untuk pengujian beban dengan penambahan 50 dari beban desain, menyediakan waktu 20 menit untuk penambahan beban. f. Kemudian tambahkan beban dengan penambahan 10 beban desain, hingga tiang mengalami keruntuhan. Jarak pada pertambahan beban ini adalah sebesar 20 menit. Universitas Sumatera Utara Beban runtuhultimate suatu tiang didefenisikan sebagai beban pada saat tiang tersebut amblas atau penurunan terjadi dengan cepat dibawah tekanan beban. Defenisi keruntuhan lain menganggap bahwa batas penurunan dapat berubah-ubah, misalnya pada saat tiang dianggap sudah runtuh ketika bergerak 10 dari diameter ujung atau penurunan kotor 1,5 inch 38 mm dan penurunan bersih atau batasan penurunan yang diijinkan oleh ASTM dalam seluruh tahapan pembebanan yaitu sebesar 1 inch 25,4 mm terjadi dibawah beban rencana. American Standart Test Method , 2010.

2. Quick Maintened Load Test Method QM Test

Metode ini sebagaimana direkomendasikan oleh Departemen Perhubungan Amerika Serikat, Pengelola Jalan Raya dan ASTM D1143-81 terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut: a. Bebani tiang dalam penambahan 20 kali hingga 300 dari beban desain masing masing tambahan adalah 15 dari beban desain. b. Pertahankan setiap beban selama 5 menit dengan bacaan diambil setiap 2,5 menit. c. Tambahkan peningkatan beban hingga jacking continue dibutuhkan untuk mempertahankan beban uji atau uji telah dicapai. d. Setelah interval 5 menit, lepaskan atau hilangkan beban penuh dari tiang dalam empat pengurangan dengan jarak diantara pengurangan 5 menit. Metode ini lebih cepat dan ekonomis. Waktu uji dengan metode ini adalah 3-5 jam. Metode ini lebih mendekati suatu kondisi, namun Universitas Sumatera Utara metode ini tidak dapat digunakan untuk estimasi penurunan karena metode cepat. American Standart Test Method, 2010.

3. Constant Rate of Penetration Test Method CRP Test

Metode ini terdiri dari beberapa langkah utama yaitu: a. Kepala tiang didorong unutuk penurunan 0,05 inmenit 1,25 mmmenit. b. Gaya yang dibutuhkan untuk mencapai penetrasi akan dicatat. c. Uji dilakukan dengan total penetrasi 2-3 in 50-75 mm. Keuntungan utama dari metode ini adalah lebih cepat 2-3 jam dan ekonomis. American Standart Test Methode, 2010.

4. Prosedur Pembebanan Standar SML Siklik

Metode ini terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut: a. Beban tiang dalam delapan tahapan yang sama yaitu 25, 50, 75, 100, 125, 150 175 dan 200. b. Pertambahan beban dilakukan jika kecepatan penurunan yang terjadi tidak lebih besar dari 0,01 inhour atau 0,25 mmjam tetapi tidak lebih lama dari 2 jam. c. Jika tidak terjadi keruntuhan maka total beban yang telah diberikan dapat diangkat kembali unloading setelah 12 jam didiamkan jika penurunan yang terjadi pada 1 jam terakhir tidak lebih besar daripada 0,01 inchi 0,25 mm. Jika penurunan yang terjadi masih lebih besar daripada 0,01 inchi 0,25 mm maka biarkan beban selama 24 jam. Universitas Sumatera Utara d. Jika waktu yang dimaksudkan di atas telah tercapai, maka kurangi beban dengan tahapan pengurangan sebesar 50 dari beban perencanaan atau 25 dari beban total pengujian untuk setiap 1 jam. e. Jika tiang mengalami keruntuhan maka pemompaan Hydraulic Jack dilanjutkan hingga penurunan yang terjadi adalah sama dengan 15 dari diameter. Prosedur pembeban pondasi tiang dengan standar pembebanan loading di dasarkan pada American Standard for Testing Material “ Standard Method Of Testing piles Under Axial Compressive Load” . Percobaan pembebanan vertikal compressive loading test dengan 4 cycle sebagai berikut: Cycle I : 0 - 25 - 50 - 25 - 0 Cycle II : 0 - 50 - 75 - 100 - 75 - 50 - 0 Cycle III : 0 - 50 - 100 - 125 - 150 - 125 - 100 - 50 - Cycle IV : 0 - 50 - 75 - 100 - 150 - 175 - 200 - 175 - 150 - 100 - 75 - 50 - 0.

2.11.4 Prosedur Pengukuran Penurunan Tiang

Untuk pergeseran aksial baca penurunan pada tiap pengujian berbeda pada posisi kepala tiang. Pembacaan dapat dilakukan pada lempeng pengujian sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Lakukan pembacaan sesuai dengan interval waktu terhadap beban dan penurunan yang terjadi. 2. Selama pembacaan pastikan tiang tidak runtuh, lakukan pembacaan tambahan dan catat hasil pembacaan pada interval tidak lebih 10 menit selama setengah jam atau 20 menit sesudah tiap penambahan beban. 3. Sesudah beban penuh sesuai rencana, pastikan tiang belum runtuh lakukan pembacaan pada interval tidak lebih 20 menit pada 2 jam pertama, tidak lebih 1 jam untuk 10 jam berikutnya dan tidak lebih 2 jam untuk 12 jam berikutnya. 4. Jika tidak terjadi keruntuhan tiang, segera lakukan pembacaan sebelum beban pertama dikurangi. Selama pengurangan beban dilakukan, pembacaan dilaksanakan dan catat dengan interval tidak lebih 20 menit. 5. Lakukan pembacaan akhir 12 jam sesudah beban dipindahkan. 6. Besar beban ton, lama pembebanan dan besar penurunan dimuat dalam tabel jadwal loading test American Standart Test Method , 2010 .

2.11.5 Peralatan Pengujian

a. Dongkrak Hydraulic Jack 1 No.of Unit : 1 satu unit 2 Kapasitas : 1000 ton Universitas Sumatera Utara 3 Diameter of Piston : 430 mm 4 Effective Area : 1465,06 cm 2 5 Jack Diameter : 560 mm 6 Height : 540 mm 7 Travel Piston Max. : 150 mm 8 Brand : Enerpac Hydraulic Jack berfungsi memberikan tekanan pada beban yang akan diterima oleh tiang bor, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.18. Gambar 2.18. Posisi Dial Gauge, Steel Plate dan Hydraulic Jack Data Proyek Paragon Square, 2012 b. Pompa Hand Pump 1 Unit : 1 satu unit 2 Max.Pressure : 10.000 psi 3 Merk : Enerpac Hand Pump berfungsi memberikan tekanan press kepada Hydraulic Jack . Universitas Sumatera Utara c. Dial GaugeDial Indicator 1 Unit : 1 satu 2 Merek : Mitutoyo 3 Kapasitas : 50 mm 4 Ketelitian : 0.01 mm Dial GaugeDial Indicator berfungsi sebagai pembacaan hasil penurunan tiang bor, dipasang secara diagonal. Jarum Dial Gaugae ditumpukan pada Reference Beam yang dibuat dari profil baja L 50 x 50 x 50 mm yang dipasangdisupport ke tanah secara kaku dan bebas getaran-getaran. Dial Gage harus memiliki graduasi minimum kurang dari atau sama dengan 1 dari beban maksimum yang diberikan dan harus sesuai dengan Standar. Seperti pada Gambar 2.19 di bawah ini. Gambar 2.19. Dial Gauge Data Proyek Paragon Square, 2012 d. Pressure GaugeManometer 1 Unit : 1 satu 2 Merek : Yamamoto 3 Kapasitas : 700 kgcm 2 Pressure GaugeManometer berfungsi pengontrol besar beban yang dikontrol pada manometer Pressure Gauge yang dipasang pada pompa Hydraulic Pump. Universitas Sumatera Utara

2.12 Perbandingan Standart Operation Prosedure ASTM D-1143 1981 dengan ASTM D-1143 2007

Di dalam kedua ASTM ini terdapat perbedaan-perbedaan yang sangat mencolok, yang dapat kita lihat pada Tabel 2.8 berikut ini: Tabel 2.8. Perbandingan Standart Operation Prosedur ASTM D-1143 1981 dengan ASTM D-1143 2007 ASTM D-1143 1981 ASTM D-1143 2007

1. Prosedur Loading Test

A. Standart loading procedur a Loading in excess of standart test load settlement equals 15 of the pile diameter B. Quick load test method for individual piles a Tahapan pembebanannya 10- 15 b Interval waktu pembebanan 2,5 menit-5 menit C. Constanta settlement increment loading method for individual piles a Total penurunan 10 dari diameter tiang

2. Peralatan

A. Dial Indicator a Dial Gauges travel 50 mm 2 inchi. b Ketelitian alat 0,3 mm. B. Kawat harus tidak lebih dari 1 inchi 25 mm dari muka skala. C. Pemasangan plat baja sampai 2 inchi 50 mm. D. Reference beam 2,5 inchi 8 ft.

1. Prosedur Loading Test A. Slow maintained test

a Loading in excess of standart test load settlement equals 10of the pile diameter B. Quick load test method for individual piles a Tahapan pembebanannya 5 b Interval waktu pembebanan 4 menit-15 menit C. Constanta movement increment test a Total penurunan 15 dari diameter tiang

2. Peralatan A. Dial Indicator

a Dial gauges travel 100 mm 4 inchi. b Ketelitian alat 0,1 mm. B. Kawat harus tidak lebih dari 1 inchi 25 mm dari muka skala. C. Pemasangan plat baja sampai 2 inchi 50 mm. D. Reference beam 2,5 inchi 8 ft. Universitas Sumatera Utara

2.13 Program Berbasis Empiris

Program berbasis empiris merupakan suatu program komputer yang dapat melakukan analisis penurunan pondasi tiang yang terjadi setelah diberikannya pembebanan. Program ini dirancang sesuai dengan teori analisis Metode Reese Right dan Metode Vesic. Akan tetapi program ini hanya dirancang untuk dapat melakukan in put data saja dan out put yang dihasilkan berupa penurunan yang terjadi pada pondasi tiang akibat diberikannya pembebanan. Adapun proses dari Program Berbasis Empiris ini adalah sebagai berikut: Langkah awal dari program berbasis empiris yaitu membuka program yang kemudian akan muncul window pemasukan data. Kemudian in put judul file yang akan dibuat. Langkah pertama analisis program berbasis empiris yaitu dengan memasukkan data-data tiang sesuai dengan data rencana tiang, seperti jenis tiang yang akan digunakan dan diameter tiang. Langkah selanjutnya pemberian beban rencana . Selanjutnya langkah yang paling penting adalah memasukkan profil tanah dari data hasil penyelidikan tanah di lapangan data lapisan tanah, terutama yang diperoleh dari data SPT. Langkah yang terakhir yaitu memasukkan nilai faktor keamanan yang telah direncanakan, dan out put yang dihasilkan dari program berbasis empiris ini berupa grafik vertical load vs settlement.

2.14 Program Berbasis Numerik

Dokumen yang terkait

Analisis Daya Dukung Pondasi Bored Pile Diameter 0,8 Meter Menggunakan Metode Analitis dan Metode Elemen Hingga pada Proyek Pembangunan Hotel Sapadia Medan

17 153 144

Analisis Daya Dukung Dan Penurunan Borepile Tunggal Dengan Menggunakan Model Tanah Mohr Coulomb Pada Proyek City Hall Town Square Medan

7 87 199

Analisis Daya Dukung Dan Penurunan Tiang Bor Tunggal Diameter 0,80 M Dengan Menggunakan Model Tanah Soft Soil Dan Mohr-Coulomb Pada Proyek Hotel Sapadia Medan

0 1 30

Analisis Daya Dukung Dan Penurunan Tiang Bor Tunggal Diameter 0,80 M Dengan Menggunakan Model Tanah Soft Soil Dan Mohr-Coulomb Pada Proyek Hotel Sapadia Medan

0 0 2

Analisis Daya Dukung Dan Penurunan Tiang Bor Tunggal Diameter 0,80 M Dengan Menggunakan Model Tanah Soft Soil Dan Mohr-Coulomb Pada Proyek Hotel Sapadia Medan

0 0 6

Analisis Daya Dukung Dan Penurunan Tiang Bor Tunggal Diameter 0,80 M Dengan Menggunakan Model Tanah Soft Soil Dan Mohr-Coulomb Pada Proyek Hotel Sapadia Medan

0 6 86

Analisis Daya Dukung Dan Penurunan Tiang Bor Tunggal Diameter 0,80 M Dengan Menggunakan Model Tanah Soft Soil Dan Mohr-Coulomb Pada Proyek Hotel Sapadia Medan

0 0 2

ANALISIS DAYA DUKUNG PONDASI BORED PILE DIAMETER 0.8 METER MENGGUNAKAN METODE ANALITIS DAN METODE ELEMEN HINGGA PADA PROYEK

0 4 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Daya Dukung Bored Pile Diameter Satu Meter Dengan Menggunakan Uji Beban Statik dan Menggunakan Model Tanah Mohr Coulomb Pada Proyek Paragon Square Tangerang, Banten

0 5 55

ANALISIS DAYA DUKUNG BORED PILE DIAMETER SATU METER DENGAN MENGGUNAKAN UJI BEBAN STATIK DAN MENGGUNAKAN MODEL TANAH MOHR COULOMB PADA PROYEK PARAGON SQUARE TANGERANG, BANTEN TESIS

0 0 21