14
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota Medan yang merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia terus berkembang baik dar segi pembangunan sarana dan prasarana maupun jumlah
penduduk. Pada tahun 2005, diproyeksikan penduduk Kota Medan mencapai 2,1 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk tahun 2000 terjadi pertambahan penduduk sebesar
89.329 jiwa 1,61. Dengan luas wilayah mencapai 262,10 km
2
, kepadatan penduduk mencapai 7.681 jiwakm
2
. sumber: BPS Medan
Data tersebut menunjukkan Kota Medan belum terlepas dari masalah kekumuhan. Perumahan kumuh banyak terdapat di kawasan Medan Utara seperti di
Belawan, Labuhan, Marelan, Tembung, Denai, Sunggal dan Medan Johor. Bahkan terdapat juga pada daerah pusat Kota Medan. Kawasan kumuh di Utara Medan
merupakan perumahan nelayan yang terletak di bantaran sungai Deli. Sedangkan di pusat kota ada di bantaran sungai Babura dan daerah pinggir rel kereta api
Hingga 2008, luas wilayah permukiman kumuh di Medan mencapai 403 hektar di 7 kecamatan terdiri dari 18 kelurahan. Luas daerah kumuh di Medan mencapai 15-20
persen atau 403 hektar dengan tingkat pertumbuhan mencapai 1,5 persen pertahun dari total keseluruhan luas daerah tersebut.
Daerah tersebut mencakup 7 kecamatan yakni Medan Area dengan luas daerah kumuh 24.55 Ha dengan 1.625 masyarakat miskin, Medan Denai 107.4 Ha dengan
6.849 masyarakat miskin, Medan Perjuangan 14.30 Ha dengan 1.067 warga miskin, Medan Belawan 61.35 ha dengan penduduk miskin17.716 warga, Medan Deli 112.2 Ha
dengan penduduk miskin 25.280 orang, Medan Labuhan 56.5 Ha dengan penduduk miskin 20.599 dan Medan Marelan 27 Ha dengan penduduk miskin 11.931 warga.
Pelaksanaan kegiatan NUSSP di Kota Medan sejak 2005 telah mengurangi luasan wilayah kumuh menjadi 360.60 Ha.
Menteri Negara Perumahan Rakyat Menpera, Suharso Monoarfa, mengatakan kawasan kumuh di Indonesia tercatat seluas 57.000 hektar pada tahun 2009. Angka ini
naik dari tahun sebelumnya yang seluas 54.000 hektar. Walaupun menurut BPS jumlah
15 masyarakat miskin menurun dari 35 juta jiwa pada tahun 2008 menjadi 32,5 juta jiwa
pada tahun 2009. Namun, kawasan kumuh justru semakin meningkat. Berdasarkan data BPS 2008, terdapat 26,9 juta unit rumah yang tidak layak huni
di Indonesia, baik yang semi permanen maupun tidak permanen. Jumlah rumah yang tidak terlayani air bersih sebanyak 9,7 juta unit. Sedangkan rumah yang tidak
mendapatkan listrik sebanyak 3,9 juta unit dan yang tidak terlayani jamban sebanyak 10,5 juta unit.
Untuk menata kawasan kumuh, yang paling diperlukan adalah perumahan dan pengendalian alih fungsi, memperbaiki kondisi lingkungan, pemugaran kondisi
bangunan, pemeliharaan lingkungan, dan peremajaan terutama daerah kawasan industri yang merupakan kawasan identik dengan lingkungan kumuh dikarenakan kurangnya
tempat tinggal bagi para pekerja sehingga menciptakan kawasan kumuh di daerah tersebut.
Kawasan Industri Medan KIM adalah sebuah kawasan industri yang terletak di Kelurahan Mabar, Medan Deli. KIM yang mempunyai luas total sebesar 514 hektar
dikelola oleh PT. Kawasan Industri Medan, sebuah BUMN. KIM berjarak sekitar 10 km dari pusat kota Medan dan sekitar 15 km dari Pelabuhan Belawan serta terletak
dekat dengan pintu Tol Belmera. Sekitar 100 perusahaan menempati kawasan industri ini yang sebagian besar di antaranya adalah perusahaan dalam negeri.
Banyaknya perusahaan yang memberikan kesempatan lapangan kerja membuat daerah KIM akan semakin berkembang dengan seiring berjalannya waktu. Karena itu,
diperlukannya perumahan untuk dapat menampung para pekerja, terutama rumah sederhanarumah sangat sedarhana yang dekat dengan tempat mereka bekerja.
Dalam hal ini pihak pemerintah maupun swasta sebaiknya dapat bekerja sama dengan baik untuk pengadaan tempat tinggal yang layak huni bagi mereka. Semakin
terbatasnya lahan membuat pembangunan rumah secara vertikal menjadi alternative yang paling baik. Dan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, salah satu alternative
adalah Rumah Susun.
Pembangunan rumah susun merupakan respon terhadap kebutuhan rumah bagi masyarakat. Rumah susun menjadi alternatif pilihan untuk penyediaan hunian karena
merupakan pilihan yang ideal bagi negara-negara berkembang.
16 Daerah yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang tinggi memiliki
permasalahan pada kurangnya ketersediaan hunian, ketidak layakan hunian dan keterbatasan lahan. Hal ini membutuhkan suatu konsep perencanaan dan pembangunan
yang tepat agar permasalahan hunian dapat terselesaikan. Program Pembangunan Rumah Susun dewasa ini,khususnya bagi masyarakat
golongan menengah kebawah di kota-kota besar, dinilai ada yang berhasil maupun ada yang kurang berhasil.
Isu pembangunan Rumah Susun sendiri sudah lama dilakukan pemerintah maupun pihak swasta. Tetapi, pengelolaan dan kelengkapan fasilitas belum terlaksana
dengan baik untuk dapat menunjang aktivitas penghuni. Pembangunan Rumah Susun diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
berpenghasilan rendah untuk dapat memiliki tempat tinggal yang layak huni dengan harga terjangkau dengan efesiensi penggunaan tanah dan tata ruang yang baik.
1.2 Maksud dan Tujuan Perancangan