Kerangka Berpikir Terminologi Judul Adapun judul proyek ini adalah Rusanawa Seruwei. Rusunawa merupakan Tinjauan Umum

19

1.5 Kerangka Berpikir

1.1 Diagram kerangka berpikir LATAR BELAKANG MAKSUD DAN TUJUAN SASARAN PENGUMPULAN DATA STUDI LITERATUR ANALISA Feed back KRITERIA KONSEP KONSEP PRA-RANCANGAN DESAIN AKHIR PERMASALAHAN Feed back 20

1.6 Sistematika Penulisan Laporan

Laporan ini terdiri dari lima bab. Masing-masing bab dibagi atas beberapa sub bab. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan penulisan laporan secara sistematik dan mengoptimalkan hasil dan tujuan. Adapun rincian dari masing-masing bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang, dilanjutkan dengan maksud dan tujuan, rumusan masalah, serta batasan proyek, kerangka berpikir, dan sistematika penulisan laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisikan tentang terminologi judul kemudian tinjauan umum, tinjauan khusus, lokasi proyek dan studi banding proyek sejenis

BAB III ELABORASI TEMA

Berisikan tentang Pengertian Tema, Latar Belakang Pemilihan Tema, Tujuan Pemilihan Tema, Penerapan Konsep Arsitektur Hijau pada Bangunan, dan Studi Banding Proyek

BAB IV ANALISA

Berisikan tentang Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan, Analisa Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dan Perhitungan Unit Rusunawa, Analisa Fungsional, Analisa Penzoningan, Analisa Ruang Luar, Analisa Massa Bangunan, Analisa Ruang Dalam, Analisa Teknologi, Analisa Elemen-Elemen Desain, Analisa Orientasi Terhadap Bangunan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisikan penerapan konsep perancangan berdasarkan tema yang diambil yaitu arsitektur hijau.

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Berisikan lembar kerja hasil rancangan Rusunawa Seruwei. 21

BAB II DESKRIPSI PROYEK

2.1 Terminologi Judul Adapun judul proyek ini adalah Rusanawa Seruwei. Rusunawa merupakan

singkatan dari: ∗ Rumah Susun Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bangunan-bangunan yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan yang masing-masing dapat dimiliki secara terpisah terutama tempat-tempat hunian yang dilengkapi dengan bangunan bersama dan tanah bersama. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1993 ∗ Sederhana Sedang; tidak berlebih-labihan; tidak banyak pernik. Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta, Balai Pustaka, 1986 ∗ Sewa Pemakaian sesuatu dengan membayar uang. Kamus Umum Bahasa Indonesia, WJS Poerwadarminta, Balai Pustaka, 1986 Rusunawa : Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan yang masing-masing dapat disewa secara terpisah terutama tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Permukiman, Badan Perancanaan Pembangunan Kota Surabaya, p.V-2 Seruwei : Merupakan nama Jalan yang berada di Kecamatan Medan Labuhan, Kelurahan Sungai Mati, Medan. 22 Rusanawa Seruwei adalah bangunan gedung bertingkat di Jalan Seruwei yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal, merupakan satuan yang masing-masing dapat disewa secara terpisah terutama tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

2.2 Tinjauan Umum

Tinjauan umum membahas tentang permukiman secara umum,dimana rusun identik dengan permukiman kumuh.

2.2.1 Permukiman Kumuh

Salah satu permasalahan di Indonesia adalah semakin meluasnya permukiman kumuh. Dalam jangka waktu tiga tahun ternyata luas pemukiman kumuh di Indonesia bertambah hingga 18. Pada tahun 1996, luas permukiman kumuh di Indonesia mencapai 40.053 hektar. Sedangkan pada tahun 2000 luas permukiman kumuh telah berkembang menjadi 47.393 hektar. Namun demikian, data terakhir tahun 2003 menunjukkan bahwa luas permukiman kumuh berhasil diturunkan menjadi 45.565 hektar. Berdasarkan data dari RPJMN 2005-2009, meningkatnya luas permukiman kumuh tersebut selaras dengan pertumbuhan penduduk dan makin tidak terkendalinya pertumbuhan kota utama primacy city yang menjadi penarik meningkatnya arus migrasi. Selain itu, laju pertumbuhan kawasan kumuh di pusat kota maupun di tepi kota juga dipicu oleh keterbatasan kemampuan dan ketidakpedulian masyarakat untuk melakukan perbaikan rumah home improvement. Hal lain yang juga menjadi pemicu adalah ketidakharmonisan antara struktur infrastruktur kota, khususnya jaringan jalan dengan kawasan permukiman yang terbangun. Di pinggir kota hal tersebut yang menimbulkan urban sprawl yang membawa dampak kepada kemacetan, ketidakteraturan, yang akhirnya menimbulkan ketidakefisienan serta pemborosan energy dan waktu. Jumlah lokasi dan jumlah penduduk yang tinggal di permukiman kumuh pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari data yang tersedia, jumlah lokasi permukiman kumuh pada tahun 1996 mencapai 4886 titik dan dihuni oleh sekitar 2,28 juta jiwa. Jumlah tersebut meningkat tajam selama kurun waktu 10 tahun menjadi 15.739 lokasi dihuni oleh 3,5 juta jiwa pada tahun 2005. 23 Tabel 2.1 Luas, lokasi, dan jumlah penghuni kawasan kumuh tahun 1996, 2000, 2003, dan 2005. Tahun Luas Ha Jumlah Lokasi \ Penghuni Jiwa Keterangan 1996 40.053 4.886 2.275.966 - 2000 47.393 10.065 2.289.862 - 2003 45.565 12.162 3.003.025 732.445 KK 2005 tad 15.739 3.505.115 854.906 KK Sumber : RPJMN 2005-2009, Bappenas Statistik Potensi Desa Indonesia, BPS, berbagai tahun Keterangan : Menggunakan asumsi rata-rata anggota keluarga pada Statistik Potensi Desa Indonesia 2003 yaitu 1 rumah terdiri atas 4 jiwa. tad tidak ada data Pada tahun 2000, jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah mencapai 4 juta rumah tangga. Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari kebutuhan tahun sebelumnya yang belum terakomodasi oleh penyediaan rumah yang dilakukan oleh BUMN, developer swasta, maupun swadaya masyarakat. Selain itu, peningkatan kebutuhan rumah juga disebabkan oleh pertumbuhan jumlah rumah tangga. Bila pemerintah berkeinginan agar kebutuhan tersebut dapat dipenuhi dalam waktu 10 tahun, ditambah dengan peningkatan kebutuhan rumahakibat pertambahan penduduk pertambahan rumah tangga, maka sejak tahun 2000 total kebutuhan rumah per tahun adalah sebesar 1,1 juta unit. Dengan demikian pada akhir tahun 2004 total kebutuhan rumah akan mencapai 5,8 juta unit, dan tahun 2009 sebesar 11,6 juta unit. Tabel 2.2 Jumlah kebutuhan rumah tahun 2000, 2004, dan 2009. Tahun Jumlah RT yang Belum Memiliki Rumah Total Kebutuhan Rumah Unit 2000 4.338.864 1.663.533 2004 tad 5.832.665 2009 tad 11.665.330 Sumber : RPJMN 2005-2009, Bappenas tad tidak ada data 24

2.3 Tinjauan Khusus