Rata-rata geometris dari matriks banding berpasangan oleh cluster harga ditampilkan sebagai berikut:
Tabel 5.12. Rata-rata Geometris
Kualitas Pengiriman
Kebijakan klaim dan jaminan
Harga Lokasi Geografis
Kualitas
0,1601 0,2162
0,1669 0,0979
0,2421
Pengiriman
0,1399 0,1889
0,2103 0,2658
0,1211
Kebijakan Klaim dan Jaminan
0,2542 0,2380
0,2649 0,2925
0,2421
Harga
0,3450 0,1190
0,1910 0,2109
0,2421
Lokasi Geografis
0,1009 0,2380
0,1669 0,1329
0,1525
Total
1,0000 1,0000
1,0000 1,0000
1,0000
Sumber: Hasil Pengumpulan Data
Metode perhitungan yang sama juga dilakukan untuk menghitung rata-rata geometrikbobot parsial elemen level supplier lainnya. Perhitungan nilai
pembobotan untuk elemen level supplier dapat dilihat pada Lampiran 5.
5.1.5. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks
Perhitungan bobot parsial dilakukan untuk mengetahui bobot masing- masing elemen level kriteria sedangkan perhitungan konsistensi matriks dilakukan
untuk melihat tingkat konsistensi jawaban responden. Untuk mengetahui rasio konsistensi dan konsistensi matriks digunakan rumus yang diambil dari teori
Saaty 1994.
1. Perhitungan Rasio Konsistensi
Rasio Konsistensi= Matriks Perhitungan Rata-Rata Pembobotan x Vektor Bobot Tiap Baris
2. Perhitungan Konsistensi Vektor
Konsistensi Vektor= Rasio KonsistensiBobot Parsial Tiap Baris 3.
Rata-Rata Z
Maks
Universitas Sumatera Utara
Z
Maks
= n
iVektor Konsistens
n i
1
Dimana n = Ukuran matriks
= Rata-rata nilai Konsistensi Vektor 4.
Consistency Index CI
1
n n
Z CI
maks
Dimana: Z
Maks
= Perhitungan rata-rata entri n = Ukuran matriks
5. Consistency Ratio CR
RI Index
y Consistenc
Random CI
CR
Dimana: CI = Konsistensi Indeks
RI = Nilai sesuai ukuran matriks Nilai random index untuk n= 5 adalah 1,12, untuk n =3 adalah 0,59 dan untuk
n=4 adalah 0,90. Nilai ini diperoleh dari nilai tabel random index. Jawaban dari responden dianggap konsisten bila CR0,1. Nilai CI dan CR terdapat pada
Lampiran 5.
Universitas Sumatera Utara
5.1.6. Penentuan Bobot Prioritas
Tahap selanjutnya adalah melakukan perhitungan bobot prioritas. Tahap ini dilakukan untuk menentukan alternatif mana yang dipilih. Perhitungan bobot
prioritas ini dimulai dari level yang terendah dan kemudian dilanjutkan ke level berikutnya.
5.1.6.1. Perhitungan Bobot Prioritas Level Alternatif Supplier dengan Subkriteria
Perhitungan bobot prioritas pada level Alternatif Supplier diperoleh dari hasil perkalian antara bobot level kriteria dengan bobot level alternatif supplier.
Sebagai contoh untuk menghitung bobot alternatif level supplier S1 dengan SK1:
Bobot alternatif S1, SK1 = 0,1767 x 0,3909 x 0,1939 = 0,0134.
Hasil rekapitulasi perhitungannya dapat dilihat pada tabel 5.13 berikut.
Universitas Sumatera Utara
5.13. Bobot Prioritas Level Alternatif Supplier K1
K2 K3
P1 P2
P3 J1
J2 J3
H1 H2
H3 G1
G2 G3
G4 S1
0,0134 0,0099 0,0080 0,0139 0,0108 0,0102 0,0184 0,0184 0,0132 0,0091 0,0094 0,0200 0,0091 0,0071 0,0064 0,0079 S2
0,0109 0,0090 0,0080 0,0145 0,0087 0,0079 0,0182 0,0151 0,0101 0,0147 0,0121 0,0143 0,0071 0,0069 0,0040 0,0066 S3
0,0106 0,0073 0,0086 0,0163 0,0091 0,0073 0,0153 0,0119 0,0106 0,0096 0,0103 0,0182 0,0078 0,0064 0,0051 0,0064 S4
0,0122 0,0122 0,0084 0,0164 0,0083 0,0059 0,0141 0,0169 0,0101 0,0116 0,0145 0,0150 0,0081 0,0064 0,0049 0,0059 S5
0,0101 0,0089 0,0073 0,0126 0,0079 0,0098 0,0151 0,0169 0,0122 0,0099 0,0055 0,0113 0,0084 0,0052 0,0046 0,0052 S6
0,0116 0,0111 0,0091 0,0107 0,0081 0,0068 0,0109 0,0171 0,0137 0,0105 0,0083 0,0173 0,0069 0,0081 0,0062 0,0075
Sumber: Pengolahan Data
Universitas Sumatera Utara