Permasalahan yang dihadapi UMKM

5. Permasalahan yang dihadapi UMKM

Sungguh ironi bahwa UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia, bahkan menyelamatkan perekonomian Indonesia pada saat krisis moneter, keadannya “compang-camping” dan banyak yang hanya “asal jalan” karena kurangnya keberpihakan pemerintah pada indsutri UMKM. 110 a. Rendahnya Kualitas SDM Berikut ini adalah beberapa masalah umum yang dihadai UMKM yang lazim terjadi di Indonesia: Tidak dapat kita pungkiri bahwa sebagian besar UMKM di Indonesia memiliki kualitas SDM yang rendah. Mereka sering membuat UMKM dengan sendirinya, tanpa didasari oleh pelatihan dan pendidikan yang memadai. Tak jarang kita mendengar bahwa UMKM sektor informal seperti pedagang asongan, pedagang kaki lima, warung-warung tegal, lahir dan terbentuk karena SDM-nya tidak tahu apa lagi yang harus dikerjakan untuk mempertahankan hidupnya. 111 Akibatnya, usaha-usaha informal UMKM tersebut menjadi dikerjakan seadanya tanpa manajemen dan keterampilan yang memadai. Bagi mereka, kalau sudah ada hasilnya meskipun tak seberapa sering dianggap untung, padahal sebenarnya yang terjadi adalah memaksakan diri hidup dan sangat tidak layak karena tidak tahu bagaimana cara memperbaiki dan mempertahankan hidup. 112 110 Gunawan Sumodiningrat, dan Ari Wulandari, op.cit., hlm.107. 111 Ibid. 112 Ibid. Universitas Sumatera Utara Rendahnya SDM dalam UMKM secara umum dapat dikenali karena hal- hal berikut: 113 1 Tidak Tahu Tujuan Kalau kita melihat di jalan-jalan pada saat-saat tertentu seperti waktu bulan Ramadhan, jelang hari raya, jelang akhir tahun, di berbagai tempat keramaian kita akan menemukan banyak UMKM yang tiba-tiba atau dadakan semacam orang berdagang makanan berbuka puasa, keperluan lebaran, terompet tahun baru, dan lain-lain. Hal itu terjadi karena banyaknya SDM yang tidak tahu apa tujuannya berusaha. Mereka hanya ikut-ikutan orang lain yang berusaha yang dianggapnya kok mudah dan mendapatkan untung. Pada gilirannya yang ikut-ikutan saja, hanya akan menuai kerugian ataupun jika mendapatkan penghasilan tidak sebanyak dengan pengeluaran dan pengorbanan yang mereka lakukan. Terkadang hal itu terpaksa dilakukan karena tidak ada pilihan lain dan walaupun sangat ironis, mereka sering menyalahkan pemerintah sebagai pihak yang tidak bisa menyediakan lapangan pekerjaan. 2 Kurang Motivasi Rendahnya kualitas SDM dalam UMKM sering kali pula disebabkan oleh kurangnya motivasi. Mereka tidak memiliki semangat untuk meluaskan usahanya. Sebagai contoh, kita lihat warung tegal yang sudah bertahun-tahun mereka berdagang , dari waktu ke waktu terus begitu saja. Cukup bagi mereka kalau sudah bisa makan, hidup, menyekolahkan anak, walaupun pas-pasan dan 113 Ibid., hlm.108-116. Universitas Sumatera Utara lebih sering kekurangan. Mereka butuh motivasi yang kuat agar mampu membuat warungnya menjadi lebih maju dari biasanya. 3 Kurang Pendidikan Jelaslah bahwa kurangnya pendidikan sering menjadi kendala utama dalam pengembangan usaha dan menjadi pemicu rendahnya kualitas SDM dalam UMKM. Tenaga-tenaga yang masuk di lingkungan UMKM umumnya tidak terdidik karena upah yang rendah dan perkerjaan-pekerjaan yang ada di UMKM semacam kerajinan, peternakan, perikanan, dan lain-lain sering dianggap pekerjaan kasar yang memerlukan tenaga terdidik. Kurang pendidikan, sebenarnya tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak menguasai bidang tertentu. Sekarang ini belajar tidak harus lewat jalur formal. Ada banyak pelatihan kerja informal, baik yang berbayar maupun gratis yang diselenggarakan pemerintah dan swasta yang bisa dimanfaatkan untuk membuat seseorang menjadi ahli. Yang banyak terjadi dilapangan, kekurangan tenaga terdidik bukan tidak adanya sarana dan prasarana belajar dan bukan lagi masalah pembiayaan, tetapi karena kemalasan individu. Tidak adanya tujuan dan motivasi usaha untuk maju berkembang, membuat orang malas belajar, malas sekolah, sehingga terus saja mereka menjadi orang bodoh yang tidak terdidik. Kalau sudah demikian, harus introspeksi diri sendiri bila usahanya tidak maju. 4 Lingkungan Tidak Mendukung Lingkungan yang tidak mendukung juga sering menjadi penyebab SDM dalam UMKM kurang berkualitas. Sebagian besat ini adalah kesalahan Universitas Sumatera Utara pola pikir di lingkungan masyarakat yang masih menganggap bahwa pekerjaan yang mapan hanya mereka yang bekerja di kantoran. Sementara sektor informal, sering dianggap tidak jelas masa depannya. Akibatnya banyak sekali anak muda yang sekolah tinggi dengan alasan untuk mendapatkan pekerjaan, padahal di luar pekerja kantoran masih bisa memiliki masa depam yang lebih baik. 5 Tidak Sesuai keahlian Tidak sesuai keahlian juga menjadi pendorong rendahnya kualitas SDM di lingkungan UMKM. Kita bisa memikirkan bagaimana kalau seseorang bekerja dengan terpaksa? Mungkin karena tidak ada pilihan lain, atau karena memang tidak punya keahlian. Akhirnya mereka menerima saja pekerjaan asal mereka mendapatkan upah. Selain itu, faktor rendahnya upah di lingkungan UMKM sering menjadi pemicu para pekerjanya tidak sesuai keahlian. Seharusnya setiap pekerja di lingkungan UMKM mendapatkan pelatihan yang memadai sebelum bekera, sehingga mereka mengerti bidang pekerjaannya. b. Merasa Cukup bila Usaha Tetap atau Bisa Jalan Di Indonesia, ada berbagai jenis UMKM dari industri kerajinan, usaha rumah tangga, perikanan, peternakan, pertanian, dan lain-lain. Umumnya UMKM itu adalah usaha perseorangan dengan modal kecil, didorong kurang dan Universitas Sumatera Utara rendahnya kemampuan SDM, menyebabkan sebagian UMKM sudah merasa cukup bila usaha tetap atau bisa jalan. 114 Banyak dari mereka menjalankan usaha sebagaimana adanya, tanpa inovasi dan perbaikan berarti. Dengan demikian, dapat dipastikan usahanya begitu-begitu saja, tidak ada perkembangan dan tidak ada kemajuan. Di sinilah sangat diperlukan dengan adanya pendampingan yang bisa mengarahkan dan mendidik mereka agar sadar usaha. Setiap orang harus memiliki kesadaran bahwa mereka yang bekerja dan berusaha itu harus mendapatkan untung dan bisa untuk menabung, bukan sekedar untuk hidup, bahkan masih sering kekurangan. 115 c. Lemahnya Manajemen Seperti hal-hal sebelumnya, bagaimana tenaga kerja keluarga tidak dihitung, aset rumah tangga tidak dimasukkan dalam anggaran pembiayaan, adalah bagian dari bagaimana lemahnya manajemen UMKM. 116 Bahkan dalam berbagai jenis UMKM yang ada di Indonesia para pelaku atau pemiliknya nyaris tidak pernah melakukan pembukuan. 117 Dengan demikian, tidak pernah ketahuan mana yang pengeluaran rumah tangga dan mana yang pengeluaran usaha. Mereka menganggap baik-baik saja. Kalau pun ada hutang, ya mereka anggap biasa-biasa saja. 118 114 Arvan Pradiansyah, Cherist Every Moment: Menikmati Hidup Yang Indah Setiap Saat, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2004, hlm.83-84. 115 Ibid. 116 Burhanuddin Abdullah, Menanti Kemakmuran Negeri: Kumpulan Esai tentang Pembangunan Sosial Ekonomi Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006, hlm.153. 117 Ibid. 118 Ibid. Universitas Sumatera Utara Dibawah Ini ada beberapa hal yang menyebabkan lemahnya manajemen UMKM yaitu sebagai berikut: 119 1 Tidak ada pelatihan yang memadai Sebagaimana menjadi pengusaha masih belum jadi cita-cita sebagian besar generasi muda, pendidikan dan pelatihan menjadi pengusaha juga masih menjadi barang baru. Akibatnya dalam banyak kasus orang yang memiliki usaha melakukannya secara coba-coba dan diperparah kurang adanya pelatihan yang memadai. Jadi, tak heran kalau kita sering mendengar ungkapan di lingkungan pemilik UMKM bahwa bisa bertahan hidup saja Alhamdulillah syukur yang tidak total. Mereka sadar bahwa dirinya masih kekurangan, bisa lebih baik tetapi tidak mau atau tepatnya tidak tahu bagaimana caranya menjadi lebih baik dan lebih maksimal mendapatkan untung sehingga bisa menabung lebih banyak. Perlu pembinaan dan pendampingan terus menerus untuk mangkas “kebodohan” yang dianggap sebagai kewajaran tersebut. 2 Kemalasan SDM untuk berubah lebih baik lagi Sebagian besar karena kultur dan lingkungan yang serba permisif dimana anak berumur 17 tahun dianggp dewasa secara fisik dan mental namun masih menjadi tanggungan orang tua. Sesuatu yang tidak sehat bagi perkembangan generasi muda, kemalasan karena biasa mendapat fasilitas bisa terbawa sampai mereka dewasa. 119 Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, op.cit., hlm.123-124. Universitas Sumatera Utara Perlu kesadaran orang tua dan pendidik untuk mengarahkan anak mandiri sejak dini. Semakin dini anak mandiri, semakin baik masa depannya. Tak heran kalau di lingkungan pengusaha Cina, sedari kecil anak-anak mereka pun sudah diajarkan bekerja yang focus terhadap untung dan rugi, dengan tujuan anak itu segera mandiri dan bisa membuka usaha yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Kadang-kadang kita perlu belajar dar Cina untuk mengangkat perekonomian pribadi dan keluarga kita. d. Tidak Berbasis Organisasi Organisasi yang dimaksud di sini bukanlah sesuatu yang formal atau besar. Namun bagaimana semestinya setiap UMKM itu memiliki sistem organisasi yang jelas. Dengan adanya organisasi yang jelas, sistem pun akan terbentuk jelas, ada manajemen yang baik. Tidak segalanya berjalan begitu saja, tanpa menghitung secara pasti biaya dan keuntungan usaha. 120 Kondisi seperti itu sering disebabkan oleh dua hal, yaitu UMKM lahir begitu saja tanpa planning dan para pelaku UMKM tidak memikliki bekal kewirausahaan yang memadai. 121 e. Kurangnya Penguasaan Teknologi Teknologi berkembang dengan sangat pesat, sebagian dari tujuan teknologi adalah mempermudah kehidupan manusia. 122 120 Jusuf CK Arianto, Rahasia dapat Modal Fasilitas dengan Cepat Tepat: Kiat Jitu Mempercepat Impian Anda Untk Membuka Usaha, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011, hlm.9. 121 Ibid. Dengan teknologi apa saja Universitas Sumatera Utara yang sebelumnya harus dilakukan dalam waktu lama, kidi dapat dilakukan dalam waktu yang cepat. Sayangnya, tidak semura orang mengerti soal teknologi, termasuk teknologi untuk mengembangkan UMKM. Banyak pelaku UMKM yang masih berkutat dengan hal-hal tradisional yang ribet dan menyulitkan. Tentu ini berbeda kasus kalau dalam hal teknik membatik, yang tradisional tentu lebih baik dan lebih berharga daripada yang menggunakan teknik mesin. 123 Kemajuan teknologi di sini adalah kemajuan teknologi dalam segala hal yang bisa mempercepat kemajuan UMKM. Setiap pelaku UMKM harusnya menyadari hal ini dan menggunakannya untk kemajuan usahanya. Teknologi memang tida mudah, tapi tentu bisa dipelajati. Alah bisa karena biasa, siapa yang mau mengenali teknologi juga akan lebih mudah berbagai urusannya. 124 f. Kurangnya Akses Informasi Dewasa ini, informasi memegang peranan penting dalam industri jenis apapun. Dengan mengetahui informasi mengenai pemasaran, seseorang atau badan usaha tertentu bisa melakukan monopoli perdagangan. Dengan monopoli perdagangan, keuntungan menjadi miliknya sendiri. 125 122 Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, op.cit., hlm.127-128. 123 Ibid. 124 Ibid. 125 Mulyawan Karim, Rindu Pancasila: Merajut Nusantara, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010, hlm.179. UMKM sebagai usaha perseorangan yang kurang terorganisir dengan baik, tidak terintegrasi dengan UMKM lainnya, biasanya akan cenderung kurang akses informasi. Mereka bekerja dengan caranya sendiri tanpa memperdulikan bagaimana seharusnya mempercepat perkembangan usahanya. Namun kalau mereka tergabung dalam Universitas Sumatera Utara komunitas yang terintegrasi dengan program-program pemberdayaan UMKM, biasanya ini tidak akan terjadi. Para pendamping akan membantu mereka untuk mengetahui informasi yang memajukan pemasaran produk UMKM. 126 g. Kurangnya Modal Ada banyak UMKM yang memiliki produk-produk berkualitas dan memenuhi standar internasional. Kadang produk hasil usaha mereka dibawa oleh turis atau ikut dalam pameran internasional. Pada gilirannya, masyarakat internasional mengenal produk mereka dan kemudian memesan produk tersebut. 127 Tentu ini sebuah peluang yang sangat baik dan menjanjikan, namun yang sering terjadi di lapangan, pesana tersebut tidak bisa dipenuhi karena kurangnya modal untuk membuat permintaan dalam jumlah besar. Selain itu, kadang kemalasan orang kita unuk mengurus berbagai perizinan yang memungkinkan pengiriman produk ke luar negeri. Kalau sudah begitu, yang rugi tentu UMKM yang bersangkutan, peluang di depan mata hilang begitu saja dan umumnya akan dilemparkan pada usaha besar yang sanggup memenuhi permintaan pesanan tersebut. 128 126 Ibid. 127 Adler Haymans Manurung, Modal Untuk Bisnis UKM, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008, hlm.122. 128 Ibid. Universitas Sumatera Utara h. Lemahnya Pemasaran dan Networking Jaringan Kerja Networking atau jaringan kerja sekarang ini menjadi kunci sukses dalam berbagai jenis usaha. Orang yang memiliki networking luas juga mudah dalam berbagai urusan. Oleh karena UMKM umumnya berdiri sendiri kurang terencana, networking pun menjadi lemah dan sempit. Ini menyebabkan pemasaran hanya sedikit dan tidak dapat mengembangkan jaringan pemasarannya dalam waktu yang cepat. 129 Berikut ini terdapat dua hal yang membuat UMKM lemah di pemasaran, yaitu: 130 1 Kurang Sarana Promosi Dengan sedikitnya networking, maka banyak UMKM dengan produk- produk berstandar internasional hanya menjadi konsumsi lokal karena kurang promosi. Dalam berbagai jenis usaha, promosi memang memakan biaya cukup banyak. Oleh karena tidak ada perencanaan, tidak ada manajemen yang baik, maka bagian ini pun tidak tergarap sempurna. Banyak UMKM yang asal jalan tanpa promosi. Padahal promosi tak harus berbayar, ada banyak sarana yang bisa digunakan untuk promosi. Hal-hal seperti itulah yang semestinya diarahkan oleh para pendamping-pendamping agar UMKM dapat maju dengan lebih pesat. 2 Tidak Ada Akses Pameran 129 Muchtar A.F, Panduan Praktis Strategi Memenangkan Persaingan Usaha dengan Menyusun Business Plan, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010, hlm.6. 130 Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, op.cit., hlm.135-136. Universitas Sumatera Utara Dampak dari lemahnya networking dan kurangnya promosi, menyebabkan UMKM tidak memiliki akses pameran. Selain biaya untuk ikut pameran itu besar, kurangnya pembinaan terutama dalam hal kemasan produk, sering juga menjadi kendala para UMKM untuk ikut pameran. i. Lemahnya Daya Saing Tidak semua produk UMKM berkualitas rendah. Namun adanya berbagai factor yang masih belum diurus dengan baik, menyebabkan produk UMKM sering dipandang dengan sebelah mata, terlebih bila kemasannya kurang baik. Dari tampilannya yang kurang menarik, membuat konsumen enggan melihatnya, padahal bisa saja sebenarnya kualitasnya sangat bagus. Hal inilah yang paling membuat produk-produk UMKM lemah daya saing. 131 j. Rendahnya Produktivitas Oleh karena UMKM sebagian besar lahir tanpa perencanaan, tanpa manajemen, tanpa motivasi unuk maju, kekurangan SDM berkualitas, dan masalah-masalah lainnya, maka secara umum akan berdampak langsung pada produktivitas. UMKM tidak bisa memiliki produktivitas yang tinggi karena berbagai kekurangan tersebut. Rendahnya produktivitas UMKM dapat dikenali karena hal-hal berikut ini: 132 1 Motivasi untuk produktif usaha sangat rendah 2 Tidak menyadari potensi dan kemampuan 131 Zuhal, kekuatan Daya Saing Indonesia: Mempersiapkan Masyarakat Berbasis Pengetahuan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hlm.24-25. 132 Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, op.cit., hlm.139-142. Universitas Sumatera Utara 3 Tidak tahu bagaimana memanfaatkan semua kekuatan 4 Tidak ada target dan orientasi 5 Kurangnya pembinaan dan pendampingan

6. Pemberdayaan UMKM

Dokumen yang terkait

Penerapan Sistem Konstitutif Pada Pendaftaran Merek Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 2

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

1 1 9

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

0 1 1

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

0 1 19

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

0 1 21

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 1 6

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

0 2 1

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 4 17

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 5 30

PEMAKAIAN NAMA DAERAH DALAM USAHA KULINER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

0 1 16