KEUNTUNGAN DAN HAMBATAN USAHA MIKRO KECIL DAN

BAB IV KEUNTUNGAN DAN HAMBATAN USAHA MIKRO KECIL DAN

MENENGAH SETELAH MENERIMA SERTIFIKAT MEREK KOLEKTIF

A. Keuntungan Yang Diperoleh UMKM Setelah Menerima Sertifikat Merek Kolektif

Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang danatau jasa dengan karakteristik yang sama mengenai sifat, ciri umum, dan mutu barang atau jasa serta pengawasannya yang akan diperdagangkan oleh beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk membedakan dengan barang danatau jasa sejenis lainnya. 178 Jadi, seabagai UMKM yang umumnya didirikan oleh beberapa orang, pendaftaran merek secara kolektif menjadi salah satu solusi agar kedepannya para pendiri UMKM tetap dapat menggunakan merek tersebut apabila UMKM tersebut terpecah. Biaya pendaftaran merek kolektif juga harus ditanggung oleh semua pemegang merek sehingga akan lebih murah. 179 Dengan pendaftaran merek kolektif, maka nama-nama yang terdaftar di dalam registrasi merek juga memiliki hak untuk menggunakan merek tersebut. Proses pengajuan pendaftaran merek kolektif pun tidak jauh berbeda dengan merek perorangan atau perusahaan. Dalam permohonan pengajuan pendaftaran merek kolektif, dengan jelas harus dinyatakan bahwa merek tersebut akan digunakan sebagai merek kolektif disertai dengan ketentuan penggunaan merek 178 Indonesia Merek, loc.cit. 179 “Manfaat Pendaftaran Merek Kolektif untuk UMKM”, http:startuphki.com, diakses pada tanggal 10 Maret 2016. Universitas Sumatera Utara tersebut sebagai merek kolektif yang ditandatangani oleh semua pemilik merek yang bersangkutan. 180 Di Sumatera Utara, jumlah permohonan merek yang mendaftar dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Sumatera Utara dari tahun Januari 2016 sampai Januari 2017 yaitu 71 permohonan. 181 Jumlah itu masih dikatakan sedikit jika dilihat dari daerah-daerah tertentu yang mempunyai ciri khas akan daerah tersebut. Padahal, sosialisasi yang diadakan oleh kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Sumatera Utara sudah dilakukan semaksimal mungkin. Sosialisasi yang dilakukan setiap tahunnya itu minimal mengunjungi 3 KabupatenKota seperti Siantar, Langkat dan daerah Labuhan Batu. 182 Dari 71 tersebut, tidak ada yang mendaftarkan merek kolektif. Sejauh ini, merek kolektif belum pernah ada yang mendaftar melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham, namun di luar yang mendaftar melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Sumatera Utara terdapat satu merek kolektif yang mungkin sudah sering didengar di telinga masyarakat di Sumatera Utara apalagi di daerah Tapanuli Selatan yaitu dengan merek kolektif bernama Koperasi Agrina. 183 Di Sumatera Utara terdapat 3 tiga alternatif untuk melakukan pendaftaran merek kolektif, yaitu sebagai berikut: 184 1. Permohonan pendaftaran merek kolektif bisa dilakukan melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Sumatera Utara; 180 Ibid. 181 Hasil wawancara kepada Kepala Sub Bidang Pelayanan Administrasi Hukum Umum dan Kekayaan Intelektual Kantor Wilayah Sumatera Utara Kementerian Hukum dan HAM, Bapak Jawasmer, S.H., M.Kn pada hari Selasa, 7 Maret 2017. 182 Ibid. 183 Ibid. 184 Ibid. Universitas Sumatera Utara 2. Permohonan Pendaftaran merek kolektif dapat dilakukan melalui para Konsultan HKi di Medan; dan 3. Permohonan pendaftaran merek kolektif juga dapat dilakukan dengan langsung ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Dari 3 tiga alternatif tersebut, maka terdapat kelemahan-kelemahan, yaitu: 185 1. Apabila merek tersebut permohonannya didaftarkan melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Sumatera Utara, setelah diproses dan untuk selanjutnya diserahkan ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Maka dalam hal permohonan tersebut dikabulkan atau tidaknya, pihak dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual tidak memberitahukan hal tersebut kepada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham. Hal inilah yang membuat pejabat di bidang Kekayaan Intelektual di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham tidak mengetahui berapa merek biasa ataupun merek kolektif yang permohonannya telah dikabulkan. 2. Apabila permohonan merek diajukan melalui Konsultan HKI ataupun langsung melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, hal inipun tidak diberitahukan kepada pihak Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Sumatera Utara bahwasanya ada yang melakukan permohonan diluar Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Sumatera Utara. 185 Ibid. Universitas Sumatera Utara Koperasi Agrina merupakan salah satu yang mendaftarkan merek kolektifnya tidak melalui Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham. Nah, dari Koperasi Agrina inilah penulis dapat mengetahui apa saja yang menjadi keuntungan dan apa saja hambatan setelah Koperasi Agrina mendapatkan sertifikat merek kolektif. Koperasi Agrina merupakan sebuah rumah di wilayah perbukitan Jalan Sibolga Km. 12, Desa Persalakan, Kecamatan Angkola Barat yang merupakan tempat bermukimnya industri Koperasi Agrina. Di dalam koperasi ini, salak yang sudah dibersihkan kelak akan dikreasikan menjadi berbagai jenis produk makanan dan minuman seperti dodol, sirup, keripik, kurma, madu dan jus. 186 Dengan adanya koperasi tersebut, kini salak sibakua yang merupakan salak asal Sidempuan tersebut mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi. Buah berkulit hitam dan berdaging merah itu tak lagi sekedar membusuk karena sudah terlalu matang akibat belum laku di pasaran. Saat musim buah, para petani di desa Persalakan justru menjadikan saat tersebut sebagai masa produksi aneka olahan buah salak. Tak ada salak yang terbuang percuma, semua bisa menghasilkan produk yang bernila rupiah. Bisa dikatakan sejak koperasi itu berdiri, salak di wilayah setempat semakin berdaya guna, sekalipun saat musim salak sedang banjir-banjirnya. 187 186 Hasil wawancara kepada Bendahara Umum Koperasi Agrina dan merupakan Pendiri Koperasi, Bapak Ali Mansyur Rambe, S.Sos, pada hari Jum’at, 31 Maret 2017. 187 Ibid. Universitas Sumatera Utara Koperasi Agrina berdiri sejak tanggal 25 September 2007 hingga saat ini, koperasi ini menaungi sekitar 165 petani salak yang menjadi anggotanya dan mempunyai beberapa orang karyawan. 188 Adapun keuntungan-keuntungan yang di alami dalam Koperasi Agrina ini setelah mendapatkan sertifikat merek kolektif adalah sebagai berikut: 189 1. Hasil Penjualan yang Meningkat Hasil penjualan yang meningkat dari biasanya ketika belum bergabung di dalam koperasi ini, membuat para petani salak yang merupakan anggota koperasi mengaku lebih banyak untungnya ketika dibandingkan dengan sebelumnya yang hanya menjual salak tersebut ke konsumen tanpa diolah terlebih dahulu salak tersebut menjadi keripik, kurma, madu, jus, sirup dan dodol. Dari hasil penjualan itu, maka dibagi ke beberapa pengurus dan anggota dari koperasi, dan gaji karyawan juga termasuk disitu. Jika surplus dari hasil penjualan, maka itu akan dijadikan dana cadangan untuk jaga-jaga apabila koperasi di masa yang akan datang mengalami penurunan yang membuat penghasilan menjadi minus. Maka dengan keuntungan ini, para anggota koperasi yang merupakan petani salak juga sebagai pelaku UMKM, dapat penghasilan yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, para pelaku UMKM akan terus bertambah dan dengan adanya koperasi ini, maka pemberdayaan UMKM di daerah Tapanuli Selatan akan lebih baik lagi. 188 Ibid. 189 Ibid. Universitas Sumatera Utara 2. Membuat Petani Salak di Pasaran Menjadi Lebih Baik Lagi Membuat petani salak di pasaran menjadi lebih baik lagi berarti bahwasannya para anggota koperasi membeli buah salak segar dengan harga yang relatif tinggi dibanding dengan harga pasaran. Biasanya salak di pasar dijual Rp. 2000,- sampai Rp. 3000,- rupiah setiap kilogramnya, sejak koperasi ini berdiri, maka harga salak segar tersebut dibeli dengan harga Rp.4000,- rupiah setiap kilogramnya. Ini berarti para pedagang salak di pasar mendapatkan untung Rp. 1000,- sampai Rp. 2000,- perkilogramnya. Itulah yang diutamakan oleh koperasi ini, membuat masyarakate petani salak menjadi lebih baik lagi dan membuat harga salak meningkat. Koperasi Agrina juga membeli buah salak dengan kondisi buah terkupas kulitnya, namun tidak semua dibeli dengan kondisi tersebut. Karena tidak sanggup koperasi membeli semua salak dalam kondisi terbuka kulitnya, dikarenakan mau berapa banyak salak di Tapanuli Selatan ini. Bisa perharinya dihasilkan sekitar 120 sampai 130 ton buah salak. Hal ini dilakukan agar mengurangi dari banyaknya buah salak yang terbuang sia-sia karena tidak laku dipasar dengan kondisi kulit terkupas. Dengan membeli buah salak dalam kondisi tersebut, tidaklah membuat Koperasi Agrina rugi, melainkan untung dengan harga buah salak yang kulitnya terkupas lebih murah dibanding buah salak yang segar. Buah salak yang kulitnya terkupas, langsung diolah oleh karyawan koperasi menjadi produk yang lebih menarik untuk dipasarkan seperti menjadi sirup, dodol, keripik, kurma, dan madu. Universitas Sumatera Utara 3. Koperasi Agrina Menjadi Salah Satu Wadah untuk Mempromosikan Salak Sibakua Koperasi Agrina merupakan salah satu wadah untuk mempromosikan salak sibakua yang merupakan buah salak yang khas dari daerah Tapanuli Selatan. Dengan berdirinya Koperasi Agrina ini pada tahun 2007, pendiri koperasi berharap salak sibakua ini bisa terkenal dikalangan masyarakat nasional hingga dunia. Bapak Ali Mansyur Rambe, S.Sos sangat menyayangkan bahwasannya kuangnya dari pemerintah untuk memperhatikan lebih lanjut tentang kondisi petani salak di Tapanuli Selatan. Beliau mengatakan, mengapa petani salak tidak dapat disubsidi pemerintah? Coba lihat petani sawit dan karet, merek mendapat subsidi bahkan bantuan yang bisa katakan mewah dari pemerintah. Sering sudah pengurus koperasi usulkan bahwasannya untuk mendaat subsidi terhadap salak ini, namun hasilnya nihil sampai sekarang. Beliau juga mengatakan, pemerintah awalnya saja peduli terhadap koperasi ini, belakangan ini sejak di pemerintahan yang baru di jaman Bapak Jokowi, pemerintah tidak memperhatikan koperasi ini lagi. Tapi bersyukurlah koperasi ini masih dapat berdiri tegak dengan kerja sama para pengurus dan anggota koperasi. Salak sibakua saat ini terbilang kalah terkenal dengan salak pondoh asal Sleman, Yogyakarta. Padahal kalau dilihat dari kebunnya, kebun salak di Tapanuli Selatan jauh lebih luas disbanding kebun salak pondoh yang ada di Sleman. Namun, salak pondoh sudah mendunia dikalangan masyarakat, berbeda dengan salak sibakua yang hanya terkenal dikalangan masyarakat Sumatera Utara saja. Universitas Sumatera Utara Hal inilah yang memotivasi para pengurus untuk membuat nama salak sibakua menjadi terkenal dikalangan masyarakat nasional maupun internasional.

B. Hambatan Yang Diperoleh UMKM Setelah Menerima Sertifikat Merek Kolektif

Selain keuntungan-keuntungan yang sebelumnya telah penulis paparkan, Koperasi Agrina juga mempunyai hambatan setelah berdiri dan juga setelah mendapatkan sertifikat merek kolektif. Adapun hambatan-hambatan yang dialami para pengurus dan anggota koperasi tersebut adalah sebagai berikut: 190 1. Pemasaran Marketing Pemasaran atau marketing adalah aktivitas, serangkaian institusi dan proses menciptakan, mengomonukasikan, menyampaikan, dan mempertukarkan tawaran yang bernilai bagi pelanggan dan masyarakat umum. Pemasaran atau marketing ini sangat penting, namun biayanya sangat mahal. Karena biaya inilah koperasi tersendat di marketing. Banyak pengurus dan anggota di Koperasi Agrina ini mengeluh tentang pemasaran terutama akses pasar yang selama ini menjadi persoalan bagi seluruh UMKM di Tapanuli Selatan khusunya para pelaku UMKM yang menjadi anggota dari Koperasi Agrina. Beberapa kendala yang sering dihadapi pelaku UMKM di bidang pasar dan pemasaran antara lain kesulitan mendapatkan suplai bahan baku berkuailtass dan berkesinambungan, terbatasnya kemampuan untuk melakukan promosi dan berkompetisi di pasar, kurang diperhatikannya mutu produk dan arti kepuasan 190 Ibid. Universitas Sumatera Utara para pelanggan. Para pelanggan dari koperasi ini rata-rata dan hampir semuanya memnyatakan bahawa produk yang dihasilkan oleh koperasi sangat enak untuk dinikmati ditambah dengan kemasannya yang menarik. Namun, itulah hal yang kurang diperhatikan pemerintah saat ini. Jadi para pengurus dan anggota saat ini bekerja dengan apa adanya tanpa pengetahuan yang lebih luas mengenai pemasaran atau marketing ini. 2. Distribusi Hambatan kedua yang dialami Koperasi Agrina adalah masalah distribusi. Hal ini dikarenakan kendaraan yang ada di Koperasi Agrina kebanyakan hanya roda dua, jadi ketika ingin mendistribusikan produk-produk dari koperasi menuju ke daerah-daerah tertentu kurang memadai. Apalagi disaat cuaca lagi tidak mendukung seperti hujan, maka tidak bisalah produk tersebut didistribusikan ke daerah yang akan dituju. Para pengurus dan anggota dari koperasi ini juga sebenarnya ingin kalau produk-produk yang mereka hasilkan data beredar di kota-kota lain, seperti di minimarket dan supermarket nasional, tapi sayangnya Koperasi Agrina tidak cukup memiliki akses untuk ke sana. Itulah mengapa distribusi menjadi hambatan dalam koperasi ini. 3. Kurangnya Modal Ada banyak UMKM yang memiliki produk-produk berkualitas dan memenuhi standar internasional. Kadang poduk hasil usaha mereka dibawa oleh turis atau ikut dalam pameran internasional. Pada gilirannya, masyarakat Universitas Sumatera Utara internasional mengenal produk mereka dan kemudian memesan produk tersebut. 191 Kurangnya modal dimungkinkan terjadi karena hal-hal berikut: Tentu ini sebuah peluang yang sangat baik dan menjanjikan. Namun yang sering terjadi di lapangan, pesanan tersebut tidak bisa dipenuhi karena kurangnya modal untuk membuat permintaan dalam jumlah besar. 192 a. Akses Kredit Bank yang Kurang Institusi bank walaupun sudah sangat dekat dengan rakyat kecil, tetaplah suatu institusi yang berorientasi profit. Mereka tidak bisa memberikan kredit begitu saja dan kepada siapa saja. Meskipun sekarang ini sudah begitu banyak kredit tanpa agunan yang bisa diperoleh para pelaku UMKM, tetapi banyak pelaku UMKM yang tidak mau menggunakan kesempatan tersebut. Mereka merasa kesulitan berurusan dengan bank dan juga masyarakat juga sering merasa enggan karena menganggap bank hanya memberi kredit besar. Kondisi tersebut sering menjadi kendala tersendiri bagi bank untuk menyalurkan kredit UMKM dan bagi UMKM untuk mendapatkan tambahan modal dari bank. b. Tingginya Suku Bunga Banyak bank di Indonesia justru enggan memberikan kredit untuk para pelaku UMKM karena risiko tidak kembalinya sangat besar. Oleh karena itu, kredit yang diberikan kepada UMKM umumnya dengan bunga tinggi. Bank cenderung lebih senang memberikan kredit untuk sektor konsumsi dan property karena risikonya lebih kecil dan pengembaliannya lebih cepat. Hal ini bisa 191 Gunawan Sumodiningrat dan Ari wulandari, op.cit., hlm.129-134. 192 Ibid. Universitas Sumatera Utara menyebabkan matinya UMKM dan bertambahnya pengangguran serta berakibat buruk pada kehidupan sosial politik di Indonesia dan akan mengganggu kestabilan makroekonomi. 2 dua hal itulah yang memungkinkan terjadinya kurangnya modal pada pelaku UMKM. Modal juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan di dalam Koperasi Agrina. 193 Modal awal koperasi hanya cukup untuk mengelola salak menjadi produk-produk dan membuat kemasannya saja, namun untuk pendistribusian ke daerah-daerah, ke kota-kota lain, maka modal yang sedikit itu tidak akan cukup. Jadi koperasi ini sebenarnya banyak berharap terhadap pemerinah. Saat ini Koperasi Agrina masih tetap stabil dari sejak awal berdiri, tidak ada peningkatan dan penurunan, tetapi tidak maju-maju. Koperasi Agrina saat ini dinaungi pemerintah dan tidak bebas untuk melakukan hal-hal yang bisa membuat koperasi ini lebih baik lagi dikarenakan takut berdampak pada koperasi ini jika melanggarnya. Namun, dua tahun terakhir ini pemerintah tidak ada menunjukkan kepeduliannya terhadap Koperasi Agrina. Disaat itulah koperasi ini sebenarnya sangat butuh perhatian dari pemerintah dikarenakan hasil penjualan dari produknya kini berkurang secara perlahan. Jadi harapan dari Bapak Ali Mansyur, S.Sos. selaku Bendahara Umum dan merupakan salah satu pendiri dari Koperasi Agrina tersebut banyak berharap kepada pemerintah untuk membantu agar koperasi ini dapat maju seperti apa yang banyak orang inginkan. 194 193 Hasil wawancara kepada Bendahara Umum Koperasi Agrina dan merupakan Pendiri Koperasi, Bapak Ali Mansyur Rambe, S.Sos, pada hari Jum’at, 31 Maret 2017. 194 Ibid. Universitas Sumatera Utara 4. Lemahnya SDM Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar UMKM di Indonesia memiliki kualitas SDM yang rendah. Mereka sering membuat UMKM dengan sendirinya, tanpa didasari oleh pelatihan dan pendidikan yang memadai. Tak jarang kita mendengar bahwa UMKM sektor informal seperti pedagang asongan, pedagang kaki lima, lahir dan terbentuk karena SDM nya tidak tahu lagi apa yang harus dikerjakan untuk mempertahankan hidupnya. 195 Akibatnya, usaha-usaha informal UMKM tersebut menjadi dikerjakan seadanya tanpa manajemen dan keterampilan yang memadai. Bagi mereka, kalau sudah ada hasilnya meskipun tak seberapa sering dianggap untung. Padahal sebenarnya yang terjadi adalah memaksakan diri hidup dan sangat tidak layak karena tidak tahu lagi bagaimana cara memperbaiki dan mempertahankan hidup. 196 Untuk menjadi produk yang diakui dunia tidaklah mudah. Hal tersebut harus di dukung dengan SDM yang ada. Saat ini, SDM yang ada di Koperasi Agrina masih kurang dalam hal pemasaran. SDM yang ada saat ini butuh pelatihan-pelatihan khusus atau pendampingan yang dapat membuat SDM tersebut mengerti dengan apa yang seharusnya mereka lakukan. Pelatihan- pelatihan yang dilakukan misalnya studi banding, namun untuk melakukan itu memerlukan biaya lagi, jadi Koperasi Agrina banyak berharap kepada pemerintah untuk dapat mengabulkan itu semua. 197 195 Gunawan Sumodiningrat dan Ari Wulandari, op.cit., hlm.107-108. 196 Ibid. 197 Hasil wawancara kepada Bendahara Umum Koperasi Agrina dan merupakan Pendiri Koperasi, Bapak Ali Mansyur Rambe, S.Sos, pada hari Jum’at, 31 Maret 2017. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pemaparan di atas, untuk menjawab perumusan masalah ketiga, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap kelompokasosiasikoperasi yang telah mempunyai sertifikat merek kolektif pasti mendapatkan keuntungan dan hambatan, seperti halnya di dalam Koperasi Agrina. Namun, keuntungan yang diraih lebih berdampak terhadap suatu koperasi tersebut dibanding dengan hambatannya, dikarenakan keuntungan yang diraih dapat memberdayakan pelaku UMKM di daerah Tapanuli Selatan sedangkan hambatannya hanya masalah- masalah umum seperti halnya yang dialami oleh pelaku UMKM yang tidak mendaftarkan mereknya menjadi merek kolektif. Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP

Dokumen yang terkait

Penerapan Sistem Konstitutif Pada Pendaftaran Merek Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

0 0 2

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

1 1 9

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

0 1 1

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

0 1 19

Pendaftaran Merek Kolektif Sebagai Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek Dan Indikasi Geografis

0 1 21

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 1 6

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

0 2 1

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 4 17

Perlindungan Hukum Terhadap Merek Medan Napoleon Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis

1 5 30

PEMAKAIAN NAMA DAERAH DALAM USAHA KULINER BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS

0 1 16