Faktor Risiko Kanker Serviks

Tipe virus risiko tinggi menghasilkan protein yang dikenal dengan protein E 6 dan E 7 yang mampu berikatan dan menonaktifkan protein p53 dan pRb epitel serviks. P53 dan pRb adalah protein penekan tumor yang berperan menghambat kelangsungan siklus sel. Dengan tidak aktifnya p53 dan pRb, sel yang telah bermutasi akibat infeksi HPV dapat meneruskan siklus sel tanpa harus memperbaiki kelainan DNA-nya. Ikantan E 6 dan E 7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama terjadinya kanker Edianto,2006. Faktor lainnya Merokok juga sering dikaitkan dengan terjadinya keganasan. Terdapat data yang mendukung rokok sebagai penyebab kanker serviks dan hubungannya dengan kanker sel skuamosa pada serviks. Mekanisme kerjanya bisa secara langsung melalui aktivitas mutasi mukus serviks cairan pada permukaan mulut rahim pada perokok atau melalui efek imunosupresive mengurangi daya tahan tubuh yang muncul dari kebiasaan merokok. Tembakau pada rokok juga mengandung bahan-bahan karsinogenik penyebab kanker baik yang dihisap sebagai rokok maupun cigarette yang dikunyah. Asap rokok sendiri menghasilkan polycyclic aromatic hidrocarbons heterocyclic amine yang sangat karsinogen penyebab kanker dan mutagen penyebab mutasi. Bahan yang berasal dari tembakau yang diisap terdapat pada mukus serviks wanita perokok dan dapat menjadi ko-karsinogen infeksi virus. Bahan- bahan tersebut juga terbukti dapat menyebabkan kerusakan epitel DNA serviks sehingga dapat menyebabkan neoplasma serviks Rasjidi, 2010.

2.3.4 Patogenesis Kanker Serviks

Gambar 2.6 Ilustrasi virus HPV Sumber : Nobel committee for physiology or medicine 2008 Penyebab utama terjadinya kanker serviks adalah virus HPV. Hubungan seksual yang terlalu dini dan berganti-ganti pasangan dapat meningkatkan risiko terkena virus HPV. Terdapat banyak jenis virus HPV, tetapi hanya beberapa yang bersifat persisten di tubuh dan akan menyebabkan terjadinya lesi prakanker yang menyababkan terjadinya kanker serviks. Terjadinya karsinoma serviks yang invasif berlangsung dalam beberapa tahap. Tahapan pertama dimulai dari lesi pre-invasif, yang ditandai dengan adanya abnormalitas dari sel yang biasa disebut dengan displasia. Displasia ditandai dengan adanya anisositosis sel dengan ukuran yang berbeda-beda, poikilositosis bentuk sel yang berbeda-beda, hiperkromatik sel, dan adanya gambaran sel yang sedang bermitosis dalam jumlah yang tidak biasa. Displasia memilik 3 pembagian yaitu displasi ringan, sedang dan berat. Sedangkan pada tahap invasif, gejala yang dirasakan lebih nyata seperti perdarahan intermenstrual dan post koitus, discharge vagina purulen yang berlebihan berwarna kekuning-kuningan terutama bila lesi nekrotik, berbau dan dapat bercampur dengan darah, sistisis berulang, dan gejala akan lebih parah pada stadium lanjut di mana penderita akan mengalami cachexia, obstruksi gastrointestinal dan sistem renalEdianto, 2006.

2.3.5 Stadium kanker serviks

Penentuan stadium dilakukan setelah ditegakkannya diagnosis kanker serviks dengan pemeriksaan histologi jaringan biopsi. Penentuan stadium harus diikuti dengan kondisi klinis, didukung oleh bukti-bukti klinis dan sederhana. Penentuan stadium menurut FIGO International Federation of Gynecology Obstetrics tahun 2014 dilihat berdasarkan lokasi tumor primer, ukuran besar tumor dan adanya penyebaran keganasan. Staging ini dibuat untuk mempermudah perancangan terapi dan memperkirakan prognosis pasien.

2.1 Klasifikasi Stadium Kanker Serviks menurut FIGO 2008

Stadium FIGO Keterangan Tidak ada dugaan tumor primer Tidak ada bukti tumor primer Karsinoma in situ karsinoma pervasif I Karsinoma masih terbatas diserviks penyebaran ke korpus uteri diabaikan IA Karsinoma invasif hanya dapat didiagnosa secara mikroskopis. Lesi telah menembus membran basalis dengan kedalaman 5 mm dan diameter 7mm IA1 Lesi telah menembus membran basalis dengan kedalaman 3 mm dan diameter 7 mm IA2 Lesi telah menembus membran basalis dengan kedalaman 3-5 mm dan diameter 7 mm IB Lesi terbatas diserviks atau secara mikroskopik ukuran lesi lebih besar daripada T1aIA2 IB1 Lesi berukuran 4 cm IB2 Lesi berukuran 4 cm II Lesi mencapai uterus tetapi belum meluas hingga dinding pelvis atau sepertiga bawah vagina IIA Lesi tanpa perluasan ke parametrium IIA1 Lesi berukuran 4 cm IIA2 Lesi berukuran 4 cm IIB Lesi meluas hingga ke parametrium III Lesi terbatas pada dinding serviks melibatkan sepertiga bawah vagina sehingga menyebabkan hidronefrosis atau gagal ginjal IIIA Lesi mencapai sepertiga bawah vagina IIIb Lesi terbatas pada dinding pelvis sehingga menyebabkan hidronefrosis atau gagal ginjal IVA Lesi mencapai mukosa kantung kemih atau rektum atau terbatas pada pelvis IVB Metastasis jauh Sumber : World Health Organization WHO, Breast and Female Genital, 2014

2.3.6 Jenis histopatologis pada kanker serviks

Epithelial tumours 1. Tumor skuamosa dan prekursor  Karsinoma sel skuamosa o Keratinizing o Non-keratinizing o Basaloid o Verrucous o Warty o Papillary o Lymphoepithelioma-like o Squamotransisional sel  Early invasive squamous cell carcinoma  Cervical intraepithelial neoplasia : prekursor dari karsinoma sel skuamos serviks

2. Tumor glandular dan prekursor

 Adenocarcinoma