Jenis histopatologis pada kanker serviks

 Angisarcoma  Malignant peripheral nerve sheath tumour Tumor campuran mesenkimal dan epithel  Karsinosarkoma  Adenosarkoma  Tumor Wilms Melanotik, limfoit dan tumor serviks sekunder  Malignant melanoma  Yolk sac tumour  Limfoma dan leukaemia  Secondary tumour

2.3.7 Gejala Klinis Kanker Serviks

Gejala klinis kanker serviks dalam Huang 2013 berupa: 1. Perdarahan per vagina : pada stadium awal terjadi perdarahan sedikit sesaat setelah koitus atau saat membersihkan vagina. Perdarahan akan terus bertambah dalam frekuensi maupun volume perdarahan akan terus bertambah dan dterkadang dapat menimbulkan hemoragi masif dengan penyebab eksfoliasi jaringan kanker. 2. Sekret per vagina : pada stadium awal berupa keputihan yang bertambah, disebabkan iritasi oleh lesi kanker atau peradangan dari glandula serviks yang mengalami hipersekresi. Dengan progresi penyakit, sekret bertambah, encer seperti air, berbau amis dan bila terjadi infeksi timbul bau busuk atau bersifat purulen. 3. Nyeri : umumnya pada stadium sedang, lanjut atau bila disertai infeksi. Nyeri terasa di lokasi bawah abdomen, regiogluteal atau sakrokoksigeal. 4. Gejala saluran urinarius : sering disertai infeksi, dapat menimbulkan polakisuria, urgensi dan disuria. Dengan perkembangan kanker dapat mengenai vesika urinari, dan menimbulkan hematuria, piuria hingga terbentuk fistel sisto-vaginal. 5. Gejala saluran pencernaan : ketika lesi kanker serviks menyebar ke ligamen kardinal, ligamen sakral dapat menekan rektum dan menimbulkan obstipasi. Bila tumor menginvasi rektum dapat menimbulkan hematokezia, akhirnya timbul fistel rektovaginal.

2.3.8 Deteksi Dini dan Penegakan Diagnosa Kanker Serviks

Deteksi dini untuk kanker serviks bertujuan agar penemuan lebih awal lesi kanker atau kelainan pada serviks yang beresiko lebih besar dalam terjadinya kanker serviks. Pemeriksaan sitologi seperti papsmear dan liquid-based cytology LBC, pemeriksaan DNA-HPV dan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat IVA merupakan tes skrining untuk prekanker atau kanker serviks American Cancer Society, 2014. Papsmear adalah pemeriksaan sitologi menggunakan spatula yang di usap pada zona transformasi serviks, dan hasil yang didapatkan diletakkan di gelas objek dan di teliti di laboratorium patologi anatomi. Lain halnya dengan papsmear, pemeriksaan LBC tidak menggunakan gelas objek melainkan spatula dimasukkan kedalam tabung yang berisi cairan khusus. Hasil LBC lebih baik dibandingkan pemeriksaan dengan papsmear, terbukti dari hasil false-negative yang lebih kecil. Pemeriksaan HPV-DNA berfungsi untuk melihat apakah pasien terinfeksi HPV, meskipun tidak semua pasien yang terinfeksi HPV akan mengalami kanker serviks tetapi telah dipastikan bahwa HPV merupakan penyebab terbesar dalam terjadinya kanker serviks. Pemeriksaan IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat merupakan metode inspeksi yang sangat sederhana. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengoleskan larutan asam asetat 3 - 5 pada serviks sebelum melakukan inspeksi visual. Pemeriksaan ini disebut positif abnormal bila terjadi perubahan warna menjadi putih acetowhite pada daerah yang dioleskan asam asetat WHO, 2006. Langkah pertama dalam penentuan kanker serviks yang paling sering adalah hasil dari pemeriksaan papsmear yang abnormal. Papsmear bukanlah tes untuk menegakkan diagnosis melainkan tes skrining. Hasil papsmear yang abnormal membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk melihat apakah ada tidaknya kanker atau prakanker di serviks. Riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik juga perlu diketahui. Hal ini berhubungan dengan faktor resiko dan gejala-gejala kanker serviks American Cancer Society, 2014. Berikut pemeriksaan yang dilakukan untuk penegakan diagnosis kanker serviks menurut American Cancer Society 2014: 1. Pemeriksaan kolposkopi : di bawah penerangan yang tinggi dan menggunakan kaca pembesar langsung mengamati lesi di serviks. Merupakan salah satu cara diagnosa penting untuk diagnosis dini karsinoma serviks. Dapat menemukan lesi preklinis yang tidak terlihat dengan mata normal. Jika terdapat bagian yang mencurigakan bisa dilakukan biopsi. 2. Biopsi serviks : untuk memastikan diagnosis CIN dan karsinoma serviks. Karsinoma serviks stadium dini tidak memperlihatkan lesi yang jelas, untuk dapat memperoleh jaringan kanker secara akurat, perlu dilakukan biopsi, lalu dilakukan pemeriksaan patologinya. 3. Kuretase endoserviks : pemeriksaan ini dilakukan jika hasil dari papsmear positif tetapi tidak terlihat ke abnormalannya melalui kolposkopi. 4. Sistoskopi dan proktoskopi. Sistoskpoi adalah tabung dengan lensa dan cahaya yang dimasukkan ke dalam vesika urinari melalui uretra. Pemeriksaan ini berguna untuk melihat pertumbuhan kanker. Proktoskopi adalah inspeksi rektum melalui tabung bercahaya untuk menglihat penyebaran kanker serviks ke rektum.