Hipotesis konseptual TINJAUAN PUSTAKA

29 menghitung rasio tersebut adalah beban operasi dibanding dengan pendapatan operasi. Beban operasional yang dimaksud merupakan seluruh biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank, sedangkan pendapatan operasional adalah seluruh pendapatan yang merupakan hasil dari kegiatan bank. Semakin tinggi efisiensi operasional perusahaan khususnya perbankan dapat diartikan semakin efisien aktiva bank dalam menghasilkan keuntungan Dahlan Siamat, 2005. Dari teori tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio BOPO semakin menunjukan bank tersebut tidak efisien demikian pula sebaliknya. LDR merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar dana disalurkan untuk pinjaman. Dalam hal ini pinjaman yang dimaksud adalah kredit yang disalurkan. Dari pengertian diatas peningkatan dalam rasio LDR dapat diartikan bahwa penyaluran dana ke pinjaman atau kredit semakin besar sehingga akan menambah pendapatan bunga yang pada akhirnya laba akan meningkat. Penelitian Nu’man 2009 menunjukkan adanya pengaruh positif LDR terhadap perubahan laba yang memperkuat teori diatas.

2.7 Hipotesis konseptual

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan judul “ Analisis Pengaruh Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah di Indonesia “ maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut :  H1 = Rasio CAR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.  H2 = Rasio NPL berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Universitas Sumatera Utara 30  H3 = Rasio ROA berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.  H4 = Rasio BOPO berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.  H5 = Rasio LDR berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Universitas Sumatera Utara 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang menyebabkan merosotnya nilai rupiah hingga terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2008 telah menyebabkan perekonomian negara kita mengalami pasang surut. Pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 kinerja perbankan mengalami masa keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar menanamkan sahamnya di bursa Retnadi, 2005. Kondisi tersebut didukung dengan stabilitas nilai rupiah dan suku bunga SBI yang cukup rendah. Pada tahun 2005 BI mengeluarkan kebijakan dalam rangka mendukung operasionalisasi Arsitektur Perbankan Indonesia API yang akan diimplementasikan secara penuh pada tahun 2010. Namun pada tahun 2005 kinerja perbankan mengalami penurunan hingga merosotnya nilai rupiah dan ditandai dengan meningkatnya NPL. Adanya krisis keuangan global memberi dampak buruk terhadap kinerja perbankan. Pada tahun 2014 kinerja perbankan mengalami perlambatan, pertumbuhan kredit di Indonesia hingga akhir 2014 hanya di kisaran 15,3 - 16,6. Angka ini jauh dibawah yang ditargetkan, yakni dikisaran 20,8. Hal itu menunjukkan potensi risiko kredit yang masih akan terjadi hingga tahun 2015. Pada tahun 2015 pun terjadi perlambatan pertumbuhan kredit dan muncul kesulitan likuiditas perbankan. Dampak krisis keuangan global tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja perbankan secara keseluruhan. Universitas Sumatera Utara