Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam Aktivitas Belajar antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten Simalungun.

(1)

PERBEDAAN CARA MENGATASI STRES DALAM

AKTIVITAS BELAJAR ANTARA REMAJA LAKI-LAKI

DAN PEREMPUAN DI SMA PLUS PEMATANG RAYA

KABUPATEN SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh

CHRISTINA SINAGA

091121013

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam Aktivitas Belajar antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten Simalungun

Nama Mahasiswa : Christina Sinaga NIM : 091121013 Jurusan : Keperawatan Tahun : 2011

ABSTRAK

Stres merupakan fenomena universal, dimana semua orang mengalaminya, demikian juga dengan remaja. Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komperatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 12 SMA Plus Pematang Raya yang diambil sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan, dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Untuk mengetahui perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan digunakan uji T independendent/t test. Hasil penelitian ini menyatakan tidak adanya perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan dengan nilai signifikansi p = 0,018 (p < 0,05). Dengan demikian diharapkan perawat mampu memberi pendidikan kesehatan pada remaja agar dapat mengatasi stres dengan koping yang adaptif baik kepada remaja laki-laki dan perempuan.


(4)

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam aktivitas belajar antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata M. Kes , selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Farida Linda Sari Siregar, M.Kep selaku pembimbing I yang selama ini telah membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Iwan Rusdi selaku pembimbing II yang juga telah membimbing

penulis dalam penyusunan dan penyelesaian skipsi ini.

4. Ibu Jenny Marlindawani Purba,S.Kp, MNS selaku penguji skipsi yang telah memberi kritik dan saran untuk perbaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs.Rommel Sinaga selaku kepala sekolah SMA Plus Pematang Raya. 6. Siswa-siswa SMA Plus Pematang Raya Kabupaten Simalungun.

7. Terkhusus buat orangtua, kakak dan adik yang sangat penulis kasihi yang selalu memberikan dukungan spiritual maupun material dan memberikan dorongan semangat selama penyusunan skripsi ini.


(5)

8. Buat seseorang yang sangat penulis sayangi yang telah banyak membantu, memberi dukungan dan semangat selama pembuatan skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009 alias nine bie atas kerja sama dan dorongan semangat yang diberikan kepada penulis. Kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril, atau materil penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 8 Januari 2011


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan penelitan ... 4

4. Manfaat penelitian ... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Konsep Remaja ... 6

1.1 Defenisi Remaja ... 6

1.2 Tugas Perkembangan Remaja ... 6

1.3 Ciri – ciri Masa Remaja ... 6

1.4 Perkembangan Intelektual, Moral, Sosial dan Kepribadian ... 8

1.4.1 Perkembangan Intelektual Kognitif ... 8

1.4.2 Perkembangan Moral ... 9

1.4.3 Perkembangan Sosial ... 9

1.4.4 Perkembangan Kepribadian ... 9

2. Konsep Belajar ... 10

2.1 Defenisi ... 10

2.2 Tujuan Belajar ... 10

2.3 Jenis – jenis Aktifitas Belajar ... 11

2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar ... 12

2.4.1 Faktor Intern ... 12

2.4.2 Faktor Ekstern ... 15

3. Konsep Stres ... 17

3.1 Defenisi ... 17

3.2 Reaksi Fisik Terhadap Stres Secara Fisiologis ... 17

3.3 Dampak Stres Terhadap Fisik ... 18

3.4 Penyebab Stres Pada Pelajar ... 21

3.5 Mengatasi Stres ... 21

3.6 Upaya Meningkatkan Kekebalan Terhadap Stres ... 23

Bab 3. Kerangaka Konseptual ... 26

1. Kerangka Penelitian ... 26

2. Defenisi operasional ... 27


(7)

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 32

1. Desain penelitian ... 32

2. Populasi, sampel dan teknik sampling ... 32

2.1 Populasi ... 32

2.2 Sampel ... 32

2.3 Teknik sampling ... 33

3. Lokasi penelitian ... 33

4. Pertimbangan etik ... 33

5. Instrumen penelitian ... 33

6. Uji validitas dan reliabilitas ... 34

6.1 Uji validitas ... 34

6.2 Uji reliabilitas ... 34

7. Pengumpulan data ... 35

8. Analisa data ... 35

Bab 5. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 36

1.Hasil penelitian ... 36

1.1 Data demografi ... 36

1.2 Cara mangatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan ... 37

1.2.1 Meningkatkan keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa 37

1.2.2 Menyalurkan energi melulai kegiatan olahraga ... 38

1.2.3 Mengatasi stres dengan cara melakukan Relaksasi ... 39

1.2.4 Meminta Dukungan teman atau keluarga 1.2.5 Menghindari rutinitas yang membosankan ... 41

1.3 Perbedaan cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan... 42

2.Pembahasan ... 43

2.1 Cara mengatasi stres pada remaja laki-laki ... 43

2.1.1 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara Meningkatkan keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa 43 2.1.2 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara menyalurkan Energi melalaui kegiatan olahraga ... 44

2.1.3 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara melakukan Relaksasi ... 45

2.1.4 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan meminta Dukungan teman atau keluarga ... 45

2.1.5 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara Menghindari rutinitas yang membosankan ... 46

2.2 Cara mengatasi stres pada perempuan ... 46

2.2.1 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara Meningkatkan keimanan pada Tuhan Yang Maha Esa 46 2.2.2 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara menyalurkan Energi melalaui kegiatan olahraga... 47

2.2.3 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara melakukan Relaksasi ... 48 2.2.4 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan meminta


(8)

Dukungan teman atau keluarga ... 48

2.2.5 Berdasarkan cara mengatasi stres dengan cara Menghindari rutinitas yang membosankan ... 49

2.3 Perbedaan cara mengatasi stres pada laki-laki dan Perempuan 49 Bab. 6 Kesimpulan dan Saran ... 51

1 Kesimpulan ... 51

2 Saran ... 52


(9)

Daftar Skema


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa ………...………... 37 Tabel 2 : frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan

perempuan dengan cara menyalurkan energi melalui kegiatan olahraga………... 38 Tabel 3 : Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki

dan perempuan dengan cara melakukan relaksasi ………...………...39 Tabel 4 : Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara meminta dukungan teman atau keluarga ………... 40 Tabel 5 : Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki

dan perempuan dengan cara menghindari rutinitas yang membosankan...………. 41


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Responden ... 54

2. Instrumen Penelitian ... 55

3. Uji Reabilitas Perbedaan cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan pe rempuan ... 58

4. Daftar Demografi ... 59

5. Hasil Data Frekuensi Perbedaan cara mengatasi stres dapa remaja laki-laki- dan perempuan ... 60

6. Hasil Uji independen T test ... 62

7. Surat Pengambilan Data ... 62

8. Taksasi Dana ... 63


(12)

Judul : Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam Aktivitas Belajar antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten Simalungun

Nama Mahasiswa : Christina Sinaga NIM : 091121013 Jurusan : Keperawatan Tahun : 2011

ABSTRAK

Stres merupakan fenomena universal, dimana semua orang mengalaminya, demikian juga dengan remaja. Masa remaja merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komperatif yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 12 SMA Plus Pematang Raya yang diambil sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang perempuan, dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Untuk mengetahui perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan digunakan uji T independendent/t test. Hasil penelitian ini menyatakan tidak adanya perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan dengan nilai signifikansi p = 0,018 (p < 0,05). Dengan demikian diharapkan perawat mampu memberi pendidikan kesehatan pada remaja agar dapat mengatasi stres dengan koping yang adaptif baik kepada remaja laki-laki dan perempuan.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Masa remaja sering digambarkan masa yang paling indah, dan tidak terlupakan karena penuh dengan kegembiraan dan tantangan. Namun masa remaja juga identik dengan kata pemberontakan dalam psikologi sendiri sering disebut sebagai masa strom and stress karena banyaknya goncangan-goncangan dan perubahan yangcukup radikal dari masa sebelumnya (Soetjiningsih, 2004).

Menurut Lazarus dan Folkman dalam Santrock, 2003 kondisi stres dapat terjadi bila terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara kemampuan dan tuntutan. Tuntutan merupakan tekanan-tekanan yang tidak dapat diabaikan karena jika tidak dipenuhi, akan menyebabkan konsekuensi yang tidak menyenangkan bagi individu. Tuntutan dapat diartikan sebagai element fisik atau psikososial dari suatu situasi yang harus ditanggapi melalui tindakan fisik atau mental oleh individu, sebagai upaya dalam menyesuaikan diri.

Semakin banyak stresor yang datang, semakin meningkat pula tingkat stres pada remaja. Stres akan berkembang menjadi lebih buruk lagi bahkan depresi apabila tidak melakukan penangan yang tepat. Usaha yang dilakukan individu untuk mengontrol tekanan dikatakan sebagai koping (Omizo dalam Santrok, 2003).


(14)

pada anak-anak yang memang tidak memiliki kesiapan dan kedisiplinan dalam belajar (Elisabeth Scot, 2009). Menurut Baldwin (2002) dalam menghadapi pelajaran yang berat di sekolah menimbulkan stress pada remaja, terutama bagi remaja high school, karena pada saat ini remaja pada umumnya mengalami tekanan untuk mendapat nilai yang baik dan bisa masuk ke universitas favorit.

Stres pada remaja juga disebabkan karena tuntutan dari orangtua dan masyarakat. Orang tua biasanya menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah tanpa melihat kemampuan si anak. Beban berat yang dialami remaja ini dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti sakit kepala, kurangnya nafsu makan, kecemasan yang berlebihan, dan lain-lain.

Dalam belajar, disamping siswa sering mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam psikologi lazim disebut learning plateau. Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar dapat membuat siswa tersebut merasa teleh mubazir usahanya.(Muhibin Syah, 2003).

Banyak penelitian menunjukkan jumlah perempuan yang mengalami depresi dua kali lebih banyak dibandingkan laki-laki (Nolen-Hoeksema, 2001). Bahkan sejumlah penelitian menemukan perempuan tiga kali lebih rentan terhadap depresi dibandingkan laki-laki (Neale, Davis, & Kring, 2004). Hal ini berlaku baik pada depresi ringan, sedang, maupun berat. Perbedaan gender ini ditemukan pada sejumlah negara, suku bangsa, dan seluruh tahap usia dewasa. Menariknya, Angold, Costello, dan Worthman (1998) tidak menemukan perbedaan gender ini pada anak-anak. Namun demikian, sekitar usia 14 atau 15 tahun, depresi pada


(15)

remaja putri mulai meningkat, sedangkan pada remaja putra tetap stabil (Nolen-Hoeksema & Girgus, 1994).

Menurut Baldwin (2002) sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki. remaja perempuan lebih peka terhadap lingkungannya. Menurut penelitian prestasi remaja perempuan lebih baik dari dibanding remaja laki-laki. Nilai mereka lebih baik, mereka juga lebih menonjol. Karena tuntutan dan motivasi mereka lebih tinggi. Akibatnya, remaja perempuan menderita beban psikis yang lebih berat dibandingkan remaja laki-laki.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan di SMA Plus Pematang Raya Kab.Simalungun peneliti menemukan para siswa SMA Plus Pematang Raya sering menunjukkan gejala stres. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain beratnya beban belajar siswa karena kurikulum yang diterapkan kurikulum tingkat satuan pengajaran, seperti biasa ditambah dengan ekstrakurikuler. Jadwal belajar yang begitu padat terkadang membawa stres bagi siswa karena siswa merasa lelah dan jenuh akibat seharian belajar. Kondisi seperti ini ditambah lagi karena siswa tinggal di asrama, dimana mereka harus pandai membagi waktu dalam mengikuti seluruh kegiatan di asrama. Gaya hidup modern, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat membawa tuntutan baru bagi siswa untuk dapat menguasainya dengan cepat dan tepat, sementara banyak orangtua siswa yang selalu menuntut agar anaknya berprestasi di sekolah. Oleh karena itu penting sekali bagi siswa berlatih meningkatkan keterampilan manajemen stres


(16)

hari. Baik pihak sekolah juga sebaiknya memberi keterampilan untuk manajemen stress yang baik dalam aktivitas belajar.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka pertanyaan yang timbul adalah : “apakah ada perbedaan cara mengatasi stress dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya Kab.Simalungun?

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka pertanyaan yang timbul adalah : “ Apakah ada perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya Kabupaten Simalungun?”.

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan.

3.2 Tujuan Khusus

3.2.1 Untuk mengidentifikasi cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar pada remaja laki-laki.

3.2.2 Untuk mengidentifikasi cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar pada remaja perempuan.


(17)

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu keperawatan anak khususnya yang terkait dengan perbedaan cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan

4.2 Bagi pratik Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada remaja. Penilaian perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar dapat dijadikan sebagai data di keperawatan komunitas untuk melakukan penanganan stress pada remaja.

4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk melakukan peneletian lebih lanjut terkait dengan stress pada remaja.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Remaja 1.1 Defenisi Remaja

Remaja adalah bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki (soetjiningsih, 2004). Remaja adalah periode perubahan dari masa anak-anak dan masa dewasa (10-24 tahun) (ICPD, 1994).

1.2 Tugas Perkembangan Remaja

1. Memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan

2. Memperoleh peranan sosial

3. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif

4. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya 5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri

6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan 7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga

8. Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup (Soetjiningsih, 2004).

1.3 Ciri-ciri Masa Remaja

1. Masa Remaja Sebagai Periode yang Penting

Ada beberapa periode yang lebih penting daripada lainnya, karena akibatnya yang langsung terhadap sikap dan perilaku dan ada lagi yang penting karena


(19)

akibat-akibat jangka panjang penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada lagi karena akibat periode remaja kedua-duanya sama penting.

2. Masa Remaja sebagai Masa Peralihan

Peralihan tidak terputus dengan atau berubah dariapa yang terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa

3. Masa Remaja sebagai Periode Perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik selama awal masa remaja ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat. Perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun. 4. Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas.

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun perempuan, lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.

5. Masa Remaja sebagai Usia yang Menimbulkan Ketakutan.

Anggapan stereotif budaya bahwa remaja anak-anak yang tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan


(20)

remaja muda takut bertanggung jawab dam bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

6. Masa sebagai Masa yang Tidak Realistik

Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya/kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya.

7. Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa (Hurlock, 1999).

1.4 Perkembangan Intelektual – Moral – Sosial & Kepribadian Remaja 1.4.1 Perkembangan Intelektual/Kognitif

Menurut Piaget, remaja masuk dalam tingkat perkembangan kognitif tertinggipada Tahap Operasional Formal ( analitis kombinatoris)

• Mampu berpikir abstrak

• Memberikan cara baru yang lebih fleksibel untuk memanipulasi informasi. • Mampu menggunakan simbol-simbol dan mampu mempelajari “aljabar dan

kalkulus”.


(21)

1.4.2 Perkembangan Moral

Enam (6) tahapan Perkembangan Moral Kohlberg : • Level 1 : Moral Pra-Konvensional (4 – 10 tahun). Tahap-I : Orientasi terhadap hukuman dan kepatuhan. Tahap-II : Tujuan instrumental saling berganti

• Level 2 : Moral Konvensional (10 – 13 tahun atau lebih).

Tahap-II : Mengutamakan persahabatan, persetujuan oranglain,dan aturan. Menilai baik apa yg menyenangkan dan buruk.

Tahap-IV : Perkembangan hati nurani dan kecemasan sosial.(kesadaran utk mempertahankan aturan)

• Level 3 : Moral Post-Konvensional (remaja awal sampai dgn seterusnya). Tahap-V : Kontak sosial : Melakukan tindakan moral, hak individu, dan

demokrasi berdasarkan pada hukum, kata hati mulai bicara.

Tahap-VI : Prinsip moral universal sudah mengalami internalisasi (tingkah laku moral dikemudikan tanggungjawab batin sendiri).

1.4.3 Perkembangan Sosial

Anna Freud Pada masa remaja berkembang ego defense mechanisme utama, yaitu :

Intelektualisasi seolah olah tahu banyak secara intelektual namun tidak menyelesaikan masalah secara realistik

Ascetism  over control pada hal hal yang berkaitan dengan penampilan diri ( pakaian, makanan dll).


(22)

1.4.4 Perkembangan Kepribadian

Pandangan-pandangan kontemporer tentang perkembangan identitas menyebutkan beberapa pertimbangan penting, yaitu :

• Perkembangan identitas adalah suatu proses yang panjang, dan

• Perkembangan identitas sangat luar biasa kompleks.

Perbedaan Gender dalam Pembentukan Identitas

Banyak peneliti mendukung pendapat Erikson Identitas dan Intimasi pada perempuan berkembang secara bersamaan (intimasi lbh berarti pd anak perempuan)

 Self-Esteem, selama masa remaja berkembang pesat dalam konteks hubungan dengan rekan sebaya (jenis kelamin sama).

Beberapa peneliti menegaskan bahwa remaja wanita memiliki self-esteem yang lebih rendah dari pada remaja pria (akhir masa remaja) namun perbedaannya tipis.

2. Konsep Belajar 2.1 Defenisi

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. (Muhibbin Syah, 2003).

2.2 Tujuan Belajar

1. Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa pengetahuan, sebaliknya kemampuan


(23)

berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang mempunyai kecenderungan lebih besarperkembangannyadi dalam kegiatan belajar.

2. Penanaman konsep dan keterapilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi suatu keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterapilan yang dapat dilihat, diamati sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/ penampilan dari dari anggota tubuh seorang yang sedang belajar. Keterampilan rohani menyangkutpersoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. 3. Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekedar pengajar tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, anak didik/siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktekkan segala sesuatu yang telah dipelajari.

2.3 Jenis-jenis Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dapat digolonngkan dalam beberapa klasifikasi anta lain:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memerhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.


(24)

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional ectivities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar 2.4.1 Faktor Intern

1. Sikap terhadap belajar

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian terhadap sesuatu mengakibatkan sikap menerima atau menolak. Akibat penerimaan, penolakan, atau pengabaian kesempatan belajar tersebut akan berpengaruh pada perkembangan kepribadian.

2. Motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan mengajar.


(25)

3. Konsentrasi belajar

Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.

4. Mengolah bahan belajar

Mengolah bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Kemampuan siswa mengolah bahan pelajaran menjadi baik, bila siswa berpeluang aktif belajar. 5. Menyimpan perolehan hasil belajar

Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan cara perolehan isi pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam waktu pendek dan waktu yang lama. Kemampuan menyimpan dalam waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Kemampuan menyimpan dalam waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa.

6. Menggali hasil belajar yang tersimpan

Menggali hasil belajar yang tersimpan merupakan proses mengaktifkan pesan yang diterima. Dalam hal pesan baru, maka siswa akan memperkuat pesan dengan cara mempelajari kembali, atau mengkaitkannya dengan bahan yang lama. Dalam hal pesan lama, maka siswa akan menggali atau membangkitkan pesan dan pengalaman lama untuk suatu unjuk hasil belajar. Proses menggali pesan lama tersebut dapat berwujud (i) transfer belajar atau (ii) unjuk prestasi belajar.


(26)

7. Kemampuan berprestasi

Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Pada tahap ini membuktikan keberhasilan belajar. Kemampuan berprestasi tersebut terpengaruh oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra-pengolahan, pra-pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk pembangkitan pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi.

8. Rasa percaya diri siswa

Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian “perwujudan diri” yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa.

9. Intelegensi dan keberhasilan belajar

Intelegensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.

10. Kebiasaan belajar

Dalam kegiatan sehari-hari ditemukan adanya kebiasaan belajar yang kurang baik. Kebiasaan belajar tersebut antara lain berupa (i) belajar pada akhir semester, (ii) belajar tidak teratur, (iii) menyia-nyiakan kesempatan belajar, (iv) bersekolah hanya untuk bergengsi, (v) dating terlambat bergaya pemimpin, (vi) bergaya


(27)

jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan (vii) bergaya minta “ belas kasihan” tanpa belajar. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin membelajarkan diri. Suatu pepatah”berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian” dan berbagai petunjuk tokoh teladan, dapat menyadarkan siswa tentang pentingnya belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa.

11. Cita-cita siswa

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan memilki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaiani hal yang cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang sederhana ke yang semakin sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani sesuai dengan kemampuan dirinya sendiri.

2.4.2 Faktor Ekstern

1. Guru sebagai pembina belajar

Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang diajarkannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya. Sebagai pendidik ia memustkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah.


(28)

2. Prasarana dan sarana pembelajaran

Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pembelajaran lainnya. lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik.

3. Kebijakan penilaian

Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan untuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu atau benilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai dating dari orang lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain pembelajaran melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar.

4. Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah

Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai lingkungan sosial siswa. Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesame. Jika seorang siswa terterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya jika ia tertolak maka ia akan merasa tertekan. Pengaruh lingkungan social tersebut berupa hal-hal berikut: (i) pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa akan berakibat memperkuat atau


(29)

memperlemah konsentrasi belajar, (ii) lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun dan damai; sebaliknya mewujud dalam suasana perselisihan, bersaing, salah-menyalahkan, dan cerai berai. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh pada semangat dan proses belajar, (iii) lingkungan sosial di sekolah atau juga di kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar kelas

5. Kurikulum Sekolah

Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum. Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang diberlakukan pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan. Kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.

3. Konsep Stres 3.1 Defenisi

Stres adalah ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental fisik, fisik, emosional dan spiritual manusia, yang suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. (Gilchrest, 2003). Stress adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang tergganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya. (Rasmun, 2004).

3.2 Reaksi fisik terhadap Stres secara fisiologis

 Pupil melebar untuk meningkatkan kewaspadaan visual terhadap adanya ancaman tubuh


(30)

 Pada kulit terjadi peningkatan keringat untuk mengontrol peningkatan suhu tubuh, berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dan kulit menjadi dingin karena kontriksi kapiler darah sebagai efek dari meningkatnya denyut nadi dan retensi air

 Denyut nadi menjadi meningkat untuk membawa nutrient, oksigen dan membawa hasil sisa metabolism tubuh secara efektif

Terjadi peningkatan tekanan darah akibat kontriksi pembuluh darah

 Sekresi urine meningkat akibat retensi air dan garam sebagai efek dari produksi mineral kortikoidsebagai akibat meningkatnya pembuluh darah

 Pernafasan meningkat berhubungan dengan pengembangan dan dilatasi bronkhial yang menimbulkan hiperventilasi paru

 Mulut terasa kering akibat hiperventilasi dan sekresi urine yang meningkat dan peristaltik dapat menurun atau meningkat akibat efek dari saraf simpatis dan parasimpatis sehingga dapat terjadi konstipasi atau diare

 Ketegangan otot meningkat berhubungan dengan pertahanan dan persiapan tubuh

 Gula darah meningkat akibat peningkatan produksi glukokortikoid dan glukoneogenesis.

3.3 Dampak stress terhadap Fisik

 Sakit kepala karena tegang

Ketengan otot merupakan gejala stres nomor satu. Gejala ini mungkin muncul dalam bentuk sakit kepala karena tegang, rahang terkatup, leher kaku, dan nyeri punggung bagian bawah, terjadi akibat kontraksi otot.


(31)

 Sakit kepala migrain

Sakit kepala migrain disebabkan oleh peningkatan aliran darah dan sekresi zat kimia kebagian kepala.

Temporomandibular joint disfunction (TMJ)

Kontraksi yang berulang kali pada otot rahang yang menyebabkan suatu masalah yang disebut temporomandibular joint disfunction (TMJ). Gejalanya meliputi nyeri otot, bunyi bergeletuk saat mengunyah, dan sakit kepala karena tegang serta sakit telinga.

 Ulkus dan kolitis

Ulkus disebabkan oleh sekresi cairan pencernaan yang berlebihan, yang menyebabkan radang dan menghancurkan lapisan dalam lambung. Kolon yang terletak dibawah lambung juga rentan terhadap terjadinya ulkus, yang menyebabkan kolitis. Stres dalam bentuk kecemasan ternyata erat kaitannya dengan ini.

Irritable bowel syndrom

Irritable bowel syndrom ditandai dengan serangan nyeri tekan pada daerah perut, kram, mual, diare, mual, konstipasi, dan buang angin berulang kali, gangguan yang berkaitan dengan stres ini paling sering dihubungkan dengan kecemasan dan depresi.

Insomnia

Tidak dapat tidur merupakan gejala pasti akibat kerja sistem saraf yang berlebihan, dapat menyebabkan rasa gelisah baik di siang maupun malam hari.


(32)

 Asma bronchial

Serangan asma dapat terjadi akibat rasa cemas  Alergi

Reaksi alergi dipicu ketika ada sudstansi asing masuk kedalam tubuh. Dewasa ini diketahui bahwa reaksi alergi lebih sering dam lebih berat apabila seseorang mudah merasa cemas.

Artritis rematoid

Artritis rematoid, penyakit sendi dan jaringan ikat, terjadi jika sendi membengkak, menyebabkan jaringan sendi meradang. Secara khusus, keparahan nyeri artritikberkaitan dengan kejadian stres terutama saat menekan rasa marah.

 Influenza

Ketika pertahanan imun kita lemah, kemungkinan kita akan menyerah dengan virus di sekitar kita. Temuan baru memperkuat pendapat bahwa pilek/flu memang jelas berkaitan dengan stres yang belum tampak.

 Penyakit jantung koroner

Ada dua factor yang berkaitan dengan yang berkaitan dengan respon stres terhadap terjadinya penyakit jantung koroner. Pertama adalah tekanan darah tinggi, kedua adalah pelepasan kortisol dari kelenjar adrenalin, yang diketahui dapat meningkatkan kolestrol dalam darah.

 kanker

Dalam kondisi stres sel-sel mutan mungkin tidak terdeteksi dan berkembang menjadi tumor ganas.


(33)

3.4 Penyebab Stres pada Pelajar

Tekanan orang tua

Orang tua ingin yang terbaik dengan masa depan anaknya. Untuk mencapai nilai terbaik, maka orang tua membebani anak-anaknya dengan berbagai tuntutan. Banyak orang tua tidak menyadari bahwa membantu si anak merasa relaks justru akan menyegarkan pikiran dan membantunya belajar dengan lebih baik. Sebaliknya para orang tua terus membebani anak-anak mereka untuk mendapatkan prestasi terbaik dan memuaskan.

 Tekanan Guru

Sama seperti orang tua, banyak guru ingin siswanya mendapat nilai terbaik. Guru selalu mendorong muridnya untuk unggul dalam pelajaran, terutama jika muridnya berprestasi.

 Tekanan dari Sesama Siswa

Semangat kompetisi akan semakin memanas menjelang ujian sekolah. Setiap siswa berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi terbaik.

 Tekanan dari Diri Sendiri

Siswa berprestasi cenderung menjadi perfeksionis. Sehingga jika suatu kemunduran atau kegagalan terjadi, entah itu nyata atau masih belum terjadi, dapat membuat stres dan depresi.

3.5 Mengatasi stres

1. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa

Individu hendaknya selalu mensyukuri akan apa yang telah dicapai saat ini apa yang dimiliki saat ini, rasa syukur menyebabkan seseorang mempunyai sifat


(34)

sabar, tidak berprasangka buruk pada Tuhan. Selalu berpikir positif jika dihadapkan kepada suatu cobaan, berfikirlah bahwa cobaan yang lebih berat dari yang kita rasakan juga pernah dan sedang dicobakan kepada orang-orang selain dri kita sendiri jadi individu tidak sedang sendirian mengalami cobaan. Dengan demikian dapat berharap bahwa stres/ketengangan psikologis dalam hidup dapat dikurangi.

2. Menyalurkan energi melalui kegiatan olahraga

Olah raga dapat melupakan ketegangan psikologis karena didalam berolah raga terdapat unsur rekreasi. Dengan berolahraga berarti juga dapat meningkatkan kesehatan jasmani, karena energi cadangan yang tersimpan didalam tubuh berupa timbunan lemak dapat terbakar untuk tenaga selama berolah raga, dengan berolah raga semua organ tubuh terstimulasi aktif bekerja.

3. Melakukan relaksasi

Seorang yang mengalami stres dapat mengalami ketengan fisik maupaun psikologis yang langsung ataupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Oleh karena itu relaksasi yang dilakukan dapat mengendorkan ketengan syaraf dan otot selama stres berlangsung.

4. Meminta dukungan dari teman dan keluarga

Dukungan dari teman dan keluarga sangat diperlukan oleh seorang yang mengalami stres dan kecemasan, karena dengan mendapat dukungan dari orang lain seseorang yang mengalami stres dan kecemasan tidak sendirian merasakan masalah yang dihadapinya. Namun demikian seorang yang mengalami stres dan


(35)

kecemasan hendaknya membuka diri meminta pertolongan kepada orang lain, tidak menutup-nutupi masalahnya sendiri.

5. Menghindari rutinitas yang membosankan

Buatlah jadwal kegiatan baru yang lebih bervariasi, untuk menyelesaikan tugas-tugas harian. Untuk menghindari kebosanan, awali sesuatu dengan semangat dengan rasa gembira dan semangat, anggap itu adalah sesuatu yang menyenangkan.

3.6 Upaya Meningkatkan Kekebalan Terhadap Stres

1. Makan

Makanan hendaknya baik dan tidak berlebihan, berhenti makan sebelum kenyang. Jadwal makan hendaknya teratur pagi, siang dan malam dan diusahakan jangan sampai terlambat. Menu makanan hendaknya bervariasi, berimbang, dan hangat. Jumlah kalori makanan hendaknya sedang-sedang saja, jangan berlebihan sehingga mengakibatkan kegemukan; sebaliknya jangan pula kekurangan sehingga mengakibatkan kekurusan.

2. Tidur

Tidur adalah “obat” alamiah yang dapat memuluhkan segala keletihan fisik dan mental. Tidur adalah kebutuhan mutlak bagi kehidupan makhluk hidup, terutama manusia; oleh karena itu jadwal tidur hendaknya teratur. Lamanya tidur yang baik adalah antara 7-8 jam dalam semalam.

3. Olah raga

Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental, olah raga adalah salah satu cara yang terpat untuk meningkatkan kekebalan tubuh.


(36)

4. Tidak merokok

Tidak merokok adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan serta kekebalan tubuh.

5. Menghindari minuman beralkohol

Tidak meminum minuman keras adalah kebiasaan hidup yang baik bagi kesehatan dan ketahanan serta kekebalan tubuh. Dampak dari minuman keras dapat mengakibatkan gangguan mental dan perilaku dan juga penyakit lever (sirosis hepatis).

6. Menjaga berat badan ideal

Orang dengan berat badan berlebihan (kegemukan/obesitas) atau sebaliknya akan menurunkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap stress. Oleh karena itu berat badan hendaknya seimbang dengan tinggi badan (tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus).

7. Memperluas pergaulan

Manusia adalah mahkluk sosial ; seseorang tidak dapat hidup sendiri atau menyendiri. Untuk meningkarkan daya tahan dan kekebalan tubuh terhadap stress, maka orang hendaknya banyak bergaul, banyak relasi dan teman serta perluas pergaulan sosial

8. Memanfaatkan waktu dengan efisien

Untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental, maka pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat kerja dan pergaulan sosial menjadi amat penting.


(37)

9. Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan

Manusia adalah makhluk fitrah (berke-Tuhan-an) dan karenanya memerlukan pemenuhan kebutuhan dasar spiritual. Maka manusia perlu meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.

10. Rekreasi

Guna memebaskan diri dari kejenuhan pekerjaan atau kehidupan yang monoton, maka meluangkan waktu untuk rekreasi atau mencari hiburan amatlah baik guna memulihkan ketahanan dan kekebalan fisik maupun mental.

11. Sosial ekonomi (keuangan)

Seseorang hendaknya dapat mengatur keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran belanja jangan sampai terjadi sebagaimana peribahasa mengatakan “lebih besar pasak dari pada tiang”.


(38)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian yang dilakukan pada penelitian ini menggambarkan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar pada siswa-siswa di SMA Plus Pematang Raya Kabupaten Simalungun yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah cara mengatasi stres.

Gambar skema 1

Cara Mengatasi Stres pada Remaja Laki-laki

1. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa

2. Menyalurkan energi melalui kegiatan olahraga

3. Melakukan relaksasi

4. Meminta dukungan dari teman dan keluarga

5. Menghindari rutinitas yang membosankan

Cara Mengatasi Stres pada Remaja Perempuan

1. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa

2. Menyalurkan energi melalui kegiatan olahraga

3. Melakukan relaksasi

4. Meminta dukungan dari teman dan keluarga

5. Menghindari rutinitas yang membosankan


(39)

2. Defenisi Operasional

Table 1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur

Skala Hasil Ukur Variabel dalam penelitian ini yaitu cara mengatasi stres

Cara mengatasi stres yaitu Upaya yang dilakukan untuk penyesuaian terhadap kondisi lingkungan yang tidak seimbang. Dapat dilakukan dengan:

1. Meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa

Individu hendaknya selalu mensyukuri akan apa yang telah dicapai saat ini apa yang dimiliki saat ini, rasa syukur menyebabkan seseorang mempunyai sifat sabar, tidak berprasangka buruk pada Tuhan. Selalu berpikir

Kuesio ner dengan jumlah kuesion er 10 pernyat aan Skala Nomi na

Ya = 1 Tidak = 0


(40)

positif jika dihadapkan kepada suatu cobaan, berfikirlah bahwa cobaan yang lebih berat dari yang kita rasakan juga pernah dan sedang dicobakan kepada orang-orang selain dri kita sendiri jadi individu tidak sedang sendirian mengalami cobaan. Dengan demikian dapat berharap bahwa stres/ketengangan

psikologis dalam hidup dapat dikurangi.

2. Menyalurkan energi melalui kegiatan olahraga

Olah raga dapat melupakan ketegangan psikologis karena didalam berolah raga terdapat unsur rekreasi. Dengan berolahraga berarti juga


(41)

dapat meningkatkan kesehatan jasmani, karena energi cadangan yang tersimpan didalam tubuh berupa timbunan lemak dapat terbakar untuk tenaga selama berolah raga, dengan berolah raga semua organ tubuh terstimulasi aktif bekerja. 3. Melakukan relaksasi

Seorang yang mengalami stres dapat mengalami ketengan fisik maupaun psikologis yang langsung ataupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Oleh karena itu relaksasi yang

dilakukan dapat mengendorkan ketengan


(42)

stres berlangsung.

4. Dukungan dari teman dan dukungan sosial keluarga Dukungan dari teman dan

keluarga sangat diperlukan oleh seorang

yang mengalami stres dan kecemasan, karena dengan mendapat dukungan dari orang lain seseorang yang mengalami stres dan kecemasan tidak sendirian merasakan masalah yang dihadapinya. Namun demikian seorang yang mengalami stres dan kecemasan hendaknya membuka diri meminta pertolongan kepada orang lain, tidak menutup-nutupi masalahnya sendiri.

5. Menghindari rutinitas yang membosankan


(43)

Buatlah jadwal kegiatan baru yang lebih bervariasi, untuk menyelesaikan tugas-tugas harian. Untuk menghindari kebosanan, awali sesuatu dengan semangat dengan rasa gembira dan semangat, anggap itu adalah sesuatu yang menyenangkan.

3. Hipotesa

Hipotesa dalam penelitian ini adalah hipotesa alternative (Ha), yaitu: ada perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya.


(44)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskripsi komperatif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membandingkan subjek yang sedang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar pada remaja laki-laki dan perempuan.

2. Populasi, sampel dan teknik sampling 2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswa kelas 12 SMA Plus Pematang Raya Kab.Simalungun dengan jumlah 36 orang.

2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. Dalam penelitian ini yang menjadi sample adalah siswa kelas 12 SMA Plus Pematang Raya dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang, terdiri dari 21 orang perempuan dan 15 orang laki-laki.karena penelitian ini sifatnya membandingkan maka jumlah sampel laki-laki dan perempuan sama jumlahnya, sehingga jumlah sampel yang akan digunakan menjadi 30 siswa yang terdiri dari 15 perempuan dan 15 laki-laki.


(45)

2.3 Tehnik sampling

Tehknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sample yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan.

3. Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten Simalungun, dengan alasan bahwa SMA Plus Pematang Raya merupakan salah satu SMA plus di Sumatera Utara. Memiliki disiplin belajar yang baik dengan disiplin yang ketat serta jadwal belajar yang padat dan siswa-siswanya tinggal di asrama. Penelitan ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangn etik. Setelah mendapat surat izin untuk melaksanakan penelitian dari kepala sekolah SMA Plus Pematang Raya Kab.Simalungun, peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan kuisioner kepada responden yang telah mengisi dan menandatangani lembar persetujuan (informed consent ). Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu saja yang disajikan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner yang telah disusun sendiri oleh peneliti. Jumlah koesioner sebanyak 10 pernyataan.


(46)

6. Uji validitas dan realibilitas 6.1 Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menujukkan kemampuan instrument pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Demspey, 2002). Pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas ini dikonsultasikan kepada ibu Wardiah Daulai M.Kep.

6.2 Uji reliabilitas

Uji reliabilitas instrument adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrument sehingga dapat digunakan untuk penelitian dalam ruang lingkup yang sama. Dalam penelitian ini digunakan reliabilitas konsistensi internal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya pemberian instrument hanya sekali dengan bentuk instrument kepada satu subjek studi (Demspey, 2002).

Uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui berapa besar derajat atau kemampuan alat ukur secara konsisten mengukur sasaran yang akan diukur. Uji reliabilitas menggunakan KR-21 (Kuder & Richardson 21) dengan r tabel 0,6 (Arikunto, 2002), yang dilakukan pada 30 orang dari populasi diluar sampel yang telah ditentukan. Hasil uji reliabilitas instrumen cara mengatasi stres adalah 0,716. Dari hasil tersebut diketahui bahwa r hitung lebih besar dari r tabel berarti instrumen penelitian dinyatakan reliabel.

7. Pengumpulan data


(47)

Sumatera Utara dan ijin dari sekolah SMA Plus Pematang Raya Kab.Simalungun. Pada saat pengumpulan data, sebelumnya peneliti meminta kesediaan kepada responden untuk mengikuti penelitian dan bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

Cara yang dilakukan adalah dengan meminta responden mengisi lembar kuesioner dan diberi waktu selama 15 menit. Responden diberi kesempatan bertanya selama pertanyaan yang ada dalam kuisioner. Setelah responden mengisi seluruh kuisioner peneletian, peneliti terlebih dahulu memeriksa kelengkapan jawaban responden sesuai dengan pertanyaan kuesioner kemudian seluruh data dikumpulkan untuk dianalisa.

8. Analisa data

Setelah semua data terkumpul, analisa data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu pertama editing yaitu memeriksa kembali semua data yakni data responden dan memastikan jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. tahap kedua coding yaitu member kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah saat membuat tabulasi. Selanjutnya tahap yang ketiga entri yaitu memasukkan data kedalam program analisa statistik pada computer. Tahap keempat adalah melakuakan cleaning yaitu mengecek ulang kelengkapan data dengan menggunakan bantuan komputer. Tahap kelima saving yaitu penyimpanan data untuk siap dianalisis.

Ada tidaknya perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan dalam penelitian diuji dengan menggunakan uji t independen/t test. Nilai signifikan p < 0.05 artinya nilai menunjukkan ada perbedaan.


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbedaan cara mengatasi stress dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya Kabupaten Simalungun terhadap 30 orang responden yang terdiri dari 15 responden laki-laki dan 15 responden perempuan. Penyajian data meliputi data demografi, distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki, distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi pada remaja perempuan serta perbedaan cara mengasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya.

1. Hasil Penelitian 1.1 Data Demografi

Hasil data demografi pada remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya sebanyak 30 responden yang terdiri dari 15 responden laki-laki dan 15 responden perempuan yang dipilih menjadi subjek penelitian dengan karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan yang berpendidikan kelas 12 SMA.

Jenis kelamin Frekuensi Persentase %

Laki-laki 15 50


(49)

1.2 Cara Mengatasi Stres pada Remaja Laki-laki dan Perempuan 1.2.1 Meningkatkan Keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa

Table 1 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang

Maha Esa

No Pernyataan Laki-laki Perempuan Frekue

nsi

Persent ase

Freku ensi

Perse ntase 1 Saya selalu mensyukuri setiap

masalah yang saya hadapi dalam belajar karena hal tersebut akan membuat saya menjadi lebih sabar menghadapi masalah dalam belajar yang terjadi pada saya.

12 80 12 80

2 Saya akan berpikir positif jika dihadapkan pada suatu masalah dalam belajar karena saya yakin bahwa Tuhan akan memampukan saya untuk menghadapinya.

12 80 12 80

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 80,00% laki-laki dan 80% perempuan mengatasi stres dengan mensyukuri setiap masalah yang dihadapi dalam belajar, dan 80,00% laki-laki serta 80% perempuan mengatasi stres dengan berpikir positif jika dihadapkan pada suatu masalah dalam belajar. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada table 1.


(50)

1.2.2 Menyalurkan Energi Melalui Kegiatan Olahraga

Table 2 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara menyalurkan energi melalui kegiatan olahraga

No Pernyataan Laki-laki Perempuan Freku

ensi

Perse ntase

Freku ensi

Perse ntase 1 Dengan berolahraga saya dapat

melupakan sejenak masalah dalam aktivitas belajar yang saya alami, sehingga saya bisa berpikir lebih tenang untuk mencari solusinya

13 86,67 12 80

2 Dengan berolahraga tubuh saya akan terasa lebih segar dan bugar, sehingga saya merasa lebih kuat dan siap untuk mengikuti pelajaran yang terasa sulit bagi saya

13 86,67 11 73,33

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 86,67% laki-laki dan 80% perempuan mengatasi stres dengan cara berolahraga yang dapat membuat responden melupakan sejenak masalah dalam aktivitas belajar yang sedang dialami , dan 86,67 % laki-laki dan 73,33% mengatasi stres dengan cara berolahraga agar tubuh terasa lebih segar dan bugar. Selengkapnya dapat dilihat


(51)

1.2.3 Mengatasi Stres dengan Cara Melakukan Relaksasi

Table 3 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara melakukan relaksasi

No Pernyataan Laki-laki Perempuan Frekue

nsi

Persent ase

Freku ensi

Perse ntase 1 Jika saya sedang mengalami stres

karena ada kesulitan dalam belajar, saya akan melakukan tarik nafas dalam hingga membuat saya merasa lebih rileks

12 80 11 73,33

2 Jika saya sedang mengalami stres dalam belajar, saya akan melakukan relaksasi seperti rebahan di tempat tidur atau meminta teman untuk memijat kepala saya, dan saya akan merasa lebih baik dari sebelumnya

11 73,33 12 80

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 80,00% laki-laki dan 73,33% mengatasi stres dengan cara melakukan tarik nafas dalam, dan 73,33% laki-laki serta 80,00% perempuan mengatasi stres dengan cara melakukan relaksasi seperti rebahan di tempat tidur atau meminta teman untuk memijat kepala. Selengkapnya


(52)

1.2.4 Meminta Dukungan Teman atau Keluarga

Table 4 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara meminta dukungan teman atau keluarga

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 73,33% laki-laki dan 93,33% perempuan mengatasi stres dengan cara curhat pada teman, dan 80,00% laki-laki serta 86,67% perempuan mengatasi stres dengan cara berceritera kepada keluarga. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.

No Pernyataan Laki-laki Perempuan Freku

ensi

Perse ntase

Frekue nsi

Perse ntase 1 Dalam keadaan stres karena

mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran saya senang curhat pada teman sekelas untuk meminta bantuan memberi saran

11 73,33 14 93,33

2 Berceritera kepada keluarga (orangtua, kakak, adik, dll ) yang saya anggap dapat mengerti jika saya mempunyai masalah dalam aktivitas belajar, akan membuat saya merasa lebih tenang dan merasa lebih nyaman


(53)

1.2.5 Berdasarkan Cara Mengatasi Stres dengan Cara Menghindari Rutinitas yang Membosankan

Table 5 Distribusi frekuensi dan persentase cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan dengan cara menghindari rutinitas yang membosankan

No Pernyataan Laki-laki Perempuan Freku

ensi

Perse ntase

Freku ensi

Perse ntase 1 Saya selalu mensyukuri setiap masalah

yang saya hadapi dalam belajar karena hal tersebut akan membuat saya menjadi lebih sabar menghadapi masalah dalam belajar yang terjadi pada saya

13 86,67 12 80

2 Saya akan berpikir positif jika dihadapkan pada suatu masalah dalam belajar karena saya yakin bahwa Tuhan akan memampukan saya untuk menghadapinya.

13 86,67 13 86,67

Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa 86,67% laki-laki dan 80,00% perempuan mengatasi stres dengan cara membuat jadwal belajar yang lebih bervariasi, dan 86,67% laki-laki serta 86,67% perempuan mengatasi stres dengan cara mengawali segala sesuatu dengan rasa gembira. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.


(54)

1.3 Perbedaan Cara Mengatasi Stres pada Remaja Laki-laki dan Perempuan

Adapun perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya hanya sedikit, karena perbedaannya sangat tipis yaitu pada remaja laki-laki cara mengatasi stres yang paling disukai yaitu dengan melakukan olahraga terbukti dengan hasil persentase nya yang tinggi yaitu 86,67%. Sedangkan cara mengatasi stres yang paling disukai oleh remaja perempuan yaitu dengan meminta dukungan dari teman atau keluarga hal ini terbukti dengan hasil persentase nya yang paling tinggi yaitu 93,33%. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan di asrama yang merupakan tempat tinggal mereka sehari-hari selama selama masih duduk di bangku sekolah menengah atas, yang mana ruang lingkup mereka sangat sempit dan pergerakannya juga tidak banyak. Mereka harus mengikuti dan mematuhi semua jadwal dan peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah, Sehingga cara mereka untuk mengatasi stres pun banyak kesamaan dan hanya sedikit perbedaannya.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji independen t test diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan p = 0,815 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa tidak ada perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karena mereka tinggal dalam lingkungan yang sama yaitu di lingkungan asrama sehingga yang ruang geraknya tidak banyak, mereka juga mengikuti segala kegiatan


(55)

bersama-sama yaitu mengikuti peraturan sekolah dan asrama. Sehingga sumber stres yang dialami dalam aktivitas belajar juga tidak jauh berbeda dan cara mengatasinya juga dengan cara yang sama.

Hal ini sesuai dengan pendapat Haarr & Morash, 1999 yang mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki menggunakan beragam strategi yang sama untuk menghadapi stres.

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang perbedaan cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya.

2.1 Cara Mengatasi Stres pada Remaja Laki-laki

2.1.1 Berdasarkan Meningkatkan Keimanan Kepada Tuhan yang Maha Esa

Hasil penelitian mengenai stres remaja laki-laki yang telah dilakukan terhadap 15 orang responden di SMA Plus Pematang Raya, diperoleh hasil bahwa cara mengatasi stres pada remaja berdasarkan meningkatkan keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa 80,00 % responden mengatasi stres dengan mensyukuri setiap masalah yang dihadapi dalam belajar karena hal tersebut akan membuat responden menjadi lebih sabar menghadapi masalah yang terjadi, dan 80,00% responden mengatasi stres dengan berpikir positif jika dihadapkan pada suatu masalah dalam belajar karena yakin bahwa Tuhan akan memampukan untuk menghadapinya.


(56)

agama masin-masing, aspek ini memungkinkan secara emosional remaja merasa tidak kesulitan dalam menjalani masa peralihan. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2005), yang menyatakan bahwa religi merupakan bagian yang cukup penting dalam perkembangan jiwa remaja. Sama hal nya menurut pendapat William seorang ahli filosofi Amerika juga ahli jiwa secara jujur mengatakan bahwa ”tidak dapat diragukan lagi bahwa sebagai terapi terbaik bagi keresahan dan kecemasan ialah iman kepada Tuhan. Iman kepada Tuhan merupakan salah satu kekuatan yang harus dipenuhi untuk menopang seseorang dalam hidup.

2.1.2 Berdasarkan Menyalurkan Energi Melalui Kegiatan Olahraga

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja laki-laki diperoleh data bahwa 86,67 % responden mengatasi stres dengan cara berolahraga yang dapat membuat responden melupakan sejenak masalah dalam aktivitas belajar yang sedang dialami , sehingga responden bisa berpikir lebih tenang untuk mencari solusinya, dan 86,67 % responden mengatasi stres dengan cara berolahraga agar tubuh terasa lebih segar dan bugar, sehingga reponden merasa lebih kuat dan siap untuk mengikuti pelajaran yang terasa sulit sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Moorehead and Griffin (1995) yang mengatakan bahwa salah satu cara menurunkan stres yang efektif adalah melalui olah raga. Hasil penelitiannya juga menunjukan bahwa orang yang berolah raga secara teratur merasa tekanan darahnya dari stres menurun dan percaya dirinya meningkat. Dan hal yang sama dikemukakan oleh Grant yang mengatakan bahwa dengan berolahraga juga dapat mengurangi atau menghilangkan rasa stres yang menyelimuti diri seseorang karena menurutnya olah raga memberi banyak


(57)

manfaat seperti menghilangkan tekanan emosional, membantu memecahkan masalah secara kreatif, menumbuhkan harga diri, melahirkan kemampuan mengendalikan gejolak internal diri dan masih banyak manfaat lainnya.

2.1.3 Berdasarkan Melakukan Relaksasi

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja laki-laki diperoleh data bahwa 80,00 % responden mengatasi stres dengan cara melakukan tarik nafas dalam hingga membuat responden merasa lebih rileks, dan 73,33 % responden mengatasi stres dengan cara melakukan relaksasi seperti rebahan di tempat tidur atau meminta teman untuk memijat kepala, dan responden akan merasa lebih baik dari sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kreitner dan Kinichi (1995) dalam bukunya yang berjudul “Organizational Behavior” menjelaskan bahwa teknik pengendalian stress ialah muscle relaxation, biofeedback, dan meditation. Mereka mengatakan bahwa relaksasi adalah sebuah cara efektif untuk mengembalikan dan memperoleh ketenangan pikiran dan kondisi fisik yang santai.

2.1.4 Berdasarkan Meminta Dukungan Teman atau Keluarga

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja laki-laki diperoleh data bahwa 73,33 % responden mengatasi stres dengan cara curhat pada teman sekelas untuk meminta bantuan memberi saran atau dukungan, dan 80,00 % responden mengatasi stres dengan cara berceritera kepada keluarga (orangtua, kakak, adik, dll ) yang dianggap responden dapat mengerti masalah dalam aktivitas belajar, sehingga membuat responden merasa lebih tenang dan merasa lebih nyaman.


(58)

Berbeda dengan pendapat Baldwin (2002) yang mengatakan bahwa stres pada remaja juga disebabkan karena tuntutan dari orangtua dan masyarakat. Orang tua biasanya menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah tanpa melihat kemampuan si anak.

2.1.5 Berdasarkan Menghindari Rutinitas yang Membosankan

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja laki-laki diperoleh data bahwa 86,67 % responden mengatasi stres dengan cara membuat jadwal baru untuk jam belajar yang lebih bervariasi untuk menghindari kejenuhan sehingga dapat mengurangi stres yang dialami, dan 86,67 % responden mengatasi stres dengan cara mengawali segala sesuatu dengan rasa gembira dan semangat dan menganggap belajar adalah sesuatu pekerjaan yang menyenangkan sehingga dapat mengurangi masalah belajar yang dirasakan oleh responden.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa dengan membuat jadwal kegiatan baru yang lebih bervariasi, untuk menyelesaikan tugas-tugas harian dapat mengurangi kebosanan atau kejenuhan sehingga dapat mengurangi stress Kusnadi (2003).

2.2 Cara Mengatasi Stres Pada Remaja Perempuan

2.2.1 Berdasarkan Meningkatkan Keimanan kepada Tuhan yang Maha Esa

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja perempuan diperoleh data bahwa 80,00 % responden mengatasi stres dengan mensyukuri setiap masalah yang dihadapi dalam belajar karena hal tersebut akan membuat responden menjadi lebih sabar menghadapi masalah yang terjadi, dan 80,00% responden mengatasi stres dengan berpikir positif jika dihadapkan pada suatu masalah dalam belajar


(59)

karena yakin bahwa Tuhan akan memampukan untuk menghadapinya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh aspek religi (aspek spiritual) remaja, dimana semua responden memiliki keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai agama masin-masing, aspek ini memungkinkan secara emosional remaja merasa tidak kesulitan dalam menjalani masa peralihan. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2005), yang menyatakan bahwa religi merupakan bagian yang cukup penting dalam perkembangan jiwa remaja. Sama hal nya menurut pendapat William seorang ahli filosofi Amerika juga ahli jiwa secara jujur mengatakan bahwa ”tidak dapat diragukan lagi bahwa sebagai terapi terbaik bagi keresahan dan kecemasan ialah iman kepada Tuhan. Iman kepada Tuhan merupakan salah satu kekuatan yang harus dipenuhi untuk menopang seseorang dalam hidup.

2.2.2 Berdasarkan Menyalurkan Energi Melalui Kegiatan Olahraga

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja perempuan diperoleh data bahwa 80,00 % responden mengatasi stres dengan cara berolahraga yang dapat membuat responden melupakan sejenak masalah dalam aktivitas belajar yang sedang dialami , sehingga responden bisa berpikir lebih tenang untuk mencari solusinya, dan 73,33 % responden mengatasi stres dengan cara berolahraga agar tubuh terasa lebih segar dan bugar, sehingga reponden merasa lebih kuat dan siap untuk mengikuti pelajaran yang terasa sulit sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Moorehead and Griffin (1995) yang mengatakan bahwa salah satu cara menurunkan stres yang efektif adalah melalui olah raga. Hasil penelitiannya juga menunjukan bahwa orang yang berolah raga secara teratur merasa tekanan darahnya dari stres menurun dan percaya dirinya


(60)

meningkat. Dan hal yang sama dikemukakan oleh Grant yang mengatakan bahwa dengan berolahraga juga dapat mengurangi atau menghilangkan rasa stres yang menyelimuti diri seseorang karena menurutnya olah raga memberi banyak manfaat seperti menghilangkan tekanan emosional, membantu memecahkan masalah secara kreatif, menumbuhkan harga diri, melahirkan kemampuan mengendalikan gejolak internal diri dan masih banyak manfaat lainnya.

2.2.3 Berdasarkan Melakukan Relaksasi

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja perempuan diperoleh data bahwa 73,33 % responden mengatasi stres dengan cara melakukan tarik nafas dalam hingga membuat responden merasa lebih rileks, dan 80,00 % responden mengatasi stres dengan cara melakukan relaksasi seperti rebahan di tempat tidur atau meminta teman untuk memijat kepala, dan responden akan merasa lebih baik dari sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Kreitner dan Kinichi (1995) dalam bukunya yang berjudul “Organizational Behavior” menjelaskan bahwa teknik pengendalian stress ialah muscle relaxation, biofeedback, dan meditation. Mereka mengatakan bahwa relaksasi adalah sebuah cara efektif untuk mengembalikan dan memperoleh ketenangan pikiran dan kondisi fisik yang santai.

2.2.4 Berdasarkan Meminta Dukungan Teman atau Keluarga

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja perempuan diperoleh data bahwa 93,33 % responden mengatasi stres dengan cara curhat pada teman sekelas untuk meminta bantuan memberi saran atau dukungan, dan 86,67 % responden mengatasi stres dengan cara berceritera kepada keluarga (orangtua, kakak, adik,


(61)

dll ) yang dianggap responden dapat mengerti masalah dalam aktivitas belajar, sehingga membuat responden merasa lebih tenang dan merasa lebih nyaman.

Berbeda dengan pendapat Baldwin (2002) yang mengatakan bahwa stres pada remaja juga disebabkan karena tuntutan dari orangtua dan masyarakat. Orang tua biasanya menuntut anaknya untuk mempunyai nilai yang bagus di sekolah tanpa melihat kemampuan si anak.

2.2.5 Berdasarkan Menghindari Rutinitas yang Membosankan

Dari hasil penelitian dengan 15 responden remaja perempuan diperoleh data bahwa 80,00 % responden mengatasi stres dengan cara membuat jadwal baru untuk jam belajar yang lebih bervariasi untuk menghindari kejenuhan sehingga dapat mengurangi stres yang dialami, dan 80,00 % responden mengatasi stres dengan cara mengawali segala sesuatu dengan rasa gembira dan semangat dan menganggap belajar adalah sesuatu pekerjaan yang menyenangkan sehingga dapat mengurangi masalah belajar yang dirasakan oleh responden.

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang mengatakan bahwa dengan membuat jadwal kegiatan baru yang lebih bervariasi, untuk menyelesaikan tugas-tugas harian dapat mengurangi kebosanan atau kejenuhan sehingga dapat mengurangi stress Kusnadi (2003).

2.3 Perbedaan Cara Mengatasi Stres pada Remaja Laki-laki dan Perempuan

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji independen t test diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan p = 0,815 (p >


(62)

0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ditolak, artinya bahwa tidak ada perbedaan cara mengatasi stres antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tahap-tahap perkembangan remaja yang sama baik pada remaja laki-laki maupun perempuan, seperti perkembangan intelektual, moral, sosial dan kepribadian remaja.

Hal ini sesuai dengan pendapat Haarr & Morash, 1999 yang mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki menggunakan beragam strategi yang sama untuk menghadapi stres. Sedangkan menurut pendapat Baldwin (2002) sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki. remaja perempuan lebih peka terhadap lingkungannya. Menurut penelitian prestasi remaja perempuan lebih baik dibanding remaja laki-laki. Nilai mereka lebih baik, mereka juga lebih menonjol. Karena tuntutan dan motivasi mereka lebih tinggi. Akibatnya, remaja perempuan menderita beban psikis yang lebih berat dibandingkan remaja laki-laki


(63)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar pada remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya kabupaten Simalungun. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 12 SMA Plus Pematang Raya yang berjumlah 30 orang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 15 orang remaja perempuan.

Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji independen t test diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan p = 0,815 (p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesa penelitian ini ditolak, artinya bahwa tidak ada perbedaan cara mengatasi stres dalam aktivitas belajar antara remaja laki-laki dan perempuan di SMA Plus Pematang Raya. Adapun perbedaannya hanya sedikit yaitu remaja lebih menyukai olahraga sedangkan remaja perempuan lebih menyukai berbagi dengan keluarga atau teman. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan di asrama yang merupakan tempat tinggal mereka sehari-hari selama selama duduk di sekolah menengah atas, yang mana ruang lingkup mereka sangat sempit dan pergerakannya juga tidak banyak. Mereka harus mengikuti dan mematuhi semua jadwal dan peraturan yang telah ditetapkan oleh sekolah. Sehingga dalam mengatasi stres remaja laki-laki maupun remaja perempuan lebih banyak melakukan cara yang sama.


(64)

2. Saran

1. Untuk pendidikan keperawatan

Untuk pendidikan keperawatan perlu diajarkan cara mengatasi stres pada remaja, remaja laki-laki dan perempuan sehingga dari pengetahuan tersebut perawat mampu memberi asuhan keperawatan yang optimal bagi remaja.

2. Untuk praktek keperawatan

Dalam praktek keperawatan perlu mempertimbangkan untuk memberi pendidikan kesehatan pada remaja mengenai cara mengatasi stres dengan koping adaptif. 3. Untuk penelitian keperawatan

Pada penelitian selanjutnya perlu dipertimbangkan jumlah sampel yang lebih banyak dan tidak hanya di satu tempat. Selain itu, peneliti selanjutnya perlu mengidentifikasi lebih lanjut mengenai perbedaan cara mengatasi stres pada remaja laki-laki dan perempuan.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : suatu pendekatan praktik revisi VI. Jakarta: PT Rineka Cipta

Anwar Q. (2003). Manajemen Stress Menurut Pandangan Islam. Jakarta: PT AL-Mawardi Prima

Budiningsih Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: PT Rineka Cipta

Dempsey, P. A. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4., Jakarta: EGC

Dimyati. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta

Hawari Dadang. (2004). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi penelitian Kesehatan, Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam, (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Teses dan Instumen Penelitian, Edisi 1., Jakarta: Salemba Medika.

Sarwono, S. W. (2010). Psikologi Remaja, Edisi Revisi., Jakarta: PT Raja Grafindo.

Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.


(66)

Lampiran 1 No.Responden:………..

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN PERBEDAAN CARA

MENGATASI STRES DALAM AKTIVITAS BELAJAR ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN

PEREMPUAN DI SMA NEGERI 1 RAYA KAB. SIMALUNGUN

Saya yang bernama Christina Sinaga/091121013 adalah mahasiswi Ilmu Keperawatan USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Perbedaan Cara Mengatasi Stres dalam Aktivitas Belajar antara Remaja Laki-laki dan Perempuan di SMA Plus Pematang Raya”.

Penelitian ini salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Fakultas Keperawatan USU Medan. Selanjutnya saya mohon kesedian adik-adik untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan adik-adik.

Identitas adik-adik dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Terima kasih atas partisipasinya.

Medan, April 2010

Peneliti, Responden


(67)

Lampiran 2

Instrument Penelitian

Nama :

Jenis kelamin :

Tanggal/waktu :

Petunjuk pengisian

1. Bacalah pernyataan – pernyataan berikut dengan baik, kemudian berilah tanda checklist ( ) pada kolom yang disediakan sesuai dengan kondisi anda 2. Jawablah pernyataan – pernyataan berikut dengan sejujurnya dan peneliti

menjamin kerahasiaan atas jawaban anda 3. Tiap pernyataan diisi dengan satu jawaban.


(68)

Kuesioner cara mengatasi stres

Berikut ini merupakan hal – hal yang biasa saya lakukan ketika saya sedang menghadapi masalah dan mengalami stres

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya selalu mensyukuri setiap masalah yang saya hadapi dalam belajar karena hal tersebut akan membuat saya menjadi lebih sabar menghadapi masalah dalam belajar yang terjadi pada saya.

2 Saya akan berpikir positif jika dihadapkan pada suatu masalah dalam belajar karena saya yakin bahwa Tuhan akan memampukan saya untuk menghadapinya.

3 Dengan berolahraga saya dapat melupakan sejenak masalah dalam aktivitas belajar yang saya alami, sehingga saya bisa berpikir lebih tenang untuk mencari solusinya

4 Dengan berolahraga tubuh saya akan terasa lebih segar dan bugar, sehingga saya merasa lebih kuat dan siap untuk mengikuti pelajaran yang terasa sulit bagi saya

5 Jika saya sedang mengalami stres karena ada kesulitan dalam belajar, saya akan melakukan tarik nafas dalam hingga membuat saya merasa lebih rileks


(69)

6 Jika saya sedang mengalami stres dalam belajar, saya akan melakukan relaksasi seperti rebahan di tempat tidur atau meminta teman untuk memijat kepala saya, dan saya akan merasa lebih baik dari sebelumnya

7 Dalam keadaan stres karena mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran saya senang curhat pada teman sekelas untuk meminta bantuan memberi saran atau dukungan kepada saya

8 Berceritera kepada keluarga (orangtua, kakak, adik, dll ) yang saya anggap dapat mengerti jika saya mempunyai masalah dalam aktivitas belajar, akan membuat saya merasa lebih tenang dan merasa lebih nyaman

9 Membuat jadwal baru untuk jam belajar yang lebih bervariasi untuk menghindari kejenuhan sehingga dapat mengurangi stress yang saya alami

10 Mengawali segala sesuatu dengan rasa gembira dan semangat dan menganggap belajar adalah sesuatu pekerjaan yang menyenangkan bagi saya, akan dapat mengurangi masalah belajar yang saya rasakan


(70)

Lampiran 3

Uji reliabilitas

No Nomor Butir

skor total

kuadra t skor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (X) (X)

1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 64

2 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 6 36

3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81

4 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 7 49

5 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 64

6 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 49

7 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 2 4

8 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 3 9

9 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 4 16

10 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 3 9

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100

12 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 3 9

13 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 3 9

14 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 64

15 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 6 36

16 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 4

17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 81

18 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 2 4

19 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 64

20 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 6 36

8 14 8 10 10 15 11 13 13 12 114 788 64 196 64 100 100 225 121 169 169 144 12996


(71)

Lampiran 4

Data demografi

JK

N Valid 30

Missing 0

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 15 50.0 50.0 50.0

PEREMPUAN 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


(72)

Lampiran 5

Hasil Data Frekuensi Perbedaan

1. Hasil data frekuensi laki-laki

Responden laki-laki Nomor - Nomor Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

2 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1

3 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

5 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1

6 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1

7 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0

8 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

9 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

10 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1

11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1

13 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0

14 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1

15 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1

Frekwensi 12 12 13 13 12 11 11 12 13 13

Persentase 80. 00 80. 00 86. 67 86. 67 80. 00 73. 33 73. 33 80. 00 86. 67 86. 67


(73)

2. Hasil data frekuensi perempuan

Responden perempuan

Nomor - Nomor Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1

2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1

3 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0

4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1

9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

10 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

11 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

12 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0

14 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

15 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1

Frekwensi 12 12 12 11 11 12 14 13 12 12

Persentase 80. 00 80. 00 80. 00 73. 33 73. 33 80. 00 93. 33 86. 67 80. 00 80. 00


(1)

2. Hasil data frekuensi perempuan

Responden perempuan

Nomor - Nomor Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1

2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1

3 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0

4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

5 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

8 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1

9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1

10 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1

11 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1

12 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

13 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0

14 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1

15 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1

Frekwensi 12 12 12 11 11 12 14 13 12 12

Persentase 80. 00 80. 00 80. 00 73. 33 73. 33 80. 00 93. 33 86. 67 80. 00 80. 00


(2)

Lampiran 6 T-Test

Group Statistics Jenis

kelamin N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean cara mengatasi stres laki-laki 15 8.1333 .63994 .16523

perempuan 15 8.0667 .88372 .22817

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means 95% Confidence

Interval of the Difference

F Sig. t df

Sig.(2 -tailed) Mea n Diffe renc e Std. Error Differe

nce Lower Up per Cara mengatasi stres Equal variances assumed

.702 .409 .237 28 .815 .066 67

.28172 -.51041 .64 374

Equal

variances not assumed

.237 25.5 16

.815 .066 67

.28172 -.51295 .64 628


(3)

(4)

(5)

Lampiran 8 Taksasi Dana

1. Persiapan skripsi

Biaya print Rp.150.000,-

Perbanyak skripsi Rp. 100.000,-

Biaya internet Rp. 50.000,-

Buku referensi Rp. 200.000,-

2. Pengumpulan data

Izin penelitian Rp. 100.000,-

Biaya instrumen Rp. 100.000,-

Perbanyakan kuesioner Rp. 10.000,-

3. Analisa data dan penyususan perbaikan

Biaya print dan penjilidan Rp. 400.000,-

Penggandaan laporan penelitian Rp. 100.000,-


(6)

Lampiran 9

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Christina Sinaga

Nim : 091121013

Tempat/ Tanggal Lahir : Hutabayu, 24 Desember 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jamin Ginting No.10 Padang Bulan, Medan

Pendidikan :

1. SD Negeri 091537 Hutabayu : Tahun 1994 - 2000

2. SLTP Negeri 1 Hutabayu : Tahun 2000 - 2003

3. SMA Negeri 3 Pematang Siantar : Tahun 2003 - 2006

4. Akademi Keperawatan Medistra Lubuk Pakam : Tahun 2006 - 2009