jantan seperti merokok, sok menggurui teman lain, dan vii bergaya minta “ belas kasihan” tanpa belajar. Hal ini dapat diperbaiki dengan pembinaan disiplin
membelajarkan diri. Suatu pepatah”berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian” dan berbagai petunjuk tokoh teladan, dapat menyadarkan siswa tentang pentingnya
belajar. Pemberian penguat dalam keberhasilan belajar dapat mengurangi kebiasaan kurang baik dan membangkitkan harga diri siswa.
11. Cita-cita siswa
Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu didikan. Didikan memilki cita-cita harus dimulai sejak sekolah dasar cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan
emansipasi diri siswa. Didikan pemilikan dan pencapaiani hal yang cita-cita sebaiknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dimulai dari hal yang
sederhana ke yang semakin sulit. Dengan mengaitkan pemilikan cita-cita dengan kemampuan berprestasi, maka siswa diharapkan berani sesuai dengan kemampuan
dirinya sendiri.
2.4.2 Faktor Ekstern
1. Guru sebagai pembina belajar
Guru adalah pengajar yang mendidik. Ia tidak hanya mengajar bidang studi yang diajarkannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.
Sebagai pendidik ia memustkan perhatian pada kepribadian siswa, khususnya berkenaan dengan kebangkitan belajar. Kebangkitan belajar tersebut merupakan
wujud emansipasi diri siswa. Sebagai guru yang pengajar, ia bertugas mengelola kegiatan belajar siswa di sekolah.
Universitas Sumatera Utara
2. Prasarana dan sarana pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga, ruang ibadah, ruang kesenian, dan peralatan olahraga. Sarana
pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah, dan berbagai media pembelajaran lainnya. lengkapnya prasarana dan
sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. 3.
Kebijakan penilaian Proses belajar mencapai puncaknya pada hasil belajar siswa atau unjuk kerja
siswa. Sebagai suatu hasil maka dengan untuk kerja tersebut, proses belajar berhenti untuk sementara. Dan terjadilah penilaian. Dengan penilaian yang
dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang berharga, bermutu atau benilai. Ukuran tentang hal itu berharga, bermutu, atau bernilai dating dari orang
lain. Dalam penilaian hasil belajar, maka penentu keberhasilan belajar tersebut adalah guru. Guru adalah pemegang kunci pembelajaran. Guru menyusun desain
pembelajaran melaksanakan pembelajaran dan menilai hasil belajar. 4.
Lingkungan Sosial Siswa di Sekolah Siswa-siswa di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal
sebagai lingkungan sosial siswa. Tiap siswa berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh sesame. Jika
seorang siswa terterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya jika ia tertolak maka ia akan merasa tertekan. Pengaruh
lingkungan social tersebut berupa hal-hal berikut: i pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa akan berakibat memperkuat atau
Universitas Sumatera Utara
memperlemah konsentrasi belajar, ii lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun dan damai; sebaliknya mewujud dalam suasana
perselisihan, bersaing, salah-menyalahkan, dan cerai berai. Suasana kejiwaan tersebut berpengaruh pada semangat dan proses belajar, iii lingkungan sosial di
sekolah atau juga di kelas dapat berpengaruh pada semangat belajar kelas 5.
Kurikulum Sekolah Program pembelajaran di sekolah mendasarkan diri pada suatu kurikulum.
Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang diberlakukan pemerintah, atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan
pendidikan. Kurikulum sekolah berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi.
3. Konsep Stres