Penyebab Kemiskinan di Desa Bawamatalu ’o

89

5.4.2 Penyebab Kemiskinan di Desa Bawamatalu ’o

Pada bagian ini peneliti akan mencoba menganalisis penyebab dari mayoritas masyarakat di Desa Bawamatal u‘o masih berada pada kategori keluarga pra sejahtera berdasarkan hasil analisa kondisi sosial –ekonomi masyarakat pada bagian sebelumnya. Mengingat Desa Bawamatal u‘o merupakan desa yang selangkah lebih maju kehidupan masyarakat dan infrastrukturnya dibanding mayoritas desa lain di Nias Selatan serta memiliki potensi wisata budaya yang sudah dikenal oleh masyarakat internasional. Potensi sebagai desa tujuan wisata –budaya yang ramai didatangi oleh wisatawan semestinya berdampak pada membaiknya kehidupan ekonomi masyarakat Desa Bawamatal u‘o. Kenyataannya hanya sebagian kecil masyarakat yang menikmati potensi sumber daya pendapatan tersebut. Sumber daya pariwisata yang ada belum mampu mengakomodasi kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Desa Bawamatal u‘o. Peneliti melihat setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, antara lain : Pertama Perilaku masyarakat Desa Bawamatal u‘o yang tidak peduli akan identitas yang melekat pada desanya sebagai desa tujuan wisata –budaya menjadi masalah pertama. Dalam keseharian masyarakat di Desa Bawamatal u‘o cenderung merusak ―wajah‖ desa ini sebagai desa –budaya. Hal ini tentu semakin lama semakin melunturkan daya tarik keunikan yang sedari dulu terdapat di perkampungan adat ini. Universitas Sumatera Utara 90 Berikut daftar inventaris berbagai persoalan yang berhasil diidentifikasi oleh kepala desa dan para tetua adat di Desa Bawamatal u‘o data sekunder, sumber : Kepala Desa Bawamatalu ’o. Identifikasi berbagai persoalan di Desa Bawamatalu ’o selaku desa wisata– budaya : 1. Atap rumbia diganti seng. 2. Dinding papan tanpa paku diganti papan berpaku danbeton. 3. Rumah adat diganti rumah beton. 4. Design orisinil rumah Adat Nias Selatan dipadukan dengan design rumah Adat Melayu. 5. Kabel listrik tidak beraturan. 6. Jemuran kain menutupi halaman dandijemur di atap rumah. 7. Sampah dibuang sembarangan. 8. Terkesan kotor dan jorok. 9. Menjual dengan cara menyodorkan langsung ke wisatawan. 10. Meminta –minta. 11. Harga tinggi dan bersifat spekulan. 12. Paket budaya liar. 13. Suka mengganggu wisatawan. 14. Guide tidak terlatih dan kasar. Universitas Sumatera Utara 91 Sejumlah permasalahan di atas jelas berdampak negatif terhadap keberlangsungan sosial –ekonomi masyarakat Desa Bawamatalu‘o. Khususnya masyarakat desa yang aktifitas ekonominya sebagai pedagangpenjual, seperti pedagang makanan, pedagang barang kelontong, dan pengrajin sekaligus penjual souvenir. Penurunan jumlah wisatawan berakibat pada berkurangnya konsumen atau pembeli dan penghasilan masyarakat desa profesi pedagang. Berikut keterangan hasil wawancara dengan kepala desa informan kunci mengenai dampak yang ditimbulkan oleh permasalahan yang terdapat di Desa Bawamatal u‘o : “D engan hilangnya keunikan dan keaslian kampung budaya Desa Bawamatal u’o, a kibat yang ditimbulkan adalah penurunan jumlah pengunjung dikarenakan daya tarik yang ditawarkan desa ini mulai berkurang, akhirnya masyarakat profesi pedagang berkurang pembelinya dan penghasilannya. Festival Budaya Bawamatal u’o juga terkena imbasnya, dimana penyelenggaraan di tahun 2014 dan bulan Mei 2015 ini, partisipasi masyarakat dari luar Pulau Nias tidak sebanyak seperti pada penyelenggaraan sebelumnya. Begitu pula wisatawan asing. Sehingga stand – stand jualan yang ada sepi pembeli .” Sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai alasan pertama penyebab kemiskinan mayoritas masyarakat di Desa Bawamatalu ’o dikarenakan oleh “penyebab individual, atau patologis ”. Kemiskinan, penyebab individual, atau patologis adalah melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Universitas Sumatera Utara 92 Kedua Pengelolaan yang tidak baik dan kurangnya keseriusan pemerintah daerah dalam membenahi Desa Bawamatal u‘o sebagai desa tujuan wisata–budaya adalah masalah kedua. Pemerintahan Daerah Nias Selatan memang sudah melakukan pembangunan besar –besaran pasca UNESCO menjadikan Desa Bawamatalu‘o sebagai desa warisan budaya dunia. Namun pembenahan yang bersifat berkelanjutan belum terlihat di Desa Bawamatal u‘o. Contohnya belum ada pembangunan pasar untuk mengakomodasi kegiatan jual –beli masyarakat dan pembangunan museum untuk menambah nilaidaya tarik wisata desa sekaligus menambah pendapatan Desa Bawamatal u‘o. Selain itu, pemerintah daerah belum menyediakan alat transportasi khusus untuk mengakomodasi pengangkutan wisatawan dan membantu mempermudah kegiatan perekonomian masyarakat Desa Bawamatal u‘o. Alat transportasi yang tersedia hanya berupa jenis mobil pengangkut barang, itupun dalam jumlah terbatas dan tidak terjadwal. Hal ini mengakibatkan masyarakat Desa Bawamatalu ‘o mengalami kesulitan untuk menjual hasil tani dan berternaknya. Pada akhirnya penghasilan masyarakat profesi petani dan peternak di Desa Bawamatalu ‘o belum mampu mensejahterakan kehidupan mereka. Di samping itu, belum terlihat inisiatif pemerintah daerah melalui dinas terkait untuk mencanangkan program berupa pemberdayaan masyarakat daerah wisata. Dinas Pariwisata Nias Selatan juga kurang melakukan kegiatan promosi untuk memperkenalkan Desa Bawamatal u‘o sebagai salah satu pilihan tujuan wisata di Kepulauan Nias. Sehingga, baik masyarakat nasional maupun internasional kurang mengenal akan desa wisata –budaya ini. Universitas Sumatera Utara 93 Sehingga dapat ditarik kesimpulan sesuai alasan kedua penyebab kemiskinan mayoritas masyarakat di Desa Bawamatalu ’o dikarenakan oleh “penyebab agensi”. Kemiskinan, penyebab agensi adalah melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Kedua alasan penyebab kemiskinan di Desa Bawamatal u‘o yang diuraikan oleh peneliti di atas, hanya sebatas pada penyebab kemiskinan yang seharusnya tidak terjadi mengingatberhubungan dengan potensi sumber daya pariwisata yang ada di Desa Bawamatal u‘o. Kalau lebih diperluas, akan terlihat lebih banyak lagi alasan– alasan penyebab kemiskinan di Desa Bawamatal u‘o, antara lain : - Tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini terjadi pada semua informan utama dimana status pendidikan terakhir tidak seorang pun sampai ke jenjang perguruan tinggi, Ikaria : Kelas 3 SD, Firmina : Ijazah SMP, Taguikhöu Kelas 4 SD, Budiman : Ijazah SMA. Akibatnya masyarakat Desa Bawamatal u‘o tidak memiliki modal untuk bersaing di dunia kerja formal. - Kesempatan kerja atau lowonganlapangan pekerjaan formal yang terbatas di Kabupaten Nias Selatan. - Peluang pasar untuk berwirausaha di Kabupaten Nias Selatan khususnya di Desa Bawamatal u‘o belum memadai atau tidak potensial. Hal ini diperparah dengan daya beli masyarakat yang kecil. Faktor Pualu Nias yang secara geografis merupakan daerah kepulauan daerah terisolir menjadi penyebabnya. Universitas Sumatera Utara 94 - Terbatasanya infrastruktur penunjang kegiatan perekonomian di Desa Bawamatal u‘o. - Pola pikir masyarakat belum visioner . Contohnya mayoritas masyarakat di Desa Bawamatal u‘o tidak mengenal pentingnya managemen perencanaan keuangan, dan sebagainya untuk mengakomodasi kehidupan keluarga pada masa mendatang. Hal ini memang lumrah dijumpai di masyarakat pedesaan. Universitas Sumatera Utara 95 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan