Informan Utama 3 Profesi Pengrajin dan Tukang

72

5.3.3 Informan Utama 3 Profesi Pengrajin dan Tukang

Informan utama yang ketiga pada penelitian ini merupakan seorang pria yang berprofesi sebagai pengrajin dan tukang bangunan. Ia bernama Taguikhöu Wa ‘u. Sehari-harinya pria berkulit cokelat ini mengerjakan beberapa jenis ukiran untuk kemudian dijajakan di depan rumahnya. Adapun beberapa contoh hasil ukiran pria berusia 53 tahun ini antara lainnya seperti, papan sufing mini, replika mini susunan batu lompatan hom bo’ba tu , buah kalung, gelang, replika minimalis rumah adat Nias, dan sebagainya. Mengenai penghasilan yang ia peroleh dari menjual souvenir bisa mencapai angka 5 juta rupiah per bulannya, namun kalau lagi sepi pembeli ia hanya memperoleh tidak lebih dari 100 ribu rupiah per harinya. Soal banderol harga per item hasil-hasil kerajinan tangannya, ia mengaku mematok harga mulai dari harga 50 ribu-700 ribu rupiah, tergantung jenis souvenir serta tingkat kerumitan pembuatannya. Untuk penghasilan sebagai tukang bangunan ia mengatakan kalau kontrak kerjanya harian makan ia mematok 60 ribu-80 ribu rupiah per harinya, beda lagi kalau sistem borongan tergantung ukuran bangunan, estimasi lamanya pengerjaan dan banyaknya pekerja. Sumber penghasilan keluarga Taguikhöu Wa ‘u tidak hanya berasal dari penjualan souvenir buah keterampilan tangannya saja dan dari pendapatan istrinya yang berdagang barang kelontong, ia juga mempunyai profesi lain sebagai tukang bangunan. Tapi berhubung hampir seluruh masyarakat Desa Bawamatalu ‘o lihai dalam urusan ―memegang martil‖, Taguikhöu banyak mendapatkan pekerjaan sebagai tukang bangunan di kota Telukdalam. Universitas Sumatera Utara 73 Alasan jarak yang jauh dari Desa Bawamatal u‘o ke Kota Telukdalam dan sebaliknya. Membuat ia terpaksa mengeluarkan uang tambahan 50 ribu rupiah per hari hanya untuk biaya ongkos pulang –pergi tempat kerjanya. Sebelum ditasbihkannya Desa Bawamatal u‘o menjadi desa warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tahun 2009 lalu dan berlanjut pembenahan masif pada infrastruktur desa, Taguikhöu mengaku lebih sering menerima tawaran menjadi tukang bagunan sebagai sumber pendapatannya ketimbang membuat souvenir dari kayu. Namun setelahnya, terlebih ia melihat peluang usaha menjual souvenir yang potensial, ia akhirnya memutuskan lebih memfokuskan diri untuk menjadi pengrajin apa lagi mengingat usianya kini yang sudah menginjak 53 tahun. Sehingga ketahanan ekonomi keluarga Taguikhöu kini lebih banyak bergantung pada hasil penjualan souvenir ukirannya. Universitas Sumatera Utara 74

5.3.4 Informan Utama 4 Profesi Nelayan