Enkapsulasi Deasidifikasi Kertas Usaha Perbaikan Koleksi Buku Langka

35 busuk yang timbul dari bahan pustaka, menyegarkan udara ataupun bisa menimbulkan gangguan ataupun penyakit. 28

b. Laminasi

Laminasi berarti menutup satu lembar kertas atau dokumen di antara dua lembar bahan penguat. Cara tersebut cocok dan tepat apabila dipergunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki dengan cara-cara lain seperti menambal, menyambung, penjilidan, dan sebagainya, dengan demikian kertas menjadi bertambah kuat. 29 Laminasi adalah melapisi bahan pustaka dengan kertas khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses keasaman yang terjadi pada kertas, atau bahan pustaka dapat dihentikan oleh pelapis bahan pustaka yang terdiri dari film oplas, kertas cromton, atau kertas pelapis lainnya. Pelapis bahan pustaka ini menahan polusi atau debu yang menempel di bahan pustaka sehingga kertas-kertas yang sudah tidak beroksidasi dengan polutant. Proses laminasi biasanya digunakan untuk menambal, menjilid, menyambung, dan sebagainya. Biasanya kertas atau bahan pustaka yang dilaminasi adalah yang sudah tua, dan berwarna kuning coklat.

c. Enkapsulasi

Menurut Muhamaddin razak dalam bukunya Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip member pengertian tentang enkapsulasi bahwa: 28 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992, h. 39. 29 Ibid, h. 54. 36 “Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menggunakan bahan pelindung untuk menghindarkan dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, rusak karena pengaruh asam, polusi udara, berlubang karena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan atau salah dalam pemakaian seperti menggulung atau melipat atau rusak karena terlalu sering mengalami kerusakan kecil pada bagian pinggirnya lebih baik dienkapsulasi, karena untuk menambal kerusakan itu akan menghabiskan waktu yang terlalu lama. ” 30 Jenis-jenis kertas yang akan dienkapsulasi ini adalah kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, bahan cetakan atau poster. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menempatkannya diantara dua lembar plastik yang transparan, jadi tulisannya tetap bisa dibaca dari luar. Pinggiran plastik tersebut ditempeli lem dari double sided tape 3M, sehingga kertas tidak terlepas. Yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi bahwa dokumen kertas harus bersih, kering dan bebas asam sudah dideasidifikasi, dan perekat pada callotape 3M tidak boleh menyentuh dokumen, serta dokumen yang dienkapsulasi harus dapat dibuka kembali jika diperlukan. 31

d. Deasidifikasi Kertas

Deasidifikasi adalah cara untuk menetralkan asam yang sedang merusak kertas dan memberi bahan penahan buffer untuk melindungi kertas dari pengaruh asam yang berasal dari luar. Asam pada kertas dapat dinetralkan dengan basa, kedua zat ini dapat bereaksi menghasilkan garam netral. Garam ini nanti yang akan bertindak sebagai buffer untuk 30 Ibid, h. 56 31 Ahmad Nawawi. Pelestarian Koleksi Buku Langka di Perpustakaan Kementrian Pekerjaan Umum. Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. h. 47. 37 melindungi kertas dari kerusakan lebih lanjut. Deasidifikasi tidak dapat memperkuat kertas yang sudah rapuh oleh pengaruh asam, cara ini hanya dapat menghiangkan asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari kontaminasi asam dari berbagai sumber. Proses deasidifikasi ini merupakan cara yang hanya dapat menghilangkan asam yang sudah ada dan melindungi kertas dari kontaminasi asam dari berbagai sumber, deasidifikasi tidak dapat memperkuat kertas yang sudah rapuh. Alat-alat yang disebutkan diatas diperlukan untuk menentukan sifat asam atau basa suatu bahan, dengan memakai ukuran derajat keasaman ynag disingkat pH. Asam mempunyai pH antara 0-7 dan basa antara 7-14, pH 7 adalah normal atau netral. Kalau pH kertas lebih dari 7, berarti kertas tersebut sudah bersifat asam, jika pH kertas berada antara 4-5, ini menunjukkan kondisi kertas itu sudah parah. Untuk mengetahui derajat keasaman pada suatu kertas, satu titik pada kertas dibasahi dengan air suling. Kemudian pHnya diukur dengan pH meter atau kertas pH. 32 Sedangkan cara lain dengan menggunakan spidol pH adalah dengan menggoreskan spidol tersebut pada kertas di buku, kemudian kita lihat perubahan warnanya. Selanjutnya kita ukur dengan menggunakan ukuran warna yang menunjukkan tingkat keasamannya, namun cara ini tentunya kurang baik, karena akan meninggalkan bekas warna goresan pada buku. 33 32 Muhammadin Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992,h. 43. 33 Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka , h. 105. 38

e. Alih Media Bentuk