Pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi Pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

(1)

PELESTARIAN BAHAN PUSTAKA DENGAN ENKAPSULASI PADA

PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)

oleh:

Hanifudin Ibrahim

NIM. 1111025100064

PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1436 H / 2015 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

ABSTRAK

Hanifudin Ibrahim NIM. 1111025100064, Pelestarian Bahan Pustaka dengan Enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di bawah bimbingan Nuryudi, S.Ag, SS, MLIS. Program Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan, prosedur, dan mengetahui solusi guna menghadapi kendala-kendala yang dihadapi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan enkapsulasi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan menggunakan metode penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini berjumlah tiga orang yang terdiri atas Kepala Sub. Bidang Perawatan dan Perbaikan dan dua orang Staff Sub. Bidang Perawatan dan Perbaikan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Hasil atau data-data yang diperoleh dianalisis melalui tiga tahapan yaitu dengan cara direduksi, selanjutnya data disajikan dalam bentuk teks naratif dan menarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijabarkan. Hasil observasi dan wawancara peneliti menunjukkan bahwa kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah berjalan. Namun Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis mengenai pelestarian bahan pustaka termasuk di dalamnya enkapsulasi. Prosedur enkapsulasi melalui tiga proses yaitu proses pra enkapsulasi, proses enkapsulasi, dan proses paska enkapsulasi. Solusi yang dilakukan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ialah dengan cara memesan bahan-bahan tersebut jauh sebelum jatuh tempo pelaksanakan enkapsulasi dan petugas yang telah mengerti tentang pelaksanaan enkapsulasi mendampingi petugas yang belum cukup mengerti.

Kata kunci : Pelestarian bahan pustaka, enkapsulasi, Perustakaan Nasional Republik Indonesia


(6)

ii

ABSTRACT

Hanifudin Ibrahim NIM. 1111025100064, The Preservation of Library Material with Encapsulation at the National Library of the Republic of Indonesia. Under the guidance of Nuryudi, S.Ag, SS, MLIS. Library Science Program of the Faculty of Adab and Humaniora of State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

This research aims to find out the policy, procedure, and solution against the constraints faced by the National Library of the Republic of Indonesia in implementing encapsulation. This research constitutes a descriptive one and exploits a qualitative research method. Informants in this research aggregate three people consisting of the Head of Sub-Sector of Maintenance and Repair and two Staffs of Sub-Sector of Maintenance and Repair of National Library of the Republic of Indonesia. Data collecting technique in this research is observation and interviews. The results or data being obtained are analyzed through three stages, namely by reducing, then being presented in the form of narrative text, and drawing a conclusion in accordance with the formulation of the problem which has been described. The results of observation and interview by the researcher shows that the activities of preserving the library materials by encapsulation in the National Library of the Republic of Indonesia has been running. However, the National Library of the Republic of Indonesia has not had a written policy regarding the preservation of library materials including the encapsulation in it. The Encapsulation procedure is through three processes, namely the pre-encapsulation process, encapsulation process, and post-encapsulation process. A Solution conducted by the National Library of the Republic of Indonesia is by ordering those materials long before the due of implementing encapsulation and the officers who have understood about the implementation of the encapsulation should accompany those who do not quite understand.

Keywords: Preservation of library materials, encapsulation, National Library of the Republic of Indonesia


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan hanya kepada Allah SWT, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan. Sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sangat istimewa dan sebesar-besarnya kepada ayahanda tercinta Muhammad Mundirin, ibunda tercinta Rumini dan kakanda yang saya sayangi Rofiq Hidayat, S.IP dan Andri Sulaiman, A.Md yang telah memberikan dukungan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari penyelesaian skripsi ini tentu tidak lepas dari dukungan semua pihak yang meluangkan waktunya dalam membantu penulis. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

2. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora periode 2014-2015.

3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.

4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi.


(8)

iv

5. Bapak Nuryudi, S.Ag, SS, MLIS, selaku pembimbing yang telah berkenan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta meluangkan pikiran, tenaga dan waktu dalam membantu penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Maryam, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh jajaran Wakil Dekan dan para pegawai FAH UIN Jakarta.

8. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan yang tak terhingga. Semoga ilmu yang telah diberikan dapat bermanfaat.

9. Ibu Made Ayu Wirayati, Mikom selaku Kepala Sub. Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka yang telah memberikan bimbingan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Bapak Cecep Nurjanjati, S.sos dan ibu Ellis Sekar Ayu, SPd selaku Staff Sub. Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka yang telah memberikan bimbingan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Sahabatku Derry Herdiyana Wiguna, Hasbi Fikri, Muhammad Adam, Muhammad Fahmi Rizal dan Muhammad Yukha Mulyawan. Terima kasih telah memberikan saran dan mengingatkan ketika ada perilaku yang salah. 12.Teman-teman seperjuangan Ilmu Perpustakaan 2011, khususnya IPI C 2011.

Semoga kita semua dapat menjadi orang-orang yang bermanfaat bagi diri sendiri orang lain.

13.Terimakasih pula kepada teman-teman kakak Semester Arief Dwi Hermawan, Zulfachri Tribuana Said, dan Zulfikar Arman.


(9)

v

14.Teman-teman Intan Skateboarding Community and Culture (INSOMNIAC) dan Komunitas Music Cilandak Familia yang telah mendoakan dan memberikan semangat.

15.Dan semua orang yang sudah banyak mendukung dalam menyelesaikan tugas akhir ini, yang tidak dapat diucapkan satu persatu, Terimakasih untuk segalanya, semoga Allah SWT yang membalas semua kebaikan dan doa yang sudah diberikan kepada penulis.

Jakarta, 11 September 2015


(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Definisi Istilah ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia 1. Definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 11

2. Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 13

3. Tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 16

B. Pelestarian Bahan Pustaka 1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka ... 18


(11)

vii

3. Unsur-unsur Pelestarian Bahan Pustaka ... 24

C. Faktor-faktor Kerusakan Bahan Pustaka ... 26

D. Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka ... 33

E. Usaha Memperbaiki Bahan Pustaka yang Rusak ... 35

1. Menambal dan Menyambung Kertas (Mending) ... 35

2. Laminasi ... 35

3. Desidifikasi ... 36

4. Penjilidan ... 38

5. Fumigasi ... 39

F. Enkapsulasi ... 39

G. Penelitian Terdahulu ... 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Deskriptif ... 50

2. Pendekatan Penelitian Kualitatif ... 51

B. Sumber Data 1. Sumber Data Primer ... 52

2. Sumber Data Sekunder ... 53

C. Informan ... 53

D. Teknik Pengumpulan Data ... 56

1. Wawancara ... 57

2. Observasi ... 57


(12)

viii

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 58

1. Reduksi Data ... 58

2. Penyajian Data ... 60

3. Penarikan Kesimpulan ... 60

F. Jadwal Penelitian ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 63

2. Visi dan Misi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 66

3. Struktur Organisasi ... 66

4. Koleksi ... 67

B. Hasil Penelitian ... 73

1. Kebijakan Ekapsulasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Dalam Melaksanakan Kegiatan Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi ... 74

2. Prosedur Kegiatan Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 82

a. Jenis Bahna Pustaka yang Dienkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 82


(13)

ix

b. Alat dan Bahan Yang Digunakan Pada

Proses Enkapsulasi ... 85

c. Prosedur Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi ... 87

1) Pra Enkapsulasi ... 88

2) Proses Enkapsulasi ... 93

3) Paska Enkapsulasi ... 98

3. Kendala-kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 102

C. Pembahasan ... 104

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... ... 114 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Pembuatan dan Penelitian Skripsi ... 62 Tabel 2 Koleksi Buku Monograf ... 69 Tabel 3 Jumlah Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 72


(15)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Struktur organisasi pusat preservasi ... 67

Gambar 2 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ... 72

Gambar 3 Double SideTape dan Mylar... 86

Gambar 4 Pemberat ... 86

Gambar 5 Cutter ... 87

Gambar 6 Mesin HDS KEEPER ... 88

Gambar 7 Proses Rinsing (perendaman) ... 90

Gambar 8 Proses Leaf Casting ... 92

Gambar 9 Proses Pemberian Lem CMC ... 92

Gambar 10 Proses Flatenning ... 92

Gambar 11 Proses Pengeringan ... 92

Gambar 12 Proses Meletakkan Pemberat di Atas Dokumen dan Mylar ... 93

Gambar 13 Proses Penempelan Double Side Tape ... 94

Gambar 14 Proses Mencukil Kertas Double Side Tape ... 95

Gambar 15 Proses Menggosok Permukaan Mylar ... 96

Gambar 16 Proses Merapihkan Pinggir Mylar ... 96

Gambar 17 Proses Meletakkan Bahan Pustaka di Bawah Karpet Untuk Menghilangkan Gelembung Udara ... 97

Gambar 18 Proses Mengepres Pinggir Mylar Dengan Sinar Ultra Sonic ... 98


(16)

xii


(17)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Wawancara

Lampiran 2 : Draf Kebijakan Pelestarian Bahan Pustaka Lampiran 3 : Foto-foto

Lampiran 4 : Lembar Permohonan Pembimbing Lampiran 5 : Lembar Tugas Menjadi Pembimbing Lampiran 6 : Lembar Izin Penelitian


(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Informasi merupakan bagian dari kebutuhan sehari-hari yang sangat penting. Informasi yang didapat harus benar-benar tepat, jelas, aktual, dan terkini untuk masyarakat, sehingga nilai informasi yang terkandung benar-benar berguna bagi penggunanya. Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa hidup tanpa informasi. Informasi sendiri timbul sejak manusia petama yaitu Nabi Adam a.s diciptakan. Beliau diajarkan Allah mengenai ilmu pengetahuan berupa nama-nama benda. Informasi tersebut berkembang hingga saat ini.

Salah satu lembaga yang menyediakan, bertugas mengumpulkan, dan menyimpan informasi tersebut ialah perpustakaan. Perpustakaan merupakan pusat informasi baik itu mengenai ilmu pengetahuan secara umum maupun khusus. Sedangkan pengertian perpustakaan itu sendiri adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.1

Perpustakaan memiliki koleksi yang terbuat dari bahan kertas, baik dalam bentuk buku, surat kabar, serial, naskah, peta, gambar, dokumen, dan bahan cetak lainnya. Selain itu, perpustakaan juga mempunyai koleksi audio

1


(19)

2

visual yang terdiri dari bahan film (film hitam putih dan berwarna), mikrofilm, negatif foto (hitam putih dan berwarna) serta rekaman suara atau pita kaset, rekaman video, dan lain sebagainya.2 Perpustakaan merupakan sebuah ruangan, bagian dari sebuah gedung ataupun gedung tersendiri yang digunakan untuk menyimpan buku serta terbitan lainnya.3

Perpustakaan mempunyai tugas dalam melaksanakan peraturan pemerintah di bidang perpustakaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal ini, Perpustakan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan yang melaksanakan Undang-undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan dan peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2001 tentang tata kerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Diantara tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ialah melaksanakan pelestarian bahan pustaka. Sebagaimana telah diterangkan dalam pengertian perpustakaan menurut Keputusan Presiden RI Nomor 11 Tahun 1989 yaitu merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan sosial.4

2

Darmono. Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja. Jakarta: Grasindo, 2007.h.73-74

3

Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993.h.5

4

Supriyanto...[et al.]. Aksentuasi Perpustakaan dan Pustakawan. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta, 2006.h.38


(20)

3

Pelestarian bahan pustaka merupakan upaya perlindungan terhadap bahan pustaka dari kerusakan dan kemusnahan, baik berbentuk fisik maupun informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut. Kegiatan pelestarian bahan pustaka pada hakikatnya mencakup dua segi, yaitu melestariakan kandungan informasi dan melestarian fisik dokumen atau bahan pustaka yang bersangkutan.5

Pemeliharaan, perawatan, dan penyelamatan informasi adalah salah satu tugas perpustakaan dan bukanlah pekerjaan yang mudah. Umumnya perpustakaan belum memperhatikan secara khusus usaha pemeliharaan bahan pustaka, seperti pengaturan suhu udara. Hal itu seharusnya dilaksanakan secara cermat dan efektif, mengingat iklim tropis Indonesia yang kurang menguntungkan. Dalam konteks ini, bahwa penggunaan berbagai bahan insektisida, pengaturan ruangan secara khusus, dan penyelenggaraan pendidikan pemustaka merupakan usaha-usaha untuk mencegah atau mengurangi kerusakan kerusakan bahan pustaka.6

Di antara tugas pelestarian bahan pustaka tidak hanya menyangkut pelestarian dalam bidang fisik, tetapi juga pelestarian dalam bidang informasi yang terkandung di dalamnya. Maksud pelestarian ialah mengusahakan agar bahan pustaka yang kita miliki tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal dan langka akan informasinya, diusahakan agar bertahan lama, dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Pelestarian bahan pustaka secara fisik atau informasi salah satunya ialah dengan

5

Hernandono, Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.11

6


(21)

4

enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, pengaruh asam, karena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan, dan sebagainya.7

Kebijakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi belum sepenuhnya dapat terlaksana. Menurut penulis, bahan pustaka yang telah ada di ruangan preservasi Perpustakan Nasional Republik Indonesia belum sepenuhnya dapat dienkapsulasi, karena kendala bahan material yang digunakan untuk enkapsulasi belum tersedia di Indonesia melainkan material tersebut harus dipesan terlebih dahulu dari negara Jepang. Kedatangan material tersebut tidak selalu tepat waktu, sehingga menyebabkan terhambatnya pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selain itu, Sumber Daya Manusia yang belum merata merupakan kendala yang dihadapi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan yang melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia idealnya menjadi panutan bagi perpustakaan-perpustakaan lain yang ada di Indonesia mengingat Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan negara.

7

Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian bahan pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999. h. 113


(22)

5

Pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi belum banyak diikuti atau diterapkan pada perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia, karena bahan yang digunakan untuk melaksanakan enkapsulasi belum banyak tersedia di Indonesia melainkan harus dipesan terlebih dahulu dari luar Indonesia seperti halnya yang dialami oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Selain itu, kurangnya perhatian akan pentingnya pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi, menjadi pemicu perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia belum seluruhnya menerapkan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.

Pentingnya perhatian khusus terhadap bahan pustaka yang mengalami kerusakan, mengingat pelestarian bahan pustaka merupakan cara untuk menyelamatkan khazanah budaya bangsa dan hasil pemikiran manusia. Bahan pustaka yang mengalami kerusakan harus ditangani secara serius dan khusus karena melaksanakan pelestarian bahan pustaka bukan hal yang mudah dan memerlukan keahlian khusus.

Dengan demikian, karena pentingnya pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi pada perpustakaan terutama di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang menjadi acuan bagi semua perpustakaan yang ada di Indonesia, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat permasalahan ini dalam sebuah penulisan skripsi dengan judul “Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi Pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia”.


(23)

6

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk memperoleh hasil penelitian dengan penafsiran yang lebih terkonsentrasi dengan mengangkat masalah enkapsulasi yang dilakukan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan mengangkat masalah enkapsulasi, maka penulis perlu membatasinya sebagai berikut:

a. Kebijakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. b. Prosedur kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di

Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

c. Solusi guna menghadapi kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Agar penulisan lebih terarah dan sesuai dengan masalah yang akan diteliti pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, maka perlu dirumuskan bagaimana pelaksanaan kegiatan enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dengan pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimana kebijakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi? b. Bagaimana prosedur kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan


(24)

7

c. Bagaimana solusi guna menghadapi kendala-kendala yang dialami Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui kebijakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.

b. Untuk mendeskripsikan prosedur kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

c. Untuk mengetahui kendala dan solusi dalam melaksanakan prosedur kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan kontribusi bagi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia agar lebih memperhatikan pentingnya pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.

b. Memberikan sumbangsih tentang pengetahuan akan pentingnya pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di perpustakaan yang ada di Indonesia.


(25)

8

c. Menambah pengetahuan untuk penulis tentang hal-hal, permasalahan serta solusi dari kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi di Perpustakan Nasional Republik Indonesia.

d. Diharapkan bisa menjadi pengetahuan tambahan bagi pustakawan dan mahasiswa mengenai pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi.

D. DEFINISI ISTILAH

1. Enkapsulasi

Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik. Enkapsulasi dilakukan dengan cara meletakkan bahan pustaka diantara dua lembar plastik transparan bebas asam (mylar). Bahan pustaka yang dienkapsulasi umumnya bahan pustaka berupa lembaran kertas lepas yang dapat diletakkan atau diapit diantara dua plastik transparan bebas asam (mylar) sehingga tulisan tersebut tetap dapat dibaca dari luar. Kertas yang umumnya dienkapsulasi ialah surat kabar lama, naskah kuno, peta dan sebagainya.

2. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan negara, perpustakaan induk dan sebagai contoh bagi perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia. Menurut Undang-undang No. 43 tahun 2007 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia didefinisikan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)


(26)

9

yang melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.

3. Pelestarian

Pelestarian bahan pustaka merupakan upaya perlindungan terhadap bahan pustaka dari kerusakan dan kemusnahan, baik berbentuk fisik maupun informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut. Tujuan dari pelestarian bahan pustaka ialah melestarikan kandungan informasi bahan pustaka dengan menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap mungkin untuk digunakan secara optimal.

E. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan ini akan menguraikan secara sistematis mulai dari Bab I sampai Bab V dengan rincian sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.


(27)

10

Bab II Tinjauan Literatur

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, fungsi dan tugas perpustakaan, mengenai pengertian pelestarian bahan pustaka, fungsi pelestarian bahan pustaka, unsur-unsur pelestarian bahan pustaka, faktor kerusakan bahan pustaka, usaha pencegahan kerusakan bahan pustaka, usaha perbaikan bahan pustaka, menguraikan tentang pengertian enkapsulasi serta penelitian terdahulu.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini akan membahas tentang jenis pendekatan penelitian, sumber data, pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data serta jadwal penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian

Bab ini membahas tentang profil tempat penelitian, hasil penelitian dan pembahasan yang berkaitan dengan kebijakan, prosedur, dan solusi guna menghadapi kendala-kendala dalam pelaksanaan kegiatan enkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Bab V Penutup

Pada bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis setelah melakukan penelitian di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.


(28)

11

BAB II

TINJAUN LITERATUR

A. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

1. Definisi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Perpustakaan merupakan pihak yang bertindak sebagai penyimpan khazanah hasil pemikiran manusia. Bagi masayarakat awam perpustakaan merupakan sebuah ruang tempat menyimpan buku. Ada berbagai pengertian perpustakaan yang telah dibicarakan dalam berbagai sumber, namun secara umum perpustakaan dapat didefinisikan sebagai institusi yang di dalamnya tercakup unsur koleksi (informasi), pengolahan, penyimpanan, dan pemakai.8

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan yang harus menjalankan unsur-unsur tersebut, karena Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan negara, perpustakaan induk, dan sebagai contoh bagi perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia. Perpustakaan Nasional adalah perpustakaan yang didirikan oleh suatu negara (biasanya di satu negara hanya satu) yang mempunyai fungsi utama untuk menyimpan semua bahan pustaka tercetak, terekam, serta multimedia yang diterbitkan oleh

8

Purwono Sri Suharmini, Perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia, Jakarta: Universitas Terbuka, 2008. h.12


(29)

12

negara tersebut dan/atau mengenai negara tersebut. Sebagai contoh, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.9

Menurut Undang-undang No 43 tahun 2007 Bab VII pasal 21 ayat 1 menyatakan bahwa Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan lembaga pemerintah non departemen (LPND) yang melaksanakan tugas pemerintah dalam bidang perpustakaan yang berfungsi sebagai perpustakaan pembina, perpustakaan rujukan, perpustakaan deposit, perpustakaan penelitian, perpustakaan pelestarian, dan pusat jejaring perpustakaan, serta berkedudukan di ibukota negara.

Pada tahun 1970, UNESCO dalam konferensi umumnya ke-16 memberikan definisi Perpustakan Nasional Republik Indonesia sebagai perpustakaan yang bertanggung jawab atas akuisisi dan pelestarian kopi semua terbitan yang signifikan yang diterbitkan di sebuah negara dan berfungsi perpustakaan deposit, baik menurut undang-undang maupun kesepakan lain, dengan tidak memandang nama perpustakaan.10

Dengan demikian, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah perpustakaan yang didirikan di ibukota negara dan merupakan perpustakaan induk dari semua jenis perpustakaan yang ada di negara Indonesia. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan pusat lembaga perpustakaan yang ada di Indonesia. Sebagai induk perpustakaan yang ada di Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dituntut

9

Abdul Rahman Saleh. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 2009.h.1.15

10

Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.h.2.5


(30)

13

sebagai perpustakaan panutan bagi perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia. Kegiatan yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia haruslah menjadi panutan dan contoh bagi perpustakaan-perpustakaan yang ada di seluruh Indonesia.

2. Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Fungsi perpustakaan merupakan sarana pendidikan, pembelajaran, informasi, penelitian, rekreasi, dan preservasi. Fungsi-fungsi tersebut dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan perpustakaan.11 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagai perpustakaan negara, harus memiliki fungsi yang sesuai dengan undang-undang yang telah ditetapkan. Fungsi ini diatur dalam Undang-undang no. 43 tahun 2007 pasal 3 yang berbunyi:

“Perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.”

Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah memfasilitasi dan memberikan pembinaan terhadap kegiatan instasi pemerintah di bidang perpustakaan.12 Fungsi Perpustakan Nasional Republik Indonesia diantaranya:

a. Membantu presiden dalam rangka merumuskan kebijaksanaan mengenai pengembangan dan pembinaan serta pendayaguanaan perpustakaan di Indonesia.

11

Suwarno Wiji. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2009.h.42

12


(31)

14

b. Melaksanakan pembangunan tenaga perpustakaan dan kerjasama antar badan/lembaga termasuk perpustakaan baik di dalam maupun di luar negeri.

c. Melaksanakan pembinaan atas semua jenis perpustakaan di instansi/lembaga pemerintah ataupun swata yang ada di pusat dan di daerah negara Indonesia.

d. Melaksanakan pengumpulan, penyimpanan, dan pengolahan bahan pustaka dari dalam dan luar negeri.

e. Melaksanakan penyusunan naskah Bibliografi Nasional dan Katalog Induk Nasional (BN dan KIN).

f. Melaksanakan penyusunan bahan rujukan berupa indeks, serta bibliografi, subjek, abstrak, dan penyusunan perangkat lunak bibliografi.

g. Melaksanakan jasa koleksi rujukan dan naskah.

h. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh presiden.

i. Melaksanakan kerjasama perpustakaan dan jaringan informasi tingkat nasional dan internasional.13

Menurut Sulistyo Basuki, fungsi utama Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah menyimpan semua bahan pustaka yang tercetak dan terekam yang diterbitkan di suatu negara.14 Fungsi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia diantaranya:

13

Zainudin, Kamal. Pemasyarakatan Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2006.h.11

14

Sulistyo, Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993 .h. 44


(32)

15

a. Menyimpan setiap bahan pustaka yang diterbitkan di sebuah negara. b. Mengumpulkan atau memilih bahan pustaka terbitan negara lain

mengenai negara yang bersangkutan.

c. Menyusun bibliografi nasional yakni daftar buku yang diterbitkan di sebuah negara.

d. Menjadi pusat informasi negara yang bersangkutan. Biasanya jasa ini diberikan atas jasa permintaan.

e. Berfungsi sebagai pusat antar pinjam perpustakaan di negara yang bersangkutan dan negara yang bersangkutan dengan negara lain. Umumnya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tidak meminjamkan buka langsung ke pembaca melainkan harus melalui perpustakaan.

f. Sebagai tugas tambahan biasa Perpustakaan Nasionala Republik Indonesia memberikan jasa penerjemah, latihan kerja bagi pustakawan, mencatat hak cipta atas buku dan sebagainya.

Menurut penulis, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memiliki fungsi sebagai penyelamat khazanah bangsa. Selain itu, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan sebagai pelaksana undang-undang perpustakaan yang berfungsi sebagai pengumpul, pengolah, melayankan, dan melestariakan bahan pustaka.


(33)

16

3. Tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memiliki tugas terhadap negara diantaranya membantu presiden dalam menyelenggarakan pengembangan dan pembinaan perpustakaan dalam rangka pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan pelayanan informasi ilmu pengetahuan, teknologi, dan kebudayaan. Menurut keputusan Presiden No. 50 tahun 1998 Tentang Perpustakaan Nasional Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan pembinaan atas semua jenis perpustakaan, baik perpustakaan di lembaga Pemerintah maupun swasta yang ada di pusat dan daerah.

b. Melaksanakan UU No. 4 tahun 1990 dan PP No. 70 1991 (deposit), untuk perawatan pelestarian dan pendayaguanaan.

c. Melaksanakan penyusunan naskah Bibliografi Nasional Republik Indonesia dan Katalog Induk Nasional.

d. Melaksanakan pengembangan tenaga perpustakaan dan kerja sama antar badan/lembaga termasuk perpustakaan baik di dalam maupun di luar negeri dalam jaringan informasi.

e. Melaksanakan layanan rujukan, informasi ilmiah, dan penelitian.15 Sesuai peraturan Undang-undang perpustakaan no 43 tahun 2007 Bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3, menyebutkan tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ialah:

15

Purwono, Materi Pokok Perpustakaan dan Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Universita Terbuka, 2006.h.2.3


(34)

17

Ayat 2 Perpustakaan Nasional bertugas:

a. Menetapkan kebijakan nasional, kebijakan umum, dan kebijakan teknis pengelolaan perpustakaan.

b. Melaksanakan pembinaan, pengembangan, evaluasi, dan koordinasi terhadap pengelolaan perpustakaan.

c. Membina kerja sama dalam pengelolaan berbagai jenis perpustakaan. d. Mengembangkan standar nasional perpustakaan.

Ayat 3:

a. Mengembangkan koleksi nasional dan memfasilitasi terwujudnya masyarakat terpelajar sepanjang hayat.

b. Mengembangkan koleksi nasional untuk melestarikan hasil budaya bangsa.

c. Melakukan promosi perpustakaan dan gemar membaca dalam rangka mewujudkan masyarakat pembelajaran sepanjang hayat.

d. Mengidentifikasi dan mengupayakan pengembalian naskah kuno yang berada diluar negeri. 16

Menurut penulis, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia memiliki tugas sebagai perpustakaan negara yang membimbing perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia. Selain itu, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia juga memiliki tugas sebagai penyelamat hasil budaya bangsa.

16

Undang-undang no 43 tahun 2007 bab VII pasal 21 ayat 2 dan 3 tentang Tugas Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.


(35)

18

B. Pelestarian Bahan Pustaka

1. Pengertian Pelestarian Bahan Pustaka

Bahan pustaka adalah semua hal yang mengandung informasi yang disimpan dan disajikan oleh perpustakaan.17 Poerwadarminta dalam

Kamus Umum Bahasa Indonesia, memberi penjelasan bahwa pelestarian adalah menjadikan (membiarkan) tetap tak berubah. Pelestarian bahan pustaka artinya melindungi bahan pustaka dari kemusnahan dan kerusakan. Sedangkan pelestarian menurut International Federation of Library Association (IFLA) adalah mencakup semua aspek usaha melestarikan bahan pustaka dan arsip. Termasuk didalamnya kebijakan pengelolaan, keuangan, ketenagaan, metode, dan teknik penyimpanannya.18

Pelestarian bahan pustaka tidah hanya terbatas pada pelestarian fisik bahan pustaka, namun pelestarian bahan pustaka harus memperhatikan pentingnya informasi yang terkandung pada sebuah bahan pustaka. Dalam pembahasan mengenai pelestarian bahan pustaka, penulis menjumpai di dalam pelestarian bahan pustaka terdapat kata-kata “pelestarian, pengawetan, dan perbaikan” yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pelestarian (Preservation)

Pelestarian merupakan cangkupan unsur-unsur pengelolaan dan keuangan, termasuk cara penyimpanan dan alat-alat bantunya, taraf

17

Suwarno, Wiji. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2009.h.87

18

Sudarsono, Blasius. Antologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006. h. 314


(36)

19

tenaga kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melaksanakan pelestarian bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya.

b. Pengawetan (Conservation)

Pengawetan merupakan kebijakan dan cara tertentu yang digunakan untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran, termasuk metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas teknis.

c. Perbaikan (Restoration)

Perbaikan merupakan teknik-teknik dan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh petugas teknis yang bertugas memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak akibat waktu, memperbaiki bahan pustaka dan arsip yang rusak akibat waktu, pemakain, atau faktor-faktor lainnya.19

2. Fungsi Pelestarian Bahan Pustaka

Perpustakaan berkewajiban untuk melakukan upaya preservasi koleksi, antara lain: memelihara bahan pustaka, merawat bahan pustaka, melakukan penyiangan, melakukan fumigasi, menjaga temperatur/suhu agar stabil, mengatur ventilasi udara, menjaga koleksi supaya tetap baik, menjaga kebersihan perpustakaan, dan lain-lain.20

19

Dureu, J.M. Dasar-dasar Pelestarian dan Pengawetan Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990.h.6

20


(37)

20

Fungsi pelestarian bahan pustaka ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangga yang iseng, atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang lembab.21 Fungsi pelestarian bahan pustaka ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan jahil, serangan dari hama biotik seperti serangga dan jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruangan yang lembab.

Menurut Karmidi Martoatmodjo fungsi pelestarian bahan pustaka merupakan upaya menjaga bahan pustaka agar tidak diganggu oleh faktor penyebab kerusakan bahan pustaka tersebut seperti, tangan jahil manusia, serangga, jamur, dan lain-lain. Dengan menjaga bahan pustaka dari penyebab kerusakan bahan pustaka, maka bahan pustaka tersebut diharapkan dapat berumur lebih panjang, sehingga bahan pustaka tersebut bisa dimanfaatkan informasinya. Pelestarian bahan pustaka mememiliki beberapa fungsi antara lain:

a. Fungsi melindungi

Bahan pustaka dirawat dan dilindungi dari penyebab kerusakan bahan pustaka seperti serangga-serangga, tangan jahil manusia, panas matahari, air, dan lain sebagainya. Pelestarian bahan pustaka yang baik dan terkontrol, membuat serangga dan binatang lainnya penyebab rusaknya bahan pustaka, tidak dapat menyentuh bahan pustaka. Dengan mempelajari dan melakukan pelestarian bahan pustaka, maka manusia

21

Karmidi, martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010. 1.6


(38)

21

tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Salain itu, mempelajari dan melakukan pelestarian bahan pustaka merupakan salah satu upaya melindungi bahan pustaka dari kepunahan atau kehilangan akan informasi.

b. Fungsi pengawetan

Untuk memperpanjang umur bahan pustaka, maka bahan pustaka harus senantiasa dikontrol. Bahan pustaka yang senantiasa terkontrol akan lebih awet, dengan harapan memeperpanjang umur bahan pustaka baik fisik maupun informasi yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, diharapkan lebih banyak pemustaka yang menggunakan dan memanfaatkan bahan pustaka tersebut.

c. Fungsi kesehatan

Bahan pustaka harus senantiasa diperhatikan kebersihannya agar pemustaka yang memanfaatkan bahan pustaka tersebut merasa nyaman saat menggunakannya. Dengan pelestarian bahan pustaka yang baik, maka bahan pustaka akan senantiasa bersih, bebas dari debu, jamur, binatang pengrusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit. Dengan demikian pemustaka maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah memanfaat bahan pustaka yang ada diperpustakaan. d. Fungsi pendidikan

Pemustaka dan pustakawan harus mengetahui dan mengerti bagaimana cara memakai serta menjaga dokumen agar senantiasa dalam keadaan baik. Sebelum pemustaka menggunakan bahan pustaka, sebaiknya


(39)

22

diberikanan arahan agar bahan pustaka tidak cepat rusak dalam penggunaannya. Dengan pengetahuan tersebut, mereka harus menerapkannya dengan menjaga disiplin seperti tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan perpustakaan. Mengajarkan kepada pemustaka untuk senantiasa disiplin dan menghargai kebersihan. Dengan demikian, pemustaka dengan sendirinya memiliki rasa tanggung jawab saat menggunakan bahan pustaka tersebut.

e. Fungsi kesabaran

Menjaga dan merawat bahan pustaka dengan penuh perhatian, melatih dan mengajarkan tentang kesabaran. Bagaimana kita menjaga bahan pustaka agar tetap baik. Jika bahan pustaka mengalami kerusakan, maka bahan pustaka tersebut harus segera diperbaiki agar informasi yang terkandung tetap terselamatkan. Pelestarian bahan pustaka mengajarkan bagaimana merawat bahan pustaka dengan cara menambal kertas yang berlubang, membersihkan dari kotoran binatang kecil, kutu buku, noda dan lain sebagai dengan sabar.

f. Fungsi sosisal

Pelestarian bahan pustaka mengajarkan untuk bersosisal, kerena menjalankan pelestarian bahan pustaka tidak bisa dilakukan oleh seorang diri melainkan dengan bantuan orang lain. Pustakawan dan pemustaka harus senantiasa bekerja sama untuk tetap menjaga bahan pustaka yang ada dengan baik.


(40)

23

g. Fungsi ekonomi

Pelestarian bahan pustaka yang dilakukan melalui pengawasan yang baik, menjadikan bahan pustaka lebih awet dan terjaga baik fisik maupun informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut. Dengan demikian, dapat menghemat anggaran keuangan perpustakaan. h. Fungsi keindahan

Pelestarian bahan pustaka harus dilakukan dengan baik agar bahan pustaka senantiasa indah dan nyaman saat digunakan. Bahan pustaka yang baik akan terlihat lebih indah diperhatikan mengenai penataannya. Bila penataan bahan pustaka sudah baik maka bahan pustaka tersebut akan terlihat lebih menarik. Sehingga menambah daya tarik orang untuk datang keperpustakaan guna memanfaatkan informasi yang ada.22

Menurut penulis, fungsi pelestarian bahan pustaka yaitu sebagai penyelamat bahan pustaka baik untuk menyelamatkan fisiknya maupun informasi yang terkandung di dalamnya. Pelestarian bahan pustaka berfungsi untuk melindungin bahan pustaka dari hal-hal yang dapat merusaka bahan pustaka itu sendiri, seperti tangan jahil manusia, serangga, jamur, maupun rusak karena dimakan usia. Pelestarian bahan pustaka dimaksudkan untuk menyelamatkan informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut.

22

Karmidi, Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarata: Universitas Terbuka, 1999.h.6-7


(41)

24

3. Unsur-unsur Pelestarian Bahan Pustaka

Untuk melaksanakan pelestarian bahan pustaka, maka terlebih dahulu harus diketahui unsur-unsur pelestarian bahan pustaka. Penyimpanan dan pelestraian bahan pustaka terdiri atas kegiatan-kegiatan diantaranya:

a. Menyusun rencana operasional penyimpanan dan pelestarian b. Mengidentifikasi bahan pustaka

c. Mengelola jajaran bahan pustaka d. Merawat bahan pustaka

e. Melakukan opname bahan pustaka f. Mereproduksi bahan pustaka

g. Pengembangan/penambahan bahan pustaka23

Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah:

a. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat-alat dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya.

b. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu atau keahlian/keterampilan dalam bidang ini.

23


(42)

25

Paling tidak mereka sudah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen.

c. Laboratorium, suatu ruangan pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai sikat untuk memebersihakan debu “vacuum cleaner” dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruangan laboratorium sebagai “bengkel” atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki.

d. Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tergantung dari lembaga tempat perpustakaan bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestarian sendiri, dianjurkan diadakan kerjasama dengan perpustakaan lain. Ini dapat menhemat biaya yang besar. Kalau di kota ada badan komersial dalam bidang ini, perpustakaan dapat menggunakan jasa mereka.24

Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa, agar pelestarian bahan pustaka dalam pelaksanaannya dapat terarah, maka perlu diketahui unsur-unsur yang harus dilakukan sebelum melaksanakan pelestarian bahan pustaka. Sebelum melaksanakan pelestarian bahan pustaka, perlu diketahui jenis bahan pustaka, Sumber Daya Manusia (SDM), tempat pelaksanaan pelestarian bahan pustaka, waktu pelaksanaannya dan tidak kalah penting yaitu mengenai biayanya.

24

Karmidi, Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.7


(43)

26

C. Faktor-faktor Kerusakan Bahan Pustaka

Pada umumnya bahan pustaka yang ada di perpustakaan terbuat dari bahan kertas. Bahan pustaka yang terbuat dari kertas mudah rusak bila tidak mendapat perhatian khusus mengenai pelestarian bahan pustaka. Pelestarian bahan pustaka bukanlah suatu hal yang mudah, perlu keahlian khusus untuk menerapkan pelestarian bahan pustaka. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan pustaka, maka terlebih dahulu harus diketahui faktor-faktor penyebab kerusakan bahan pustaka tersebut.

Dalam bukunya yang ditulis tahun 1966, plumbe menjelaskan secara panjang lebar mengenai berbagai perusak bahan pustaka untuk daerah tropis, terutama yang dikenal di Indonesia yaitu: (a) serangga, (b) binatang pengerat, (c) jamur, (d) kelembapan, (e) debu, (f) gempa bumi, (g) kekeringan, (h) gelombang pasang surut, dan (i) angin topan.25 Faktor yang dapat merusak kertas dapat dibagi dalam 4 kelompok.

1. Kerusakan karena faktor Biologi a. Jamur (fungi)

Fungi adalah tumbuhan yang tidak mempunyai chlorophyl. Mereka mengambil makanan dari makhluk hidup lain sebagai parasit atau bahan organik mati seperti sapropit. Sapropit penyebab kerusakan yang hebat pada bahan yang mengandung selulosa seperti kertas. Fungi juga memproduksi beberapa asam organik seperti asam oksalat, asam

25

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.h.2.3


(44)

27

fumoric, sitrat, dan menyebabkan asam pada kertas dan akhirnya kertas menjadi rapuh.26

Jamur juga memproduksi beberapa macam oreganik, seperti: asam oklat, asam fumorik, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi cepat rapuh.27 Jamur yang bisa merusak bahan pustaka adalah jenis jamur yang lazim kita lihat pada pakaian, kertas, atau benda-benda yang lain. Jamur jenis ini akan biasa membiak dengan leluasa jika benda tersebut terkena kotoran, debu serta tingkat kelembapan yang tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperatur di atas 21 derajat celcius.28

b. Serangga dan binatang pengerat

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis. Iklim tersebut merupakan habitat binatang perusak bahan pustaka seperti rayap, kecoa, kutu buku, silverfish (ikan perak) dan lain-lain. Serangga sangat berbahaya bagi buku dan merupakan ancaman yang paling potensial, terutama di negara-negara yang beriklim tropis seperti Indonesia. Serangga seperti silverfish, kecoa, rayap, kutu buku dan bubuk buku (cacing buku) merupakan serangga pemusnah buku yang sudah umum dikenal orang.

Selain binatang-binatang tersebut, tikus merupakan binatang pengerat yang dapat merusak buku. Biasanyanya buku yang suka dirusak oleh

26

Darmono. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo, 2007.h.93

27

Muhammad Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1998.h.13

28

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.h.2.6-2.7


(45)

28

tikus buku yang memiliki aroma tidak baik karena suhu ruangan dan terletak pada tempat yang gelap.

1) Kecoa

Kecoa merupakan salah satu penyebab penyakit pes, kolera, tifus, dan lumpu anak. Kotoran kecoa yang berupa cairan dapat merusak bahan pustaka. Kecoa senang bermukim di tempat-tempat gelap, di sudut ruangan, dan lain-lain. Makanan kegemarannya ialah sisa-sisa makanan, makanan busuk, serangga-serangga yang mati, kanji, perekat, sampul buku serta kain pada punggung buku.29 Jenis-jenis kecoa yang dikenal ialah sebagai berikut:

a) Kecoa Timur (Blatta Orientalis)

b) Kecoa Amerika (Periplaneta American) c) Kecoa Jerman (Blatta Germanica) d) Kecoa Australia (Periplaneta Australia)30 2) Rayap

Rayap merupakan serangga yang sangat berbahaya terutama dapat merusak bahan pustaka yang mengandung sellusoa di daerah tropis maupun subtropis. Makanan utama rayap adalah kayu, kertas, foto, gambar, rumput, dan lain-lain. Rayap dapat memusnahkan setumpuk bahan pustaka dalam waktu singkat.31

29

Karmidi. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka.h.2.5

30

Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.38

31


(46)

29

Rayap merupakan serangga yang harus dibasmi, karena dapat merusak bahan pustaka terutama bahan pustaka yang terbuat dari kayu dan kertas. Serangga ini berukuran kecil struktur tubuhnya lunak serta berwarna pucat (tidak berwarna putih), tampak seperti semut, dan hidupnya berkelompok dengan sistem kasta yang berkembang sempurna. Tiap koloni terdiri dari raja, ratu, dan pekerja.

3) Ikan Perak (silverfish)

Jenis serangga ini hidup di tempat-tempat yang gelap seperti di belakang buku-buku, rak-rak, dan lemari. Makanan yang menjadi sasaran utamanya ialah perekat yang terbuat dari tepung kanji. Bagian buku yang paling cepat dirusak ialah punggung buku, kulit buku, label buku, gambar, dan lain-lain.32

4) Kutu Buku

Bentuk jenis serangga ini sangat kecil sehingga sering disebut kutu buku. Bagian buku yang diserang ialah punggung dan pinggir buku.33

5) Tikus

Serangga lain seperti tikus serta beberapa mamalia kecil lainnya dapat juga menyebabkan kerusakan pada buku dan perlengkapan lain, dan harus ditangani oleh petugas pemberantas hama yang

32

Karmidi. Pelestarian Bahan Pustaka.h.38

33


(47)

30

terlatih.34 Tikus juga merupakan binatang perusak buku yang cukup sulit diberantas. Mereka biasanya memakan buku-buku yang disimpan dalam gudang dan kadang-kadang kertas disobek-sobek lalu dikumpulkan dan dijadikan sarang. Tindakan pencegahan untuk melindungi kertas dari serangan tikus adalah tempat penyimpanan harus bersih dan kering serta selalu dikontrol secara berkala. Lubang-ubang yang memungkinkan tikus dapat masuk harus ditutup dengan rapat.

c. Kerusakan karena faktor fisika 1) Cahaya

Cahaya adalah suatu bentuk energi elektromagnetik yang berasal dari radiasi cahaya matahari dan lampu listrik. Bahan yang terbuat dari selulosa seperti kertas dan tekstil dapat rusak oleh cahaya ini. Kerusakan yang terjadi berupa perubahan warna dari cemerlang menjadi pudar dan menurunnya kekuatan serat. Kerusakan ini disebakan karena reaksi dari energi cahaya, adanya bahan aditive dan residu dari bahan pemutih pada saat pembuatan kertas, serta karena adanya uap air dan oksigen di sekitar kertas.

Cahaya merupakan energi. Gelombang cahaya mendorong komposisi kimiawi bahan-bahan organik, terutama cahaya ultra violet (UV) dengan gelombang yang lebih tinggi yang bersifat paling merusak. Oleh karena itu, tingkat cahaya harus dijaga

34

Dureau J.M. Dasar-dasar pelestrian dan pengawetan bahan pustaka, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990.h.26


(48)

31

serendah mungkin dalam ruangan penyimpanan, baca dan pameran.35

2) Debu

Debu merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan pada bahan pustaka. Debu sangat mudah bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu, perpustakaan hendaknya selalu bebas dari debu. Caranya ialah dengan selalu membersihkan ruangan perpustakaan. Alat pembersih yang paling bagus untuk bahan pustaka adalah vacum cleaner.36

3) Suhu dan kelembapan udara

Sebenarnya kekuatan kertas tidak akan berkurang oleh perubahan suhu yang tidak begitu ekstrim seperti yang terjadi di Indonesia, aslakan kandungan dalam kertas itu rendah. Karena Indonesia merupakan negara tropis, yang kelembaban relatif tinggi pada musium hujan. Jika udara lembab, maka kandungan air dalam kertas akan bertambah karena kertas bersifat higroskopis. Perubahan suhu pada saat kertas mengandung banyak air inilah yang menyebabkan struktur kertas menjadi lemah. Jika kejadian itu berlangsung berulang kali, menyebabkan struktur kertas menjadi lemah karena putusnya rantai ikatan kimia pada polimer selulosa.

35

Dureau J.M. Dasar-dasar pelestrian dan pengawetan bahan pustaka, Jakarta: Perpustakaan Nasional, 1990.h10

36

Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian bahan pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.44


(49)

32

d. Kerusakan karena pengaruh senyawa kimia

Kertas akan bersifat asam karena pengaruh asam yang berasal dari berbagai sumber, antara lain:

1) Asam yang telah ada sejak kertas itu diprosuksi. Pada proses pembuatan bubur kertas (pulp) biasanya menggunakan bahan kimia untuk menghancurkan kayu dan memutihkan bubur kertas. Bahan-bahan ini meningalkan ampas yang bersifat keras kadang-kadang masih mengandung lignin (zat kayu) yang bersifat asam.

2) Asam kertas yang dihasilkan oleh reaksi fotokimia pada serat selulosa oleh pengaruh sinar ultra violet. Asam yang diserap oleh kertas dari lingkungannya seperti gas-gas pencemar udara, dari perekat dan asam yang terdapat dalam karton atau kertas yang digunakan untuk sampul.

e. Kerusakan pengaruh faktor lain 1) Kerusakan karena bencana alam

Bencana alam seperti banjir dan gempa bumi, kehujanan, kebakaran, kerusuhan, dan kesalahan dalam penanganan seperti salah meletakkan buku, selama dalam pelaksanaan konservasi dan restorasi merupakan sebab-sebab kerusakan bahan pustaka.37 Bahaya banjir merupakan musibah yang sering melanda beberapa

37


(50)

33

tempat di Indonesia. Bahan pustaka yang rusak oleh air harus diperbaiki dengan cara dikeringkan atau dianginkan.38

2) Manusia

Terjadinya kerusakan bahan pustaka karena disebabkan beberapa faktor. Pertama kita harus mengetahui apa saja yang menyebabkan kerusakan pada bahan pustaka agar kerusakan tidak meluas. Manusia merupakan makhluk yang dapat menyayangi bahan pustaka namun disisi lain manusia juga bisa menjadi perusak buku yang hebat. Kecerobohan yang dilakukan manusia dapat merusak bahan pustaka. Contoh kecerobohan yang dapat merusak bahan pustaka misalnya habis makan tidak mencuci tanagan terlebih dahulu, menyebabkan buku menjadi kotor. Apabila buku dipegang dengan tangan kotor atau berminyak, buku akan bernoda.39

D. Pencegahan Kerusakan Bahan Pustaka

Pencegahan kerusakan pada bahan pustaka harus dilakukan dan diberikan perhatian lebih guna menanggulangi kerusakan bahan pustaka baik dalam bentuk fisik maupun informasi yang terkandung di dalamnya. Bila tidak dilakukan pencegahan kerusakan pada bahan pustaka, maka umur bahan pustaka tidak akan panjang dan tidak dapat dimanfaatkan oleh generasi selanjutnya dengan baik. Bahan pustaka yang mendapatkan perhatian khusus

38

Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian bahan pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.47

39

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.h.2.15


(51)

34

mengenai keadaan fisiknya akan senantiasa berumur panjang dan dapat dimanfaatkan oleh banyak pemustaka.

Selain itu, bahan pustaka yang dirawat dan diperhatiakan keadaannya dengan mencegah kerusakan pada fisiknya akan membuat pemustaka merasa nyaman dalam memanfaatkan bahan pustaka tersebut. Usaha pelestarian bahan pustaka dapat dibedakan atas dua jenis kegiatan, yaitu pencegahan kerusakan koleksi dan perbaikannya. Tentu usaha pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan perbaikan yang harus dilaksanakan bila kerusakan telah terjadi.40 Tujuan pencegahan kerusakan bahan pustaka diantaranya:

1. Menghindari dan menyelamatkan koleksi agar tidak dimakan oleh serangga atau dirusak binatang pengerat.

2. Memperbaiki kerusakan dan mengobati koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur.

3. Menghindarkan koleksi dari penyakit maupun kerusakan lainnya. 4. Menjaga melestraikan fisik bahan pustaka.

5. Menjaga kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka. 6. Menyadarkan pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan

bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan.

7. Mendidik para pemustaka untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya.

40

Blasius Sudarsono. Antologi kepustakawanab indonesia. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia, 2006.h.318


(52)

35

8. Menghimbau semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemustaka untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan.41

E. Usaha Memperbaiki Bahan Pustaka yang Rusak

Bahan pustaka yang rusak harus segera diperbaiki agar kondisi fisik maupun informasi yang terkandung di dalamnya dapat terselamatkan. Beberapa usaha perbaikan bahan pustaka diantaranya:

1. Menambal dan Menyambung Kertas (Mending)

Menambal adalah menutup bagian bahan pustaka yang berlubang sehingga tampak utuh seperti semula. Sedangkan menyambung adalah merekatkan bagian yang robek agar tidak menjadi bertambah lebar.42 Menambal dan menyambung kertas merupakan upaya dalam pelestarian bahan pustaka. Kegiatan ini menyelamatkan bahan pustaka baik fisik maupun informasi yang terkandung di dalamnya.

2. Laminasi

Laminasi adalah teknik memperkuat kertas atau dokumen melalui pelapisan dua lembar tisu Jepang (Japanes tissue) pada permukaan kertas atau dokumen.43 Laminasi artinya melapisi bahan pustaka dengan tisu khusus, agar bahan pustaka menjadi lebih awet. Proses laminasi biasanya digunakan untuk kertas-kertas yang sudah tidak dapat diperbaiki, dengan

41

Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.68

42

Made Ayu Wirayati. Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.25

43


(53)

36

cara lain misalnya seperti melambal, menjilid, menyambung dan sebagainya.44 Laminasi dilakukan dengan dua cara, yaitu laminansi dengan menggunakan cara manual dan laminasi dengan menggunakan mesin.

a. Laminasi secara manual

Laminasi ini dilakaukan secara manual sesuai dengan keahlian petugas pelestarian bahan pustaka. Proses ini dilakukan dengan cara melembabkan permukaan kertas menggunakan sprayer air dan kuas secara manual. Kemudian kedua permukaan bahan pustaka diberi tisu khusus (Japanes tissue) dan kedua permukaan tersebut direkatkan. b. Laminasi menggunakan mesin

Laminasi ini dilakukan menggunakan mesin pemanas yang disebut dengan laminators atau thermostatically. Kerja alat tersebut ialah menekan secara kuat tisu yang sudah diberi perekat dengan merekatkan kepada bahan pustaka. Laminasi dengan menggunakan mesin ini memiliki resiko merusak kertas karena efek mesin pemanasnya.

3. Deasidifikasi

Deasidifikasi adalah suatu cara proses untuk menghilangkan pengaruh asam yang ada pada kertas, baik karena pengaruh faktor yang berasal dari dalam maupun dari luar. Perubahan yang nampak pada kertas adalah perubahan menjadi kuning yang membuat kertas menjadi rapuh dan

44

Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.111


(54)

37

akhirnya hancur.45 Deasidifikasi adalah kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan cara menghentikan proses keasaman yang terdapat pada kertas.46 Deasidifikasi merupakan cara pelestarian bahan pustaka dengan menghilangkan asam pada kertas namun tidak dapat memperkuat kertas yang sudah rapuh. Deasidifikasi memiliki tiga cara, diantaranya:

a. Desidifikasi Aqueous

Deasidifikasi ini disebut juga deasidifikasi basah kerena menggunakan cairan. Cairan tersebut diantaranya:

1) Magnesium karbonat

2) Sodium dan potassium karbonat 3) Kalsium dan magnesium Hidrogsida 4) Sodium dan potassium Hydroksida 5) Sodium Tetraborate

b. Deasidifikasi Non-Aqueous

Deasidifikasi ini disebut juga deasidifikasi kering. Larutan yang digunakan diantaranya:

1) Barium Hydroksida

2) Kalsium, barium, dan magnesium asetat 3) Magnesium methoxide

4) Methyl magnesium karbonat

45

Made Ayu Wirayati. Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.23

46

Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuak, 1999.h.104


(55)

38

c. Deasidifikasi dalam bentuk gas

Deasidifikasi ini menggunakan zat diantaranya:

1) Anomia

2) Morpholine and uap air 3) Cyclohexylamine (CHC) 4) Zinc deithyl

4. Penjilidan

Penjilidan merupakan proses, cara menjilid bahan pustaka dengan tujuan untuk melindungi koleksi dari kerusakan.47 Penjilidan sangat bermanfaat bagi bahan pustaka yang rusak. Penjilidan harus dilakukan guna menyelamatkan informasi yang terdapat di dalam bahan pustaka. Penjilidan merupakan proses perbaikan bahan pustaka dengan menggabungkan lembaran-lembaran kertas buku yang terlepas menjadi satu lalu disatukan dengan membuat sampul agar menjadi sebuah buku kembali.

Agar bahan pustaka yang telah melalui proses penjilidan tetap awet, maka bahan yang digunakan untuk penjilidan haruslah bahan yang kuat dan memiliki kualitas tinggi. Selain itu, teknik dalam melaksanakan penjilidan harus benar-benar tepat agar pengerjaannya tidak terlihat asal-asalan melainkan sesuai dengan prosedur dan memiliki kualitas yang baik. Dengan demikian perlunya pendidikan khusus agar kegiatan ini berjalan dengan baik.

47

Darmaji Ratmono. Pedoman Teknis Penjilidan Bahan Perpustakaan, Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2013.h.7


(56)

39

5. Fumigasi

Fumigasi ialah salah satu cara melestarikan bahan pustaka dengan cara mengasapi bahan pustaka agar jamur tidak tumbuh, binatang mati, dan perusak bahan pustaka lainnya terbunuh.48 Fumigasi menurut Sutarno NS dalam Kamus perpustakaan dan Informasi menyatakan bahwa:

“Fumigasi adalah suatu upaya melakukan tindakan untuk mencegah kerusakan bahan pustaka dari serangga yang dilakukan dengan beberapa cara, seperti memberikan obat dengan menyuntikkannya ke dalam tanah dibawah gedung, atau menaruh di ruang perpustakaan yang tertutup rapat selama beberapa hari agar serangga tersebut mati.”49

F. Enkapsulasi

Pelestarian bahan pustaka perlu dilakukan guna menyelamatkan hasil karya pikir manusia. Banyak cara untuk melestarikan bahan pustaka, salah satunya dengan enkapsulasi. Enkapsulasi adalah salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, pengaruh asam, karena dimakan serangga, kesalahan menyimpan, dan sebagainya.50 Enkapsulasi mirip halnya seperti menempatkan bahan pustaka pada sebuah amplop yang terbuat dari plastik, akan tetapi amplop tersebut bebas dari asam dan udara.

University Product the archivel company mengatakan bahwa:

“One of the safest, most effective means of protecting a document from harm is through encapsulation. Encapsulation allows you to view and handle a document without exposing it to hazardous elements. The process involves the positioning of a flat document between two pieces of polyester film that are then sealed on all sides. There are a variety of clear plastic films on the market. Some contain plasticizers or surface coatings that are inappropriate for encapsulation. They can and will react with the items they come in

48

Karmidi Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.96

49

Sutarno NS. Kamus perpustakaan dan Informasi, Jakarta: Jala Permata, 2008.h.50

50

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.4.21


(57)

40

contact with, doing more harm than good. If you are planning to encapsulate, be certain you are using Melinex or other brands of polyester determined to be inert. The material you choose should be free of plasticizers, or surface coatings of any kind.”51

Enkapsulasi adalah suatu cara untuk memperkuat kertas atau dokumen yang berbentuk lembaran lepas agar terhindar dari kerusakan yang bersifat fisik.52 Enkapsulasi merupakan bagian dari pelestarian bahan pustaka dengan cara melindungi kertas dari kerusakan fisik, misalnya rapuh karena umur dan melindungi kertas dari zat asam yang dapat merusak kertas.

Menurut Muhammadin Razak dalam buku Pelestraian bahan pustaka dan arsip memberikan pengertian tentang enkapsulasi bahwa:

“Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menggunakan bahan pelindung untuk menghindari dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, rusak karena pengaruh asam, polusi udara, berlubang karena dimakan serangga, kesalahan penyimpanan atau salah dalam pemakaian seperti menggulung atau melipat atau rusak karena selalu sering mengalami kerusakan kecil pada bagian pinggirnya lebih baik dienkapsulasi, karena untuk menambal kerusakan itu akan menghabiskan waktu yang terlalu lama.”53

Tujuan dari enkapsulasi merupakan upaya melestarikan khazanah budaya bangsa dan ilmu pengetahuan dengan teknik memperkuat bahan pustaka yang sudah rapuh. Dengan cara memperkuat fisik bahan pustaka, maka bahan pustaka tidak terlihat rapuh saat dipegang untuk dimanfaatkan informasi yang terkandung di dalamnya. Pelestarian bahan pustaka dengan

51

How-to Tips & Videos Encapsulation,

http://www.universityproducts.com/resources.php?m=how_to_detail&id=12 , diakses pada tanggal 28 Juli 2015 pukul 20.00

52

Made Ayu Wirayati. Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.29

53

Muhammad Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.h.39


(58)

41

enkapsulasi memiliki tujuan untuk memperpanjang umur fisik dan informasi yang terkandung di dalamnya.

Enkapsulasi dilakukan setelah menghilangkan keasaman pada bahan pustaka yaitu setelah dideadisifikasi atau menghilangkan keasaman pada bahan pustaka. Bahan pustaka yang rusak karena rapuh, pengaruh asam, dimakan serangga, kesalahan dalam penyimpanan dan lain sebagainya, dapat diselamatkan dengan menggunakan metode enkapsulasi. Selain itu, salah satu tujuan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi merupakan upaya dalam menjalankan undang-undang mengenai perpustakaan dan pelestarian bahan pustaka.

Dalam hal ini, enkapsulasi mengacu pada Undang-undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2001 tentang organisasi dan tata kerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2012 dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan.

Jenis-jenis bahan pustaka yang dienkapsulasi merupakan bahan pustaka yang bersifat fisik (kertas), diantaranya koran langka, naskah kuno, peta, dan poster yang umumnya sudah mengalami kerusakan seperti rapuh karena usia, penyebab keasaman, rusak karena dimakan serangga dan lain


(59)

42

sebagainya. Martoatmadjo menjelaskan mengenai bahan pustaka yang dienkapsulasi bahwa:

“pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi adalah berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, poster, dan sebagainya yang umumnya sudah rapuh.”54

Idealnya pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi dilakukan pada bahan pustaka berbentuk lembaran seperti peta, gambar, surat kabar atau dokumen berbentuk lembaran lainnya.55 Dalam melakukan enkapsulasi, terlebih dahulu diketahui alat dan bahan dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Karmidi Martoatmodjo menjelaskan bahwa enkapsulasi dilakukan dengan menggunakan dua lembar plastik transparan agar tulisan tetap terbaca dari luar. Selain itu enkapsulasi membutuhkan double side tape untuk merekatkan pinggiran plastik tersebut agar bahan pustaka tidak terlepas.56

Sedangkan menurut Muhammad Razak peralatan dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan enkapsulasi ialah gunting, alas dari plastik tebal yang dilengkapi dengan garis-garis yang berpotongan tegak lurus untuk mempermudah pekerjaan, sikat halus, film plastik polyester, pisau, pemotong (cutter), double sided tape 3M, pemberat, kertas, penyerap bebas asam dan lembaran kaca.57 Alat dan bahan yang diperlukan dalam melakukan enkapsulasi diantaranya:

54

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.h.113

55

Made Ayu Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.29

56

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.h.113

57


(60)

43

1. Plastik Polyethlylane/Poliester. Plastik tersebut merupakan plastik yang bebas asam contohnya mylar. Ukuran plastik tersebut lebih besar dari bahan pustaka berupa lembaran kertas sebanyak dua lembar.

2. Double side tape, perekat ini merupakan perekat yang bebas asam contohnya 3M. Lebar duble side tape tersebut yaitu 5mm.

3. Pemberat 4. Cutter

5. Cutter mat58

Setelah mengetahui alat dan bahan dalam melakukan enkapsulasi, selanjutnya yang perlu diketahui dalam melakukan enkapsulasi ialah mengenai teknik melakukan enkapsulasi. Karmidi Martoatmodjo menerangkan bahwa idealnya enkapsulasi dilakukan dengan cara mengapit bahan pustaka berupa lembaran dengan plastik transparan. Lembaran bahan pustaka tersebut diletakkan di antara dua lembar plastik transparan tersebut, jadi tulisan tetap dapat dibaca dari luar. Selanjutnya, pinggiran plastik transparan tersebut ditempeli double side tape yang berguna mengeratkan kedua sisi plastik tersebut. Dengan demikian bahan pustaka tidak terlepas.59 Karmidi Martoatmodjo menerangkan mengenai cara melaksanakan enkapsulasi bahwa:

“Pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi berupa lembaran kertas seperti naskah kuno, peta, poster, yang umumnya sudah

RI, 1998. h. 56

58

Made Ayu Wirayati, Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.137

59

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.h.113


(61)

44

rapuh. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menepatkannya di antara dua lembar plastik transparan.”60

Enkapsulasi merupakan cara untuk melindungi bahan pustaka dari kerusakan. pada proses enkapsulasi setiap lembar kertas atau dokumen dilindungi dengan plastik bebas asam. Cara yang dilakukan dalam melakukan proses enkapsulasi ialah dengan mengapit lembaran kertas atau dokumen di antara dua plastik dan pada bagian pinggirnya direkatkan dengan mengguanakan double side tape. Cara kerja dalam melaksanakan enkapsulasi diantaranya:

1. Letakkan mylar di atas meja, lalu bersihkan dengan lap bersih jika ada bagian yang kotor.

2. Letakkan kertas dokumen di atas mylar dengan posisi ada di tengah-tengah plastik.

3. Letakkan pemberat di atas dokumen.

4. Tempelkan double side tape yang bebas asam di atas mylar pada garis lurus pinggir dokumen dan letaknya berjarak 2-3 mm dari pinggir dokumen sehingga double side tape yang bebas asam tersebut tidak bersentuhan dengan kertas dokumen.

5. Lebuhkan double side tape yang bebas asam sekitar 5 mm dari garis lurus dokumen kertas.

6. Potong double side tipe yang bebas asam dengan cutter.

60

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010


(62)

45

7. Lakukan penempelan double side tape yang bebas asam dengan cara yang sama pada ketiga sisi lainnya dari kertas dokumen.

8. Setelah penempelan double side tape yang bebas asam di atas mylar

selesai, sisihkan pemberat.

9. Letakkan selembar mylar lagi di atas kertas dokumen. 10.Letakkan kembali pemberat di atas mylar.

11.Cungkil kedua kertas double side tape yang bebas asam dengan cutter. 12.Lepaskan sedikit kertas double side tape.

13.Rekatkan kedua sisi mylar dengan double side tape.

14.Lakukan hal yang sama pada ujung diagonal kertas dokumen tersebut. 15.Setelah kedua ujung tersebut menempel, kemudian tarik sisa kertas double

side tape sehingga semua kertas double side tape lepas dan kedua lembar

mylar menempel pada double side tape.

16.Lakukan hal yang sama pada ketiga kertas double side tape.

17.Gosok permukaan mylar yang ditempel double side tape supaya double side tape menempel kuat pada mylar.

18.Letakkan penggaris 2-3 mm dari pinggir double side tape, kemudian rapihkan pinggiran mylar dengan memotong mylar yang berlebih.

19.Lakukan pada keempat pinggir mylar.

20.Diakhiri dengan merapihkan bahan pustaka yang telah dienkapsulasi.61 Menurut penulis, enkapsulasi merupakan salah satu cara preservasi bahan pustaka dengan cara menempatkan lembaran bahan pustaka di antara

61

Made Ayu Wirayati. Pedoman Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2014.h.137-145


(63)

46

dua plastik polyster untuk menghindari kerusakan fisik karena sering dipegang atau digunakan dengan tujuan melindungi bahan pustaka dari zat asam, debu dan pollutant. Dengan dienkapsulasi bahan pustaka akan selalu dalam ke adaan baik, karena bahan pustaka terlindungi oleh plastik bebas asam. Jika bahan pustaka tersebut ingin digunakan atau dimanfaatkan untuk hal-hal tertentu, maka bahan pustaka yang telah dienkapsulasi dapat diambil secara utuh dengan cara memotong plastik pelindung bebas asam pada bagian tepi salah satu sisi bahan pustaka yang telah dilindungi oleh plastik bebas asam.

Kelebihan enkapsulasi bahan pustaka ialah bahan pustaka tidak menempel seperti halnya laminasi, sehingga kalau bahan pustaka diperlukan, bahan pustaka bisa diambil dengan utuh, dengan cara menggunting bagian tepi plastik pelindungnya. Ijazah atau bahan pustaka penting lainnya lebih baik dienkapsulasi, karena suatu saat dokumen tersebut ingin dipergunakan aslinya, makan dokumen tersebut bisa dipergunakan aslinya secara utuh dengan cara memotong pinggir mylar pada enkapsulasi. Yang penting harus diperhatikan dalam pelaksanaan enkapsulasi adalah bahwa kertas harus bersih, kering, dan bebas asam (sudah dideasidifikasi).62

G. Penelitian Terdahulu

Sebelum mengadakan penelitian ini, terlebih dahulu penulis melakukan tinjauan pustaka untuk melihat dan mencari judul skripsi yang ada di perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarata dan

62

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.h.113


(64)

47

perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora. Penulis menemukan ada beberapa skripsi yang membahas tema serupa, yaitu:

1. “Pelaksanaan Fumigasi pada Perpustakan Nasional Republik Indonesia sebagai upaya pelestarian bahan pustaka”, yang disusun oleh Zulfachri Tribuana Said / 108025000009 Fakultas Adab Dan Humaniora, Jurusan Ilmu Perpustakaan, tahun 2012. Skripsi tersebut membahas mengenai pelaksanaan fumigasi yang dilakukan oleh perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Tujuan dari skripsi ini adalah : Untuk mengetahui kebijakan pelaksanaan kegiatan fumigasi di PNRI. Untuk mengetahui teknik pelaksanaan kegiatan fumigasi di PNRI. Untuk mengetahui bahan fumigant yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan fumigasi di PNRI. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam kegiatan fumigasi di PNRI.

2. “Pelestarian bahan koleksi buku langka di perpustakaan kementrian pekerjaan umum”, yang disusun oleh Ahmad Nawai / 106025001044 Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Ilmu perpustakaan. Skripsi tersebut membahas tentang pelestarian bahan koleksi langka di Perpustakaan Kementrian Umum. mengetahui apa saja faktor-faktor penyebab kerusakan koleksi buku langka. Mengetahui teknik pelestarian buku langka yang dilakukan di perpustakaan kementrian pekerjaan umum. Mengetahui kendala apa saja yang di hadapi dalam melakukan pelestarian koleksi buku langka.


(65)

48

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang membahas mengenai pelestarian bahan pustaka. Penelitian yang dibahas oleh saudara Zulfachri Tribuana Said membahas mengenai pelestarian bahan pustaka dengan menggunakan metode fumigasi. Penelitian tersebut dilakukan pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh saudara Ahmad Nawai membahas mengenai pelestarian bahan pustaka langka. Penelitian tersebut dilakukan pada Perpustakaan Kementrian Umum. Keduanya sama-sama membahas pelestarian bahan pustaka.

Perbedaan penelitian yang penulis teliti yaitu mengenai subjek penelitian. Penelitian terdahulu membahas mengenai fumigasi dan koleksi langka. Sedangkan penulis membahas mengenai enkapsulasi bahan pustaka. Kesamaan penelitian penulis terhadap penelitian terdahulu yaitu saudara Zulfachri Tribuana Said yaitu terletak pada tempat penelitian yaitu pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Namun kesamaan keduanya yaitu membahas mengenai pelestarian bahan pustaka dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.

Sehubungan dengan penelitian ini, Inggris dan Amerika merupakan negara yang memiliki banyak topik mengenai pembahasan pelestarian bahan pustaka. Pelestarian dan pengawetan serta pemeliharaan bahan pustaka di Inggris sangat maju. Selain itu, perhatian untuk menjaga bahan pustaka sangat tinggi. Misalnya saja perhatian terhadap tinta yang ada


(66)

49

dibuku. Salah satu bab dari buku Languell membicarakan tentang “tinta”. Dikatakan bahwa:

“tinta memiliki pengaruh besar dalam hal pengawetan dan pemeliharaan bahan pustaka. Sebab bahan untuk membuat tinta campuran dari besi belerang dengan “oak-gall”, cepat meresap ke dalam kertas dengan suatu tendensi untuk menyebar.”63

Keadaan pelestarian bahan pustaka di Amerika Serikat terlihat lebih maju, karena negara tersebut memiliki perpustakaan-perpustakaan yang bergerak dalam bidang pelestarian bahan pustaka. The Libray of Conggress merupakan salah satu pelopor yang gigih dalam mengadakan pemeliharaan dan pengawetan bahan pustaka. Selain itu perpustakaan-perpustakaan lain yang ada di negara tersebut juga ikut menyusul dalam bidang pelestarian bahan pustaka. The New York Public Library, Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Boston, The Newbery Public Library di Chicago, serta masih banyak perpustakaan lainnya.64

Sehubungan dengan pembahasan tersebut, perpustakaan di Indonesia juga melakukan pelestarian bahan pustaka. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan yang melakukan pelestarian bahan pustaka. Sedangkan yang melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi diantaranya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), museum Bung Karno dan Bung Hatta (mengenkapsulasi mata uang kertas).

63

Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.216

64


(1)

Gambar Gambar

Bahan Pustaka Yang Telah dienkapsulasi Mesin HDS KEEPER

Gambar Gambar

Penulis Menyalakan Mesin HDS KEEPER Penulis Mempraktekkan Enkapsulasi Dengan Mesin HDS KEEPER


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Hanifudin Ibrahim, dilahirkan atas izin Allah SWT sebagai buah hati dari

pasangan bapak Muhammad Mundirin dan ibu Rumini, anak ketiga dari tiga saudara bertempat di Jakarta pada tanggal 19 Agustus 1993. Menyelesaikan pendidikan MI Al-ANWAR Jakarta (1999 - 2005 ), MTSN 19 Jakarta (2005 - 2008), MAN 11 Jakarta (2008 – 2011), dan kuliah mengambil Jurusan Ilmu Perpustakaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-2015). Dalam masa perkuliahan penulis melaksanakan praktek kerja lapangan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan mengikuti kegiatan Kuliah kerja nyata di Desa Mekar Sari, Kecamatan Tanjung Rasa, Bogor. Pernah menjadi regu inti Pramuka MI-MTS, ikut andil menjadi OSIS, tim futsal dan marawis MTSN 19 Jakarta, anggota music MAN 11, anggota organisasi JIPMusik (Musik Jurusan Ilmu Perpustakaan) 2014-2015, anggota komunitas musik Cilandak Familia, anggota komunitas Intan Skateboarding Community and Culture, dan anggota Satu Atap Fondution yang bergerak pada bidang sosial.