Uji Autografi Aktivitas Antioksidan

apabila dua bercak memiliki nilai Rf yang hampir sama maka kemungkinan besar komponen tersebut berasal dari kelompok senyawa yang sama. Hal ini diduga bahwa bercak ekstrak biomassa Colletotrichum sp. 8 dan ekstrak filtrat Colletotrichum sp. 10 dengan standar vitamin C diduga merupakan kelompok senyawa yang sama. Nilai Rf dari seluruh sampel bervariasi ada yang nilainya lebih tinggi atau lebih rendah dibandingkan standar vitamin C yaitu dari 0,2 sampai 0,82 Lampiran 2. Nilai Rf menunjukan keberadaan suatu senyawa yang terdapat di dalam suatu sampel. Senyawa yang terkandung antara satu sampel dengan sampel yang lain memiliki perbedaan. Menurut Lasmaria 2011, sampel yang memiliki nilai Rf yang lebih tinggi atau lebih rendah dapat dikarenakan adanya senyawa lain yang terkandung pada masing-masing ekstrak sehingga menghasilkan nilai Rf yang berbeda. Nilai Rf merupakan nilai yang sangat sensitif karena banyak faktor yang dapat menyebabkan nilai Rf berubah. Menurut Robinson 1995, nilai Rf berubah karena faktor suhu, eluen, dan banyaknya senyawa yang ditotolkan. Oleh karena itu, nilai Rf tidak dapat diandalkan untuk identifikasi senyawa sehingga perlu adanya pengujian lanjutan.

4.3 Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.

Pengujian aktivitas antioksidan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil DPPH menggunakan spektrofotometer uv-vis melibatkan pengukuran nilai absorbansi pada panjang gelombang maksimum 517 nm dengan berbagai variasi konsentrasi yaitu 150 ppm, 300 ppm, 600 ppm, 1200 ppm dan 2400 ppm. Nilai absorbansi akan menurun apabila konsentrasi sampel semakin besar yang mengakibatkan semakin besarnya persen penghambatan. Aktivitas antioksidan dari sampel akan merubah warna larutan DPPH dalam metanol yang semula berwarna ungu menjadi kuning Molyneux, 2004; Lasmaria, 2011. Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan nilai Inhibition Concentration 50 IC 50 . Nilai IC 50 dihitung berdasarkan persen penghambatan terhadap radikal DPPH dari masing-masing konsentrasi larutan sampel secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Aktivitas antioksidan ekstrak filtrat Colletotrichum spp. berdasarkan nilai IC 50 Hasil analisis regresi menunjukan bahwa seluruh ekstrak filtrat memiliki aktivitas antioksidan yang bervariasi. Ekstrak filtrat Colletotrichum sp. 1 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC 50 837,143 ppm dan ekstrak filtrat Colletotrichum sp. 11 memiliki aktivitas antioksidan terendah dengan nilai IC 50 2017,2 ppm Gambar 8. Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan nilai IC 50 dimana aktivitas antioksidan akan berbanding terbalik dengan nilai IC 50 . Semakin tinggi aktivitas antioksidan suatu sampel maka semakin rendah nilai IC 50 dan 500 1000 1500 2000 2500 IC 50 ppm ekstrak filtrat sebaliknya Pratiwi et al., 2013. Aktivitas antioksidan tertinggi dari seluruh ekstrak filtrat memiliki nilai IC 50 sebesar 837,143 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh ekstrak filtrat Colletotrichum spp. tergolong tidak aktif sebagai antioksidan. Menurut Jun et al. 2003, aktivitas antioksidan dikatakan tidak aktif jika memiliki nilai IC 50 500 ppm. Aktivitas antioksidan seluruh ekstrak filtrat Colletotrichum spp. jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan vitamin C yang memiliki IC 50 sebesar 3,793 ppm Gambar 8. Rendahnya aktivitas antioksidan pada seluruh ekstrak filtrat Colletotrichum spp. karena vitamin C merupakan senyawa murni yang umum digunakan sebagai pembanding karena memiliki aktivitas antioksidan kuat terbukti dengan nilai IC 50 yang kecil Arindah, 2010. Ekstrak filtrat Colletotrichum spp. yang diuji pada penelitian ini masih berupa ekstrak kasar crude extract dan bukan senyawa murni. Menurut Hanani et al. 2005, apabila ekstrak masih berupa ekstrak kasar masih ada kemungkinan senyawa murni yang dikandung suatu sampel memiliki aktivitas peredaman radikal bebas lebih kuat dibandingkan ekstrak kasarnya. Aktivitas antioksidan yang dihasilkan setiap ekstrak filtrat Colletotrichum spp. bervariasi Gambar 8. Perbedaan aktivitas antioksidan yang dihasilkan setiap ekstrak filtrat Colletotrichum spp. diduga karena setiap spesies kapang memiliki kemampuan yang berbeda dalam memproduksi senyawa metabolit. Menurut Pratiwi 2008, spesies mikroorganisme tertentu mungkin mampu memproduksi beberapa macam metabolit sekunder, sedangkan spesies yang lain hanya memproduksi satu atau dua macam metabolit sekunder saja. Oleh karena itu, kemampuan setiap ekstrak filtrat kapang endofit Colletotrichum spp. berbeda dalam menghasilkan senyawa metabolit berupa antioksidan terlihat dari aktivitas antioksidan yang bervariasi. Ekstrak filtrat Colletotrichum sp. 1 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi apabila dibandingan seluruh ekstrak filtrat spesies lainnya Gambar 8. Tingginya aktivitas antioksidan dari ekstrak filtrat Colletotrichum sp. 1 diduga karena spesies kapang endofit tersebut memiliki kemampuan memproduksi metabolit tertentu yang berperan sebagai antioksidan dibandingkan spesies lainnya. Menurut Strobel dan Daisy 2003, endofit dengan spesies yang sama diisolasi dari tanaman yang sama tetapi hanya salah satu endofit yang akan menghasilkan senyawa bioaktif sangat tinggi pada suatu kultur. Menurut Dewick 2002, produksi metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik, atau terdapat pada strain galur yang spesifik serta hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu. Gambar 9. Aktivitas antioksidan ekstrak biomassa Colletotrichum spp. berdasarkan nilai IC 50 500 1000 1500 2000 2500 IC 50 ppm ekstrak biomassa