Uji Aktivitas Antioksidan Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.

kemampuan setiap ekstrak filtrat kapang endofit Colletotrichum spp. berbeda dalam menghasilkan senyawa metabolit berupa antioksidan terlihat dari aktivitas antioksidan yang bervariasi. Ekstrak filtrat Colletotrichum sp. 1 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi apabila dibandingan seluruh ekstrak filtrat spesies lainnya Gambar 8. Tingginya aktivitas antioksidan dari ekstrak filtrat Colletotrichum sp. 1 diduga karena spesies kapang endofit tersebut memiliki kemampuan memproduksi metabolit tertentu yang berperan sebagai antioksidan dibandingkan spesies lainnya. Menurut Strobel dan Daisy 2003, endofit dengan spesies yang sama diisolasi dari tanaman yang sama tetapi hanya salah satu endofit yang akan menghasilkan senyawa bioaktif sangat tinggi pada suatu kultur. Menurut Dewick 2002, produksi metabolit sekunder tertentu hanya ditemukan pada organisme spesifik, atau terdapat pada strain galur yang spesifik serta hanya diproduksi pada kondisi-kondisi tertentu. Gambar 9. Aktivitas antioksidan ekstrak biomassa Colletotrichum spp. berdasarkan nilai IC 50 500 1000 1500 2000 2500 IC 50 ppm ekstrak biomassa Aktivitas antioksidan yang dihasilkan seluruh ekstrak biomassa Colletotrichum spp. bervariasi. Hasil analisis regresi menunjukkan ekstrak biomassa Colletotrichum sp. 1 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dengan nilai IC 50 1489,565 ppm. Aktivitas antioksidan terendah terdapat pada ekstrak biomassa Colletotrichum sp. 7 dengan nilai IC 50 2351,157 ppm Gambar 9. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh ekstrak biomassa Colletotrichum spp. tergolong tidak aktif sebagai antioksidan. Menurut Jun et al. 2003, aktivitas antioksidan dikatakan tidak aktif jika memiliki nilai IC 50 500 ppm. Ekstrak biomassa Colletotrichum sp. 1 memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dari seluruh ekstrak biomassa dengan nilai IC 50 1489,565 ppm tetapi memiliki aktivitas antioksidan yang sangat rendah Gambar 9. Kapang endofit Colletotrichum sp. 1 diisolasi dari organ daun tanaman kina Chinchona calisaya Wedd. Tabel 1. Berdasarkan penelitian sebelumnya ekstrak daun Chinchona ledgeriana memiliki aktivitas antioksidan dengan metode DPPH –TEAC sebesar 84,2 ± 1,9 mg g – pada ekstrak metanol dan 17,1 ± 0,6 mg g – pada ekstrak akuades Al –Mustafa dan Al–Thunibat, 2008. Mikroba endofit diketahui memiliki kemampuan memproduksi senyawa metabolit sekunder yang sama dengan tanaman inangnya. Metabolit sekunder yang dihasilkan mikroba endofit kemungkinan karena adanya transfer genetik dari tanaman inang kedalam mikroba endofit Radji, 2005. Hal ini diduga Colletotrichum sp. 1 dari tanaman kina Cinchona calisaya Wedd. memiliki aktivitas antioksidan tertinggi karena mampu menghasilkan metabolit seperti organ daun tanaman kina. Kapang endofit Colletotrichum sp. 4, Colletotrichum sp. 10, dan Colletotrichum sp. 14 diisolasi dari organ yang sama yaitu organ daun tetapi memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda serta seluruh ekstrak biomassa Colletotrichum spp. yang diisolasi dari organ tanaman yang berbeda memiliki aktivitas yang berbeda pula Gambar 9. Hal ini menunjukan bahwa setiap spesies Colletotrichum spp. memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan senyawa antioksidan. Penelitian Petrini et al. 1992, menyatakan bahwa kapang endofit dengan spesies yang sama pada satu tanaman yang sama namun diisolasi dari organ tanaman yang berbeda memiliki kemampuan untuk memproduksi metabolit sekunder yang berbeda. Menurut Srikandace et al. 2007, kapang endofit memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa metabolit yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, ekstrak biomassa Colletotrichum spp. dalam penelitian ini memiliki kemampuan yang berbeda dalam menghasilkan senyawa antioksidan. Ekstrak biomassa Colletotrichum sp. 1 memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan seluruh ekstrak biomassa dengan nilai IC 50 1489,565 ppm Gambar 9. Penelitian Saputri 2013, menyatakan bahwa ekstrak biomassa kapang genus Colletotrichum yang diisolasi dari tanaman Rhizophora sp. memiliki nilai IC 50 sebesar 44,62 µgml. Menurut Jun et al. 2003, aktivitas antioksidan dikatakan aktif jika IC 50 50-100 ppm dan tidak aktif jika IC 50 500 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak biomassa Colletotrichum dari Rhizophora sp. lebih aktif sebagai antioksidan apabila dibandingkan ekstrak biomassa Colletotrichum spp. dari tanaman kina terlihat dari nilai IC 50 yang kecil. Seluruh ekstrak biomassa Colletotrichum spp. memiliki aktivitas antioksidan yang sangat rendah dibandingkan standar vitamin C. Vitamin C sebagai kontrol positif memiliki nilai IC 50 sebesar 3,793 ppm Gambar 9. Rendahnya aktivitas antioksidan yang dihasilkan ekstrak biomassa Colletotrichum spp. dibandingkan vitamin C diduga karena ekstrak yang diuji masih merupakan ekstrak kasar crude extract dan bukan senyawa murni. Apabila ekstrak masih berupa ekstrak kasar masih ada kemungkinan senyawa murni yang dikandung suatu sampel memiliki aktivitas peredaman radikal bebas lebih kuat dibandingkan ekstrak kasarnya Hanani et al., 2005. Tingginya aktivitas antioksidan vitamin C karena vitamin C merupakan senyawa murni. Vitamin C memiliki aktivitas antioksidan kuat terbukti dengan nilai IC 50 yang kecil Arindah, 2010. Vitamin C mudah mengalami oksidasi oleh radikal bebas karena mempunyai ikatan rangkap serta terdapat 2 gugus –OH yang terikat pada ikatan rangkap tersebut. Vitamin C mampu menangkap radikal bebas dengan atau tanpa katalisator enzim. Reaksinya terhadap senyawa oksigen reaktif lebih cepat dibandingkan dengan komponen cair lainnya Winarsi, 2007.

4.4 Analisis GC-MS

Analisa GC-MS bertujuan untuk mengetahui komponen senyawa yang terkandung didalam ekstrak kapang endofit Colletotrichum spp. terpilih yaitu sampel M1 Colletotrichum sp. 1. Pemilihan sampel untuk diuji GC-MS berdasarkan hasil aktivitas antioksidan tertinggi dari ekstrak filtrat dan biomassa. Hasil GC-MS ekstrak filtrat dapat dilihat pada Gambar 10 dan Tabel 4. Gambar 10. Kromatogram Hasil GC-MS Ekstrak Filtrat Tabel 4. Hasil identifikasi komponen ekstrak filtrat Colletotrichum sp.1 dengan pelarut etil asetat. No Nama Komponen area 1 Etilbenzena 3.86 2 p-Dimetilbenzena 3.28 3 o-Silena 21.38 4 1-metiletil-Benzena 0.67 5 1,4-dikloro-Benzena 1.61 6 Cis-Limonen Oksida 1.34 7 Naptalen 5.55 8 Metil Salisilat 1.34 9 4-kloro-Fenol 2.09 10 Sikloundekanon 0.72 11 9,10-dihidroksi-Asam oktadekanoat 1.25 12 1,2,4-Trihidroksi-p-metana 1.00 13 2,4-bis1,1-dimetiletil-Fenol 1.42 14 3,4-dihidro-8-hidroksi-3-metil 1H-2-Benzopiran-1-one 24.44 15 1,1-2,6-dimetil-3,5-piridindiylbis- Etanon 23.12 16 Benzopenon 1.30 17 2-Asam karboksilat, 5-1-heksinil-Furan 3.50 18 3-metoksi-2,4,6-trimetil-Fenol, 1.47 19 bis2-metilpropil ester 1,2- Asam Benzendikarboksilat 0.67 Memiliki aktivitas antioksidan. Hasil GC-MS senyawa bioaktif yang terkandung didalam ekstrak etil asetat kapang endofit Colletotrichum sp. 1 sedikitnya terdapat 19 komponen senyawa yang termasuk kedalam golongan senyawa fenol, aromatik, ester, keton, dan alkana. Senyawa naftalen memiliki area 5.55. Senyawa fenol banyak ditemukan dengan area yang berbeda yaitu 2.09, 1.42, 1.47. Senyawa asam oktadekanoat memiliki area 1.25. Senyawa benzopiran memiliki area 24.44. Persen area yang paling tinggi terdapat pada komponen senyawa benzopiran Tabel 4. Senyawa naptalen, metil salisilat, fenol, asam oktadekanoat dan benzopiran memiliki aktivitas antioksidan. Kemampuan senyawa-senyawa tersebut telah dibuktikan oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian Vijayavel et al. 2007, senyawa naptalen dari ekstrak Chorola vulgaris mempunyai efek anti radikal bebas. Menurut Sutrisno 2012, senyawa metil salisilat termasuk golongan senyawa fenolik. Senyawa fenolik memiliki struktur khas yaitu terdapat satu atau lebih gugus hidroksil yang terikat pada satu atau lebih cincin aromatik benzena sehingga senyawa ini memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Penelitian Gul et al. 2011, metabolit sekunder seperti komponen fenolik asam fenolik, flavonoid, kuinin, dan kumarin, komponen nitrogen alkaloid dan amina, vitamin, terpenoid dan metabolit sekunder lainnya terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Penelitian Nath et al. 2012, kapang endofit Phomopsis sp. dan Xylaria sp. memiliki aktifitas antioksidan dan tingkat fenol yang tinggi. Penelitian Swantara dan Parwata 2011, senyawa yang paling aktif bersifat antioksidan pada Gracilaria coronopifolia yaitu 1-nonadekena; asam heksadekanoat; asam 9-oktadekanoat. Penelitian Seo et al. 2006, senyawa benzopiran dari ganggang coklat Sargasum thunbergii terbukti efektif meredam radikal bebas. Penelitian Tianpanich et al. 2006, menyatakan bahwa senyawa benzopiran atau isokumarin yang dihasilkan kapang endofit Colletotrichum sp. dari tanaman Piper ornatum memiliki aktivitas antioksidan. Hasil GC-MS memperlihatkan bahwa pelarut etil asetat mampu mengekstrak komponen senyawa lebih banyak apabila dibandingkan pelarut metanol Tabel 4 dan 5. Hal ini diduga karena pelarut etil asetat bersifat semi polar dimana mampu mengekstrak senyawa polar dan non polar yang terdapat pada sampel. Menurut Oyi et al. 2007, pelarut etil asetat mampu mengekstrak senyawa polar dan non polar karena pelarut ini bersifat semi polar. Pelarut akan melarutkan senyawa yang sesuai dengan tingkat kepolarannya. Pelarut etil asetat memiliki kemampuan melarutkan senyawa sterol, terpenoid, saponin, flavonoid, dan senyawa fenol. Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh dimana pelarut etil asetat dapat mengekstrak senyawa fenol dari ekstrak filtrat Colletotrichum sp.1. Senyawa fenol memiliki kemampuan menyumbangkan atom hidrogen yang menyebabkan radikal DPPH dapat terduksi menjadi bentuk yang lebih stabil. Aktivitas peredaman radikal bebas oleh senyawa fenol dipengaruhi oleh jumlah dan posisi hidrogen fenolik dalam molekulnya dimana semakin banyak jumlah gugus hidroksil pada senyawa fenol maka semakin besar aktivitas antoksidan yang dihasilkan Pratiwi et al., 2013. Senyawa fenol memiliki aktivitas