lahan di daerah penelitian adalah sebesar Rp243.177,08ha sedangkan pada analisis biaya opportunitas rata-rata biaya tenaga kerja di daerah penelitian adalah
sebesar Rp1.584.966,32 ha dan rata-rata sewa lahan di daerah penelitian adalah sebesar Rp655.329,86ha. Dengan jumlah produksi yang sama yaitu sebesar
275,38 kg dan harga jual yang sama yaitu sebesar Rp60.000, BEP produksi biaya riil lebih kecil dibandingakan biaya opportunitas.
Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa petani tambak kepiting di daerah penelitian telah emmperoleh keuntungan baik dari segi BEP harga maupun
BEP produksi.
5.7. Analisis Sensitivitas
Dalam analisis kelayakan tambak kepiting terdapat ketidakpastian yang akan mempengaruhi hasil perhitungan. Analisis sensitivitas akan dilakukan untuk
menguji seberapa jauh usaha yang dilaksanakan sensitif terhadap perubahan harga-harga input dan output. Dalam usaha ini komponen yang dianggap peka
terhadap suatu kelayakan usaha adalah kenaikan biaya variabel dan harga kepiting. Komponen biaya variabel yang digunakan dalam analisis sensivitas ini
adalah harga bibit kepiting. Analisis kepekaan terhadap harga bibit kepiting dikarenakan merupakan komponen biaya utama dan biaya terbesar terhadap
pendapatan petani. Dalam analisis kepekaan terhadap harga bibit kepiting dibagi menjadi tiga skenario yaitu, kenaikan harga bibit 15 , 20 dan 25. Angka ini
diperoleh dari perbedaan dari harga bibit tertinggi dengan harga bibit terendah selama penelitian berlangsung yaitu sebesar Rp45.000kg-Rp60000kg.
Analisis kepekaan kedua adalah harga kepiting. Analisis kepekaan terhadap harga kepiting dikarenakan harga kepiting yang menurun di tahun 2015. Dalam analisis
Universitas Sumatera Utara
kepekaan terhadap harga bibit kepiting dibagi menjadi tiga skenario yaitu, penurunan harga jual kepiting 15 , 20 dan 25. Angka ini diperoleh dari
perbedaan dari harga kepiting tertinggi dengan harga kepiting terendah selama penelitian berlangsung yaitu sebesar Rp20.000kg-Rp35.000kg.
Hasil analisis sensitivitas disajikan dalam Tabel 5.10 berikut:
Tabel 5.11.Analisis Sensitivitas terhadap RC untuk Biaya RiilHa Harga Bibit
Naik Harga Jual
15 Kepiting Tu
20 run
25
1,42 1,20
1,13 1,06
15
1,04 0,88
0,83 0,78
20
1,02 0,87
0,82 0,77
25
1,01 0,86
0,81 0,75
Sumber : Lampiran 35,37,39,41,43,45,47,48,49,51,53,55,57,59,61,dan63 Dari Tabel 5.11 dapat diketahui bahwa nilai RC ratio pada analisis biaya riil
diperoleh RC sebesar 1,04, 1,02 dan 1,01 dengan kenaikan harga bibit 15 , 20 dan 25, nilai RC yang diperoleh lebih besar dari satu sehingga usaha tambak
kepiting didaerah penelitian layak untuk diusahakan. Dan ketika harga jual kepiting mengalami penurunan harga sebesar 15 , 20 dan 25 diperoleh RC
sebesar 1,20, 1,13, dan 1,06 nilai RC yang diperoleh lebih besar dari satu sehingga usaha tambak kepiting didaerah penelitian layak untuk diusahakan. Hal
ini disebabkan karena biaya bibit yang dikeluarkan petani masih bisa ditoleransi dengan asumsi kenaikan 15 , 20 dan 25 dan petani masih bisa melanjutkan
usah tambaknya. Begitu juga dengan penurunan harga jual petani dengan asumsi penurunan 15 , 20 dan 25 masih bisa ditoleransi dan petani masih bisa
mendapatkan keuntungan. Selain itu
Namun, ketika kondisi kenaikan harga bibit terjadi bersamaan dengan penurunan harga jual kepiting, nilai RC yang diperoleh lebih kecil dari satu sehingga usaha
Universitas Sumatera Utara
Harga Bibit Rp Naik Harga Jual Kepiting Rp Turun
0Normal 15 20
25
1,23 1,05
0,99 0,93
15 0,93
0,79 0,75
0,70
20
0,92 0,78
0,74 0,69
25 0,91
0,77 0,73
0,68 tambak kepiting didaerah penelitian tidak layak untuk diusahakan dan usaha
tambak kepiting di daerah penelitian sensitive terhadap perubahan kenaikan harga bibit dan penurunan harga jual kepiting.
Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas terhadap RC untuk Opportunitas CostHa
Sumber : Lampiran 36,38,40,42,44,46,48,51,52,54,56,58,61,62 dan 64 Dari Tabel 5.12 dapat diketahui bahwa nilai RC ratio pada analisis biaya
opportunitas diperoleh RC sebesar 0,93, 0,92 dan 0,91 dengan kenaikan harga bibit 15 , 20 dan 25, nilai RC yang diperoleh lebih kecil dari satu sehingga
usaha tambak kepiting didaerah penelitian tidak layak untuk diusahakan. Dan ketika harga jual kepiting mengalami penurunan harga sebesar 15 , 20 dan
25 diperoleh RC sebesar 1,05, 0,99, dan 0,93, nilai RC yang diperoleh pada penurunan harga sebesar 15 lebih besar dari satu sehingga usaha tambak
kepiting didaerah penelitian layak untuk diusahakan. Hal ini disebabkan karena penerimaan TR masih lebih besar atau menutupi total biaya yang dikeluarkan
petani. Namun pada penurunan harga sebesar 20 dan 25 usaha tambak kepiting didaerah penelitian tidak layak untuk diusahakan. Hal ini disebabkan
karena penerimaan TR lebih kecil atau tidak menutupi total biaya yang dikeluarkan petani.
Namun, ketika kondisi kenaikan harga bibit terjadi bersamaan dengan penurunan harga jual kepiting, nilai RC yang diperoleh lebih kecil dari satu sehingga usaha
tambak kepiting didaerah penelitian tidak layak untuk diusahakan dan usaha
Universitas Sumatera Utara
tambak kepiting di daerah penelitian sensitive terhadap perubahan kenaikan harga bibit dan penurunan harga jual kepiting. Hal ini disebabkan karena penerimaan
TR lebih kecil atau tidak bisa menutupi total biaya yang dikeluarkan petani.
Tabel 5.13.Analisis Sensitivitas terhadap BEP Produksi Kg untuk Biaya RiilHa
Harga Bibit R p Naik
Harg 0normal
a Jual Ke 15
piting Rp 20
Turun 25
194,30 228,59
242,88 259,07
15
265,06 311,84
331,33 353,41
20
269,08 316,56
336,35 358,77
25 273,10
321,29 341,37
364,13 Sumber : Lampiran 35,37,39,41,43,45,47,48,49,51,53,55,57,59,61,dan63
Dari Tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada analisis biaya riil diperoleh BEP produksi sebesar 265,06 kg, 269, 08 kgdan 273,10 kg dengan kenaikan harga bibit
15 , 20 dan 25. Bila BEP produksi dibandingkan dengan produksi rata-rata yaitu sebesar 275,38 kg maka, dapat diketahui bahwa nilai produksi rata-rata ini
lebih besar BEP produksi rata-rata sehingga usaha tambak kepiting didaerah penelitian layak untuk diusahakan. Petani masih bisa berusaha tambak kepiting
dan usaha berada pada titik impas jika produksi yang diperoleh sebesar 265,06 kg, 269, 08 kgdan 273,10 kg.
Dan ketika harga jual kepiting mengalami penurunan harga sebesar 15 , 20 dan 25 diperoleh BEP produksi sebesar 228,59 kg, 242, 88 kgdan 259,07kg,
Bila BEP produksi dibandingkan dengan produksi rata-rata yaitu sebesar 275,38 kg maka, dapat diketahu bahwa nilai produksi rata-rata ini lebih besar BEP
produksi rata-rata sehingga usaha tambak kepiting didaerah penelitian layak untuk diusahakan. Petani masih bisa berusaha tambak kepiting dan usaha berada pada
titik impas jika produksi yang diperoleh sebesar 228,59 kg, 242, 88 kgdan 259,07kg.
Universitas Sumatera Utara
Namun, ketika kondisi kenaikan harga bibit terjadi bersamaan dengan penurunan harga jual kepiting, BEP produksi yang dihasilkan dibandingkan dengan produksi
rata-rata yaitu sebesar 275,38 kg maka, dapat diketahu bahwa nilai produksi rata- rata ini lebih kecil dari BEP produksi rata-rata sehingga usaha tambak kepiting
didaerah penelitian tidak layak layak untuk diusahakan dan usaha tambak kepiting di daerah penelitian sensitive terhadap perubahan kenaikan harga bibit dan
penurunan harga jual kepiting yang terjadi bersamaan.
Tabel 5.14. Analisis Sensitivitas terhadap BEP Produksi Kg untuk Biaya OpportunitasHa
Harga Bibit Rp Naik
Harga Jual Ke 15
piting Rp 20
Turun 25
226,65 266,65
283,31 302,20
15
297,41 349,89
371,76 396,54
20 301,43
354,62 376,78
401,90
25
305,44 359,35
381,80 407,26
Sumber : Lampiran 36,38,40,42,44,46,48,51,52,54,56,58,61,62 dan 64 Dari Tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada analisis biaya opportunitas diperoleh
Dengan kenaikan harga bibit 15 , 20 dan 25 dan harga jual normal, maka petani memperoleh BEP produksi sebesar 297,41 kg, 301.43 kgdan 305,44kg .
Bila BEP produksi dibandingkan dengan produksi rata-rata yaitu sebesar 275,38 kg maka, dapat diketahui bahwa nilai produksi rata-rata ini lebih kecil dari BEP
produksi rata-rata sehingga usaha tambak kepiting didaerah penelitian tidak layak untuk diusahakan. Apabila usaha tambak kepiting diteruskan akan merugikan
petani karena penerimaan yang diperoleh petani lebih kecil dibandingakn dengan total biaya variabel cost harga bibit yang meningkat.
BEP produksi sebesar 266,65 kg, 283,31 kgdan 302,20 kg dengan kenaikan harga bibit 15 , 20 dan 25. Bila BEP produksi dengan kenaikan harga bibit 15
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan produksi rata-rata yaitu sebesar 275,38 kg maka, dapat diketahui bahwa nilai produksi rata-rata ini lebih besar BEP produksi rata-rata
sehingga usaha tambak kepiting didaerah penelitian layak untuk diusahakan. Hal ini disebabkan karena penerimaan yang diiperoleh petani sama dengan total biaya
walaupun terjadi kenaikan harga bibit kepiting. Dengan penurunan harga jual sebesar 15 dan biaya bibit normal petani harus memperoleh produksi sebesar
266,65 kg agar mencapai BEP. Namun, bila BEP produksi dengan kenaikan harga bibit 20 dan 25 dibandingkan dengan produksi rata-rata yaitu sebesar 275,38
kg maka, dapat diketahui bahwa nilai produksi rata-rata ini lebih kecil BEP produksi rata-rata sehingga usaha tambak kepiting didaerah penelitian tidak layak
untuk diusahakan.
Dan ketika harga jual kepiting mengalami penurunan harga sebesar 15 , 20 dan 25 diperoleh BEP produksi sebesar 266,65 kg, 283,31 kgdan 302,20 kg,
Bila BEP produksi dengan penurunan harga jual kepiting sebesar 15 dibandingkan dengan produksi rata-rata yaitu sebesar 275,38 kg maka, dapat
diketahu bahwa nilai produksi rata-rata ini lebih besar BEP produksi rata-rata sehingga usaha tambak kepiting didaerah penelitian layak untuk diusahakan. Hal
ini disebabkan penerimaan petani sama dengan total biaya yang dikelurkan petani walupun harga jual dinaikkan 15. Namun, bilaa BEP produksi dengan
penurunan harga jual kepiting sebesar 20 dan 25 dibandingkan dengan produksi rata-rata yaitu sebesar 275,38 kg maka, dapat diketahu bahwa nilai
produksi rata-rata ini lebih kecil BEP produksi rata-rata sehingga usaha tambak kepiting didaerah penelitian tidak layak untuk diusahakan
Universitas Sumatera Utara
Namun, ketika kondisi kenaikan harga bibit terjadi bersamaan dengan penurunan harga jual kepiting, BEP produksi yang dihasilkan dibandingkan dengan produksi
rata-rata yaitu sebesar 275,38 kg maka, dapat diketahu bahwa nilai produksi rata- rata ini lebih kecil dari BEP produksi rata-rata sehingga usaha tambak kepiting
didaerah penelitian tidak layak layak untuk diusahakan dan usaha tambak kepiting di daerah penelitian sensitive terhadap perubahan kenaikan harga bibit dan
penurunan harga jual kepiting yang terjadi bersamaan.
5.8 Masalah-masalah dan upaya-upaya yang dihadapi dalam usaha tambak kepiting bakau