TC = Total Biaya Soekartawi, 2006.
2.3 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Octavia 2008 di Desa Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. Dengan menggunakan analisis biaya riil, menunjukkan
nilai RC rata-rata adalah sebesar 2,07, sementara dengan menggunakan analisis opportunity cost
adalah sebesar 1,26. Hasil ini menunjukkan bahwa usaha tambak udang di daerah penelitian layak untuk diusahakan meskipun nilai sewa lahan juga
diperhitungkan. Pada analisis biaya riil, diperoleh titik impas BEP produksi rata- rata adalah sebesar 174,38 kg dan titik impas BEP harga jual rata-rata adalah
sebesar Rp.29.409,74kg, sementara dengan menggunakan analisis opportunity cost
, diperoleh titik impas BEP produksi rata-rata adalah sebesar 284,69 kg dan titik impas BEP harga jual rata-rata adalah sebesar Rp.48.733,61kg.
Hasil penelitian Fitra 2012 di Desa Paluh Manan, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang menganalisis tingkat pendapatan petambak dan
menganalisis kelayakan usaha tambak polikultur kepiting-ikan nila. Pendapatan usaha tambak polikultur ini dapat dikatakan tinggi karena lebih besar dari
pendapatan usaha polikultur kepiting-ikan nila daerah lain yaitu sebesar Rp.24.868.118 dengan RC rata-rata sebesar 1,8. Maka, usaha tambak polikultur
di daerah penelitian layak untuk dijalankan dan dikembangkan.
2.4 Kerangka Pemikiran
Kepiting merupakan komoditas perikanan yang sangat diminati selain udang dan ikan, sehingga memberikan peluang bisnis yang menarik. Selain kepiting
merupakan salah satu komiditas ekspor unggulan dari sektor perikanan, harga
Universitas Sumatera Utara
kepiting juga relatif tinggi. Usaha tambak kepiting ditujukan untuk menghasilkan kepiting bakau Scylla serrata konsumsi.
Dalam proses produksinya usaha tambak kepiting memanfaatkan berbagai sarana produksi yang merupakan masukan input. Input yang dibutuhkan antara lain
bibit, pakan, pupuk, kapur, obat-oabatan, peralatan dan tenaga kerja. Berbagai sarana produksi ini akan menjadi biaya produksi usaha.
Biaya tetap anatara lain sewa lahantambak, biaya pajak, dan penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabel antara lain biaya untuk bibit, pakan, pupuk,
kapur, obata-obatan dan tenaga kerja.
Proses produksi yang merupakan kegiatan pembesaran dan pemeliharaan kepiting membutuhkan waktu 3-4 bulan per musim tanam. Dari proses produksi ini akan
diperoleh keluaran output. Hasil penjualan output tersebut merupakan penerimaan yang akan diperoleh oleh petambak.
Dengan diketahuinya biaya pengeluaran dan penerimaan yang dipeoleh, maka dapat diketahui keuntungan yang dipeoleh dengan menghitung selisih antara
penerimaan dan pengeluaran tersebut. Perbandingan antara penerimaan dan biaya usaha tambak kepiting RC akan memberikan informasi mengenai kelayakan
usaha.
Dalam menjalankan usaha tambaknya, petani tambak perlu untuk mengetahui titik impas BEP. Suatu usaha dikatakan berada pada titik impas berarti bahwa
besarnya penerimaan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Keuntungan dipeoleh setelah volume produksi atau harga jual melewati volume produksi atau harga jual
Universitas Sumatera Utara
pada saat mencapai titik impas BEP. Hal ini dapat membantu penambak untuk mengetahui volume produksi minimal dan harga jual minimal yang harus
diperoleh agar terhindar dari kerugian. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dirumuskan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
\
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Input : - Bibit
- Pakan - Pupuk
- Kapur - Tenaga Kerja
- Obat-obatan - Peralatan
Proses Produksi Ouput Kepiting
Harga Output
Harga Input
Biaya Penerimaan
Pendapatan RC
PenerimaanBiaya Break Event Point
BEP
Layak Tidak Layak
Volume Produksi
Harga Jual
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
2.5 Hipotesis Penelitian