Dalam penelitian ini, kelayakan finansial petani dinilai dengan melakukan 2 jenis perthitungan tersebut, yaitu:
1. Tipe I Analisa I : perhitungan analisis usaha tani dengan menghitung seluruh biaya yang benar-benar dikeluarkan petani biaya riil. Perhitungan
ini perlu dilakukan karena umumnya petani melakukan keputusan berdasarkan perhitungan dari biaya yang benar-benar dilakukan. Biaya yang
secara riil dikeluarkan berupa biaya operasi yaitu biaya untuk berproduksi berupa penggunaan saprodi yaitu bibit, pakan, pupuk, kapur, obat-obatan,
PBB, tenaga kerja luar keluarga, sewa lahan dan biaya penyusutan peralatan. 2. Tipe II Analisa II : perhitungan analisis usaha tani dimana biaya yang
dihitung tidak hanya biaya yang secara riil dikeluarkan oleh petani tetapi juga biaya imbangan atau opportunity cost seperti biaya sewa lahan dan biaya
tenaga kerja dalam keluarga. Biaya opportunity cost adalah sejumlah biaya yang dikobankan atau harus
dibayar oleh produsen sebagai alternatif terbaik untuk memperoleh sesuatu hasil atau output Sumanjaya, dkk, 2012.
Perhitungan ini digunakan untuk melihat tingkat alokasi sumber daya yang dimiliki petani. Oleh karena itu dalam penelitian ini, selain perhitungan biaya
yang sebenarnya dikeluarkan oleh petani juga dilakukan perhitungan opportunity cost
.
5.2 Biaya produksi Usaha Tambak Kepiting
Biaya produksi merupakan semua pengorbanan yang perlu dilakukan oleh petani untuk memperoleh faktor-faktor produksi, yang akan digunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
mengelolah usahatani untuk menghasilkan barang-barang produksi yang dijual. Komponen biaya produksi usaha tambak kepiting, yaitu mencakup biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Dalam hal
ini,biaya tetap adalah biaya sewa lahan, biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan oleh petani, dan biaya PBB. Sedangkan biaya variabel adalah biaya
yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya outputproduksi yang dihasilkan. Umumnya biaya variabel di daerah penelitian adalah biaya
tenaga kerja dan biaya sarana produksi saprodi. Berikut ini diperlihatkan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani tambak
kepiting di daerah penelitian .
Tabel 5.6 Total Biaya Produksi Usaha Tambak Kepiting RpHaMT Tahun 2015
No. Komponen
Biaya Rill Sebenarnya
Opportunitas Rata-rata
Rata-Rata
1 Biaya Tetap
1. Sewa Lahan 243.177,08
2,09 655.329,86
4,82 2. PBB
12.500,00 0,11
12.500,00 0,09
3. Penyusutan 3.236.710,36
27,76 3.236.710,36
23,80 2
Biaya Variabel 1. Saprodi
8.109.496,53 69,56
8.109.496,53 59,63
- Bibit 4.821.128,47
41,35 4.821.128,47
35,45 - Pakan
2.021.979,17 17,34
2.021.979,17 14,87
- Pupuk dan Kapur
1.085.000,00 9,31
1.085.000,00 7,98
- Obat-Obatan 181.388,89
1,56 181.388,89
1,33 2. Tenaga Kerja
56.250,00 4,08
1.584.966,32 2,09
Total Biaya 11.658.133,98
100,00 13.599.003,07 100,00
Sumber : Lampiran 26 dan 27 Dari Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa komponen biaya terbesar petani usaha
tambak kepiting adalah biaya sarana produksi yaitu Rp 8.109.496,53ha atau
Universitas Sumatera Utara
sekitar 69,56 dari seluruh biaya produksi pada perhitungan riil dan 59,63 pada perhitungan opportunitas.
Komponen biaya pertama adalah sewa lahan. Dalam usahatani kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, para petani tambak
kepiting menyewa lahan tambak untuk usahatani kepiting. Dengan menyewa tersebut petani membayar sewa untuk lahan tambak mereka. Petani menyewa
lahan tambak selama satu tahun untuk 4 kali periode usahatani kepiting. Di daerah penelitian biaya sewa lahan yaitu Rp 243.177,08ha atau sekitar 2,09 dari
seluruh biaya produksi pada perhitungan riil dan pada perhitungan opportunitas Rp 655.329,86Ha atau sekitar 4,82. Pada daerah penelitian hanya beberapa
ditemukan para petani dalam menyewa lahan karena kebanyakan petani memiliki lahan tersendiri dalam melakukan usaha tambak ini sehingga biaya sewa lahan
tambak masih relatif rendah..
Komponen biaya kedua adalah biaya PBB. Di daerah penelitian biaya PBB rata- rata yang dikeluarkan petambak yaitu sebesar Rp 12.500,00ha atau sekitar 0,11
dari seluruh biaya produksi pada perhitungan riil dan 0,09 pada perhitungan opportunitas.
Komponen biaya ketiga adalah biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan adalah biaya peralatan yang digunakan petani dalam kegiatan usahataninya selama
1 tahun. Penyusutan biaya peralatan yang dihitung meliputi penyusutan peralatan diantaranya terdiri atas tambak, keramba, bubuh, tanggok, pipa paralon, pipa
LBO, pipa penutup, dan saringan. Di daerah penelitian biaya penyusutan peralatan rata-rata adalah sebesar Rp3.236.710,36ha atau sekitar 27,766 dari seluruh
Universitas Sumatera Utara
biaya produksi pada perhitungan riil dan 23,80 pada perhitungan opportunitas. Pada umumnya memiliki umur ekonomis 0,5-10 tahun tergantung pada alat yang
digunakan dalam usaha tambak tersebut. Dari Tabel 5.6 tersebut diketahui bahwa penyusutan peralatan kepiting adalah biaya tetap terbesar yang harus dikeluarkan
dalam usahatani kepiting dalam 1 tahun.
Komponen biaya keempat adalah biaya sarana produksi. Komponen biaya terbesar petani usaha tambak kepiting adalah biaya sarana produksi yaitu Rp
8.109.496,53ha atau sekitar 69,56 dari seluruh biaya produksi pada perhitungan riil dan 59,63 pada perhitungan opportunitas. Biaya sarana produksi terdiri dari
bibit, pakan, pupuk,kapur, dan obat-obatan.
Bibit kepiting yang diperoleh di daerah penelitian berasal dari nelayan yang khusus menyortir kepiting tangkapan dari laut yang layak untuk dijadikan bibit
kepiting bakau.. Harga bibit per kg bervariasi dilihat dari ukuran dan kualitasnya. Rata-rata bobot kepiting yang digunakan sebagai bibit yaitu 1 onsekor sedangkan.
Kualitas standart bibit kepiting berharga Rp20.000- Rp35.000. Kepiting yang sudah dibudidayakan dijual dengan harga Rp45.000kg- Rp60.000kg. Di daerah
penelitian biaya bibit kepiting rata-rata adalah sebesar Rp 2.021.979,17ha atau sekitar 41,35 dari seluruh biaya produksi pada perhitungan riil dan 35,45
pada perhitungan opportunitas. Dari Tabel 5.7 tersebut didapat bahwa biaya produksi bibit kepiting merupakan biaya terbesar yang harus dikeluarkan oleh
petani kepiting.
Untuk pakan kepiting di Desa Pantai Gading, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat harus diberikan dengan dosis yang tepat agar kepiting tidak mati
Universitas Sumatera Utara
kelaparan atau kekenyangan, jumlah pemberian pakan kepiting disesuaikan dengan banyaknya kepiting yang di pelihara petani. Pemberian pakan diberikan
setiap hari dengan jumlah 2-5kghari. Pada daerah penelitian pakan yang digunakan yaitu ikan runcah. Total kebutuhan pakan adalah sebesar Rp
2.021.979,17ha atau sekitar 17,34 dari seluruh biaya produksi pada perhitungan riil dan 14,87 pada perhitungan opportunitas.
Pupuk yang digunakan petani di daerah penelitian adalah pupuk ZA dan urea. Kedua pupuk ini berfungsi sebagai pemicu tumbuhnya fitoplankton yang sangat
berguna bagi kelangsungan hidup kepiting. Selain itu digunakan kapur pertanian dholomit yang berguna untuk memperbaiki pH tanah. Di daerah penelitian total
biaya kebutuhan pupuk dan kapur pada usaha budidaya ini adalah sebesar Rp 3.106.979,17ha atau sekitar 26,65 dari seluruh biaya produksi pada perhitungan
riil dan 22,85 pada perhitungan opportunitas.
4. Obat-Obatan Obat-obatan yang digunakan didaerah penelitian adalah samponen yang diperlukan
untuk pemeliharaan air. Di daerah penelitian total biaya obat-obatan pada usaha
budidaya ini adalah sebesar Rp181.388,89ha atau sekitar 1,56 dari seluruh biaya produksi pada perhitungan riil dan 1,33 pada perhitungan opportunitas.
5. Tenaga Kerja Tenaga kerja dibedakan menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja
luar keluarga. Jenis komoditi yang diusahakan menentukan jumlah tenaga kerja. Besarnya biaya tenaga kerja didasarkan pada jumlah hari kerja yang dilakukan
dan jumlah tenaga kerja yang terlibat. Tenaga kerja yang digunakan dalam
Universitas Sumatera Utara
usahatani kepiting di daerah penelitian adalah tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Nilai 1 HKO di daerah penelitian mencapai Rp 60.000 untuk HKO pria dan
Rp 50.000 untuk HKO wanita. Total biaya rata-rata yang dikeluarkan petani selama 1 periode adalah sebesar Rp
56.250,00 atau sekitar 1,08 dari seluruh biaya produksi pada perhitungan riil dan Rp1.584.966,32ha atau sekitar 2,09 pada
perhitungan opportunitas.
5.3 Total Penerimaaan Usaha Tambak Kepiting