55 Dalam UU Perseroan Terbatas PT Pasal 100 diatur tentang
hubungan tugas dan wewenang dewan komisaris BoC dan dewan direksi BoD Petronila, 2007: 130, yaitu:
a. Dalam Anggaran Dasar dapat ditetapkan pemberian wewenang kepada BoC untuk memberikan persetujuan dan bantuan kepada BoD dalam
melakukan perbuatan hukum tertentu. b. Berdasarkan Anggaran Dasar atau keputusan RUPS, BoC dapat
melakukan tindakan pengurusan Perseroan dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu.
c. Bagi BoC yang dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu melakukan tindakan pengurusan sebagaimana dimaksud dalam point b
berlaku semua hak, wewenang, dan kewajiban BoD terhadap Perseroan pihak ketiga.
2. Dewan Direksi BoD
Menurut KNKG 2006: 17, dewan direksi atau Board of Director BoD sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggungjawab secara
kolegial dalam mengelola perusahaan. Masing-masing anggota direksi dapat melaksanakan tugas dan mengambil keputusan sesuai dengan
pembagian tugas dan wewenangnya. Namun, pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama.
Kedudukan masing-masing anggota direksi termasuk direktur utama adalah setara. Tugas direktur utama sebagai primus inter pares adalah
56 mengkoordinasikan kegiatan direksi. Agar pelaksanaan tugas direksi dapat
berjalan secara efektif, perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut: a. Komposisi direksi harus sedemikian rupa sehingga memungkinkan
pengambilan keputusan secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
b. Direksi harus profesional yaitu berintegritas dan memiliki pengalaman serta kecakapan yang diperlukan untuk menjalankan tugasnya.
c. Direksi bertanggung jawab terhadap pengelolaan perusahaan agar dapat menghasilkan
keuntungan profitability
dan memastikan
kesinambungan usaha perusahaan. d. Direksi mempertanggungjawabkan kepengurusannya dalam RUPS
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dewan direksi merupakan pihak yang terlibat dalam pengendalian
penerapan internal governance mechanism. Hofer dan Whetten 1997 dalam Parker et. al. 2005, mengemukakan pandangannya bahwa
manajemen adalah pihak yang mempunyai andil yang signifikan apabila perusahaan menghadapi masalah. Penelitian tersebut didukung oleh Hofer
1980 dalam Petronila 2007: 132, yang menyatakan bahwa penggantian manajemen merupakan kondisi awal yang mencerminkan suatu
turnaround bisnis yang sukses.
3. Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang
57 saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan Task Force
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, Pedoman tentang Komisaris Independen, hal.2
Menurut Peraturan Bapepam No. Kep. 29PM2004 tanggal 24 September 2004, Komisaris Independen adalah anggota komisaris yang:
a. Berasal dari luar Emiten atau Perusahaan Publik, b. tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
Emiten atau Perusahaan Publik, c. tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan Emiten atau Perusahaan
publik, komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau Perusahaan Publik, dan
d. tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik.
Adapun tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang komisaris independen adalah:
a. Memastikan bahwa perusahaan memiliki strategi bisnis yang efektif, termasuk di dalamnya memantau jadwal, anggaran dan efektifitas
strategi tersebut. b. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-
manajer profesional.
58 c. Memastikan
bahwa perusahaan
memiliki informasi,
sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik.
d. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam
menjalankan operasinya. e. Memastikan resiko dan potensi krisis selalu diidentifikasikan dan
dikelola dengan baik. f. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance
dipatuhi dan diterapkan dengan baik anatara lain berupa: 1 Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan
perusahaan. 2 Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan
stakeholder yang lain. 3 Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan
secara wajar dan adil. 4 Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang
berlaku. 5 Menjamin akuntabilitas organ perseroan.
4. Kepemilikan Anggota Dewan