32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Agency Theory Teori Keagenan
Jensen dan Meckling 1976 menggambarkan hubungan agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih prinsipal yang melibatkan agen untuk
melaksanakan beberapa
layanan bagi mereka
dengan melakukan
pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Shareholders atau prinsipal mendelegasikan pembuatan keputusan mengenai perusahaan
kepada manajer atau agen. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan
pribadi Praptitorini dan Januarti, 2007: 5. Teori keagenan Agency Theory merupakan basis teori yang mendasari
praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip
utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang prinsipal yaitu investor dengan pihak yang menerima
wewenang agensi yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama yang disebut nexus of contract Elqorni, 2009.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal diasumsikan
hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi mereka di dalam perusahaan. Sedang para agen diasumsikan menerima kepuasan
berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam
33 hubungan tersebut. Karena perbedaan kepentingan ini, masing-masing pihak
berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri. Prinsipal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas investasi yang salah
satunya dicerminkan dengan kenaikan porsi deviden dari tiap saham yang dimiliki. Agen menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan
pemberian kompensasi, bonus, insentif, atau remunerasi yang memadai atas kinerjanya. Prinsipal menilai prestasi agen berdasarkan kemampuannya
memperbesar laba untuk dialokasikan pada pembagian deviden. Semakin tinggi laba, harga saham, dan deviden, maka agen dianggap berhasil
meningkatkan kinerja dengan baik sehingga layak mendapat insentif yang tinggi Elqorni, 2009.
Untuk meminimalisasi conflict of interest antara agen dan prinsipal, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada
hubungan antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku manajer agen apakah sudah bertindak sesuai dengan
keinginan prinsipal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak prinsipal shareholders dengan pihak
manajer agen dalam mengelola keuangan perusahaan Setiawan, 2006: 62.
B. Definisi Audit