Pengujian Heterokedastisitas Pengujian Multikolinieritas

2. Pengujian Heterokedastisitas

Heterokedastisitas terjadi karena perubahan situasi yang tidak tergambarkan dalam spesifikasi model regresi. Dengan kata lain, heterokedastisitas terjadi jika residual tidak memiliki varians yang konstan. Pemeriksaan terhadap gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar yaitu grafik yang merupakan diagram pencar residual, yaitu selisih antara nilai Y prediksi dan Y observasi. a. Model grafik Hipotesis: 1 Jika diagram pencar yang ada membentuk pola- pola tertentu yang teratur maka regrasi mengalami gangguan heterokedastisitas. 2 Jika diagram pencar yang ada tidak membentuk pola- pola tertentu yang teratur maka regrasi tidak mengalami gangguan heterokedastisitas Universitas Sumatera Utara Regression Studentized Residual 3 2 1 -1 -2 -3 R egr ess ion S tan dar d ized Pr ed icted Va lu e 2 1 -1 -2 -3 Scatterplot Dependent Variable: BRANDAWARENESS Gambar 4. 3 Scatterplot Sumber: Hasil pengolahan data primer Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2009 Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa diagram pencar tidak membentuk pola tertentu karena itu tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. b. Model Glejser Menentukan kriteria keputusan: 1. Jika nilai signifikan 0,05, maka tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. 2. Jika nilai signifikan 0,05, maka mengalami gangguan heterokedastisitas. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.8 Uji Glejser Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 Constant -.135 .953 -.141 .888 Attractiveness .035 .066 .077 .523 .603 Trusthworthiness .131 .080 .279 1.648 .105 Expertise -.073 .059 -.212 -1.232 .223 a Dependent Variable: absut Sumber: Hasil pengolahan data primer Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2010 Pada Tabel 4.8 tampak bahwa signifikasi variabel bebas lebih besar dari 0,05, maka tidak mengalami gangguan heterokedastisitas.

3. Pengujian Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi maka dinamakan multikol, yaitu adanya masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Hasil pengolahan dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas Coefficientsa Mode l Unstandardize d Coefficients Standardi zed Coefficie nts t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF 1 Constant 4.166 1.512 2.755 .008 ATTRACTIV ENESS .230 .105 .216 2.185 .033 .771 1.297 TRUSTHWO RTHINESS .200 .126 .179 1.585 .119 .586 1.706 EXPERTISE .415 .094 .508 4.420 .000 .569 1.757 a Dependent Variable: Brand awareness Sumber: Hasil pengolahan data primer Kuesioner, SPSS versi 15.0, 2010 Hasil pengujian: Pedoman suatu model regresi yaitu bebas multikolinieritas adalah dengan melihat Variance Inflation Factor VIF 5 maka variabel ada masalah multikolinieritas, dan jika VIF 5 maka tidak terdapat masalah multikolinieritas. Jika Tolerance 0,1 maka variabel ada masalah multikolinieritas, dan jika Tolerance 0,1 maka variabel tidak terdapat masalah multikolinieritas Pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai VIF 5 dan Tolerance 0,1 maka tidak ditemukan masalah multikolinieritas dalam penelitian ini. Universitas Sumatera Utara

C. Analisis Data