Kelayakan Finansial dan Kelayakan Ekonomi

diharapkanakan dapat menunjang pembangunan regional Dja’far Wahyono, 2003. Memperhatikan hal-hal tersebut dan mengkaitkan dengan keberadaan kebun-kebun sawit di Kabupaten Kuantan Singingi, maka potensi ekonomi daerah sangat ditentukan oleh keberadaan kebun tersebut. Komponennya dapat digolongkan kepada komposisi komoditi unggulan, sehingga produksinya dapat mendukung program pembangunan daerah melalui peningkatan secara konsisten pendapatan perkeluarga dan per kapita. Masalahnya adalah bagiamana hal itu mungkin diwujudkan, tidak lain adalah dengan mengoptimalkan hasil produksi dan hasil olahan, termasuk memanfaatkan limbah cair liquid waste. Dengan mengolah limbah cair liquid waste menjadi biodiesel yang memenuhi persyaratan kualitas, maka limbah cair liquid waste yang “mengganggu” lingkungan dapat dimanfaatkan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat secara langsung bertambahnya lapangan kerja karena dapat dibangun pabrik dan tidak langsung melakukan peningkatan pajak dan pendapatan daerah.

2.4 Kelayakan Finansial dan Kelayakan Ekonomi

Menurut Gittinger 1982, aspek finansial terutama menyangkut perbandingan antara pengeluaran dengan pendapatan revenue earning dari suatu industri, serta waktu didapatkannnya hasil returns. Untuk mengetahui secara komprehensif tentang kinerja layak atau tidaknya suatu aktivitas industri maka dikembangkan berbagai kriteria yang pada dasarnya membandingkan antara biaya dan manfaat atas dasar suatu tingkat harga umum tetap yang diperoleh suatu industri yang menggunakan nilai sekarang present value yang telah didiskonto selama umur industri tersebut. Penilaian industri jangka panjang yang paling banyak diterima adalah metode Discounted Cash Flow Analysis DCF atau Analisis Aliran Kas yang Didiskonto Gittinger, 1982. Analisis DCF mempunyai keunggulan yaitu; uang mempunyai nilai waktu, yang merupakan ciri-ciri yang membedakannya dari teknik lain. Ciri pokok dari analisis DCF adalah direncanakan untuk menilai harga suatu industri, dengan memperhitungkan unsur waktu kejadian dan besarnya aliran pembayaran tunai cash flow. Dimana biaya dipandang sebagai negative cash flow sedangkan pendapatanpenerimaan sebagai positive cash flow. Asumsi kunci yang digunakan adalah bahwa uang yang ada sekarang lebih berharga dari jumlah uang yang sama di masa yang akan datang. Nilai uang untuk waktu mendatang yang dihitung dengan bunga adalah nilai uang yang telah direncanakan, dimana proses perhitungannya disebut compounding pemajemukan. Sedangkan faktor untuk mengkonversi nilai masa depan ke nilai sekarang disebut discount rate dan prosesnya disebut discounting. Sebelum memulai suatu usaha terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan yang dikenal sebagai studi kelayakan. Studi awal ini diperlukan bagi seluruh jenis usaha termasuk juga industri pengolahan biodiesel. Gray 1994, menjelaskan bahwa kriteria investasi merupakan salah satu cara yang dikembangkan untuk mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu usaha. Beberapa metode yang dikembangkan untuk menilai kelayakan suatu usaha dikelompokkan berdasarkan nilai uang, yaitu Net Present Value NPV, Internal Rate of Return IRR; dan berdasarkan nilai waktu, yaitu Break Event Point BEP, dan Analisis Sensitivitas. Sedangkan, analisis ekonomi ditujukan untuk mengestimasi nilai ekonomi industri terhadap perekonomian masyarakat. Dalam analisis ekonomi dilakukan penyesuaian penyesuaian harga finansial agar dapat menggambarkan nilai sosial secara menyeluruh baik untuk input maupun output. Harga pasar barang atau jasa diubah agar lebih mendekati opportunity cost nilai barang atau jasa dalam alternatif pemanfaatan yang terbaik sosial yang merupakan harga bayangan shadow price accounting price, atau lebih tepat lagi dikatakan bahwa harga bayanagan adalah setiap harga barang atau jasa yang bukan merupakan harga pasar belum diketahui untuk menggambaarkan distribusi pendapatan dan tabungan masyarakat Kadariah, 1988. Dalam analisis ekonomi harga pasar tidak selalu menggambarkan nilai kelangkaan, sehingga pendapatan berubah nilainya menjadi opportunity cost. Untuk menyatakan nilai ekonomi tersebut ke dalam nilai tukar domestik ada beberapa cara, diantaranya adalah: 1 menggunakan harga bayangan nilai tukar luar negri shadow price of foreign exchange, yang akan meningkatkan nilai produk yang diperdagangkan karena muncul premium terhadap nilai tukar luar negeri yang disebabkan oleh kebijakan perdagangan, dan 2 menggunakan nilai tukar resmi dan menerapkan faktor konversi terhadap opportunity cost atau nilai pemanfaatan barang yang tidak diperdagangkan yang dinyatakan kedalam nilai tukar domestik. Faktor konversi tersebut akan mengurangi nilai barang yang tidak diperdagangkan relatif terhadap barang yang diperdagangkan yang memungkinkan adanya premium nilai tukar. Disebabkan karena analisis finansial maupun analisis ekonomi menggunakan pendekatan yang berbeda, maka perhitungan yang digunakan juga berbeda. Lebih rinci pada Tabel 4 dapat dilihat unsur-unsur yang membedakan kedua alat analisis tersebut. Tabel 4. Unsur-unsur Perbedaan dalam Analisis Finansial dan Analisis Ekonomi UNSUR FINANSIAL EKONOMI HARGA Harga yang dipakai adalah harga yang berlaku setempat market price atau harga yang diterima pengusaha Harga yang dipakai adalah harga bayangan shadow price, yang merupakan opportunity cost SUBSIDI Besarnya subsidi menambah manfaat industri Subsidi merupakan biaya. Harga pasar harus disesuai kan untuk menghilangkan pengaruh subsidi. Jika subsidi menurunkan harga barang-barang input, maka besarnya subsidi harus ditambahkan pada harga pasar barang-barang input. PAJAK Besarnya pajak diperhitung kan dalam biaya industri Pajak tidak diperhitungkan dalam biaya industri, karena merupakan transfer payment UPAH Upah yang digunakan adalah upah yang berlaku setempat Upah yang digunakan adalah upah bayangan shadow price BUNGA MODAL Bunga modal dibedakan atas: x Bunga yang dibayarka kreditor dianggap biaya x Untuk bunga modal tidak dianggap biaya Besarnya bunga modal biasanya tidak dipisahkan dikurangkan dari hasil kotor, atau tidak diperhitungkan dalam biaya. Sumber: Hakim, 2006.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Total luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia tahun 2006 sejumlah 6.074.926 ha, dari jumlah tersebut sejumlah 4.582.733 ha atau 75,4 berada di Pulau Sumatera dengan lahan terluas di Provinsi Riau yaitu 1.409.715 ha 6 . Luas dan produksi kelapa sawit di Provinsi Riau tersebar di berbagai kabupaten kecuali Kabupaten Pekanbaru dengan komposisi sebagai dalam Tabel 5 berikut. Tabel 5. Luas ha dan Produksi ton Kelapa Sawit di Provinsi Riau No. Kabupaten Luas ha Produksi ton Produktivitas tonha 1. Kuantan Singingi 128.169 732.675 5,72 2. Indragiri Hulu 146.791 627.206 4,27 3. Indragiri Hilir 77.787 79.609 1,02 4. Pelalawan 197.356 481.658 2,44 5. Siak 131.168 420.031 3,20 6. Kampar 215.033 520.648 2,42 7. Rokan Hulu 338.661 412.627 1,22 8. Bengkalis 90.808 158.644 1,75 9. Rokan Hilir 136.606 335.901 2,46 10. Pekanbaru 0,00 11. Dumai 19.020 5.361 0,28 Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2004. Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa produktivitas lahan di Kabupaten Kuantan Siningi untuk komoditi kelapa sawit lebih besar dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada di Provinsi Riau. Selain itu, Kabupaten Kuantan Singingi secara adminstratif sangat strategis karena berdekatan dengan Provinsi Jambi yang juga merupakan penghasil kelapa sawit. Dilain pihak, Kabupaten Kuantan Singingi dalam beberapa tahun ini mengalami defisit energi yang terlihat dari adanya pemadaman bergilir aliran listrik dan dibeberapa daerah belum ada penerangan listrik serta seringkali karena 6 Derektorat Jenderal Perkebunan “Perkembangan Industri Kelapa Sawit di Indonesia Sangat Signifikan dan Fantastis” www.ditjenbun.co.id 08Agustus 2008