Dimensi Ekologi Analisis Keberlanjutan
dimensi ekologi. Atribut-atribut yang diperkirakan dapat memberikan pengaruh terhadap tingkat keberlanjutan pada dimensi ekologi di Kota Baru BSD ada lima dari
sebelas atribut. Adapun ke sebelas atribut tersebut adalah: 1 keadaan perumahan, 2 ketersediaan instalasi pengolah limbah cair, 3 ketersediaan TPS sampah, 4 kondisi
drainase, 5 ketersediaan RTH, 6 ketersediaan air bersih, 7 kondisi jalan Kota Baru BSD,
8 pencemaran udaraemisi, 9 penggunaan lahan BSD, 10 manajemen banjirbencana dan 11 permasalahan transportasi. Untuk lebih jelasnya atribut-atribut
dimensi ekologi dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Peran masing-masing atribut dimensi ekologi yang dinyatakan dalam bentuk perubahan nilai root mean square RMS
Pada Gambar 15 terlihat adanya atribut-atribut sensitif yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap nilai indek keberlanjutan dimensi ekologi hasil analisis
laverage. Berdasarkan hasil analisis laverage tersebut diperoleh lima atribut yang sensitif terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi yaitu 1 ketersediaan air
bersih, 2 manajemen banjirbencana, 3 permasalahan transportasi, 4 pencemaran udaraemisi, dan 5 ketersediaan pengolah limbah cair. Hasil analisis laverage dapat
dilihat pada Gambar 16. Ketersediaan air bersih di Kota Baru BSD merupakan hal yang harus
diutamakan, mengingat di kota baru terjadi alih fungsi lahan yang cukup drastis, dalam
Leverage of Attributes
0.78 3.01
0.39 1.55
0.99 4.94
2.17 3.21
1.47 3.55
3.36 1
2 3
4 5
6 Permasalahan transportasi
Managemen Banjirbencana Psnggnaan lahan BSD
Pencemaran udaraemisi Kondisi jalan Kota baru BSD
Ketersediaan air bersih Ketersediaan RTH
Kondisi drainase Ketersediaan TPS Sampah
Ketersediaan instalasi pengolah limbah cair Keadaan perumahan
Attribute
Root mean square Change in Ordination when Selected Attribute
Removed on Status scale 0 to 100
hal ini
lahan yang
tadinya terbuka,
menjadi kawasan
terbangun sehingga
memungkinkan terjadinya run off air pada saat hujan, sehingga air yang masuk ke dalam tanah, untuk menjadi air tanah menjadi minimal, oleh karena itu maka air tanah
yang umumnya relatif bersih akan menjadi masalah dilokasi ini. Selain air tanah, di Kota Baru BSD juga terdapat air sungai, namun kondisi air sungai dan air drainase di
lokasi penelitian juga kurang menggembirakan mengingat di lokasi ini apabila dilihat dari bau dan warnanya, memberikan indikasi sudah tercemar berat, sehingga
ketersediaan air bersih menjadi masalah di kota baru. Di lain pihak, kebutuhan air di Kota Baru akan cenderung semakin meningkat sejalan dengan perkembangan jumlah
penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, sehingga kelangkaan air bersih akan semakin meningkat. Oleh karena itu maka sumberdaya air harus dikelola,
dipelihara, dimanfaatkan, dilindungi dan dijaga kelestariannya, untuk melakukan hal tersebut, agar semuanya dapat terlaksana dengan baik, maka hal yang lebih ideal adalah
dengan cara memberikan peran kepada masyarakat dalam setiap tahapan pengelolaan sumberdaya air.
Atribut sensitif ke dua adalah harus memperhatikan manajemen banjirbencana. Hal ini sangat mungkin terjadi, mengingat dari hasil survay terlihat bahwa wilayah di
sekitar Kota Baru BSD relatif pemanfaatan ruangnya masih belum terkendali dengan baik, sehingga kondisi ini memungkinkan terjadinya bencana, seperti bencana banjir,
sehingga apabila pengelolaan dan pemanfaatan ruang tidak terkendali akan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan tersebut, yang pada akhirnya akan
berdampak ke Kota Baru BSD. Oleh karena itu maka kesesuaian lahan di kota baru yang diperuntukan untuk berbagai kepentingan harus benar-benar memperhatikan dan
mengimplementasikan Rencana Tata Ruang Wilayah, seperti yang tercantum pada Undang-undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Pada
pasal 29 ayat1 dijelaskan bahwa: ”Ruang terbuka hijau terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat” dan selanjutnya pada ayat 2 disebutkan bahwa:
”Proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota”. Pada ayat 3 disebutkan bahwa ruang terbuka hijau publik pada wilayah
kota paling sedikit 20 dari luas wilayah kota. Atribut sensitif ketiga adalah permasalahan transportasi.
Permasalahan transportasi tersebut nampak jelas terutama pada saat pagi hingga menjelang malam,
yakni di beberapa lokasi terjadi antrian kendaraan yang cukup panjang. Walau
kendaraan-kendaraan berat sudah dialihkan ke pinggir kota, masalah transportasi di Kota Baru BSD ternyata masih menjadi masalah yang masih harus dipecahkan dengan
baik, mengingat selain akan terjadi kemacetan, juga akan mengakibatkan terjadinya pencemaran dan terjadinya peningkatan GRK terutama NO
x
, SO
x
dan CO
2
. Terjadinya pembakaran bahan bakar fosil BBF yang aktif pada kegiatan
transportasi ini pada akhirnya akan menyumbang terjadinya pemanasan global, yang pada akhirnya berujung pada terjadinya perubahan iklim global, sehingga menimbulkan
berbagai bencana. Selain menyumbang GRK, dari pembakaran BBF transportasi ini juga akan dihasilkan logam berat terutama timbal atau Pb Volesky, 2000. Di lain
pihak adanya pencemaran juga dapat berimplikasi terhadap berkurangnya pendapatan sebagai akibat adanya masalah kesehatan, sehingga akan dikeluarkan biaya ekstra untuk
menanggulanginya Syahril et al. 2002. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan
meningkatnya transportasi, bukan saja akan meningkatkan pembakaran BBF, namun logam berat Pb yang berasal dari pembakaran BBF tersebut juga akan memberikan
dampak yang buruk bagi kesehatan masyarakat. Atribut
sensitif keempat
adalah pencemaran
udaraemisi. Terjadinya
pencemaran atau emisi GRK di Kota Baru harus menjadi perhatian yang serius, mengingat di wilayah ini transportasi belum dapat dikelola secara baik, apalagi jika di
lokasi tersebut terjadi kemacetan, sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya peningkatan GRK terutama NO
x
, SO
x
dan CO
2
. Selain adanya pencemaran yang berasal dari Kota Baru, pencemaran udara ini juga ditambah dengan bahan
pencemar dan emisi dari lokasi lain, terutama dari jaringan jalan yang berada di pinggiran Kota Baru BSD, mengingat kendaraan dari kota baru di alihkan ke pinggir
kota, namun mengingat udara bersifat dinamis, maka udara yang berasal dari pinggiran kota tersebut, dengan adanya angin, pada akhirnya akan masuk ke dalam wilayah Kota
Baru BSD. Atribut sensitif kelima adalah ketersediaan pengolah limbah cair. Limbah cair
pada dasarnya dapat dihasilkan dari berbagai kegiatan seperti dari pertokoan, industri, perhotelan, rumah sakit, permukiman, dsb. Namun sayangnya walaupun Kota Baru
BSD adalah hunian hijau, namun limbah domestik yang ada di lokasi kajian mengindikasikan tidak pernah dilakukan pengelolaan, sehingga limbah cair domestik
akan masuk ke dalam sungai tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Kondisi yang sama juga terjadi pada limbah lain seperti limbah industri dan limbah perkotaan,
limbah rumah sakit, dsb yang hampir semuanya langsung masuk ke dalam badan air tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Oleh karena itu maka ketersediaan
instalasi pengolah limbah cair IPAL harus mendapat perhatian yang sangat serius. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka kemungkinan terjadinya kerentanan
dan kerawanan ekologis di lokasi penelitian yang merupakan lokasi yang relatif asri menjadi tidak terhindarkan dalam pengembangan kawasan Kota Baru BSD.
Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penataan daerah, baik di dalam kota baru itu sendiri,
maupun di wilayah sekitar kawasan Kota Baru BSD secara terpadu, sesuai fungsi lahan.