Pemodelan Sistem Analisis Kebutuhan

51 1. Masyarakat di lokasi penelitian  Terjaganya kondisi kesehatan masyarakat  Pencemaran lingkungan akibat terbangunnya kota baru menjadi minimal  Biaya hidup menjadi lebih terjangkau  Tersedianya sarana dan prasarana 2. Pemerintah  Memberikan perlindungan kepada masyarakat dan lingkungan.  Pelayanan dan penyediaan sarana dan prasarana dapat terpenuhi  Pencemaran air akibat limbah perkotaan menurun  Pencemaran udara akibat transportasi dan industri menurun  Peran serta masyarakat dan swasta meningkat  Pengaturan pengolahan limbah teratasi  Tidak ada masalah sampah  Sampah dapat di daur ulangproduksi bersih bernilai ekonomis  Terjadi peningkatan PDB dan PDRB 3. Akademisi  Membuat alternatifteknologi pengendalian pencemaran limbah, emisi dan sampah yang efektif, efisien dan ramah lingkungan.  Membuat alternatif model pengelolaan lingkungan yang dapat meningkatkan daya dukung lingkungan  Membuat alternatif teknologi pemanfaatan kembali limbah yang ekonomis 4. Lingkungan Hidup  Ditaatinya RTRW  Lingkungan tidak rusak sehingga aman bagi semua mahluk hidup.  Kondisi air, lahan dan udara yang tidak tercemari sehingga mampu mempertahankan keseimbangan ekologisnya 5. Pengembang  Tarif pengelolaan lingkungan berdasarkan biaya operasional  Produktifitas kegiatan tetap berlangsung  Iklim investasi sehat dan kompetitif  Sumberdaya manusia yang handal dan bertanggung jawab  Disiplin memelihara instalasi pengolah limbah dan sampah 6. LSM  Lingkungan tidak rusak dan aman bagi semua makhluk hidup.  Kondisi air, lahan dan udara yang tidak tercemari sehingga mampu mempertahankan keseimbangan ekologisnya  Tetap tingginya porsi RTH 52  Pengelolaan lingkungan lebih diutamakan dari pada kepentingan ekonomi dan sosial

b. Formulasi Masalah

Pada pendekatan sistem, pertama-tama dilakukan identifikasi permasalahan awal secara mendasar, sehingga ke depannya diharapkan akan diperoleh alternatif penyelesaian masalah sesuai dengan tingkat permasalahan yang diangkat. Adapun permasalahan dasar tersebut, secara sistematis diuraikan sebagai berikut : 1. Meningkatnya jumlah kebutuhan perumahan 2. Menurunnya ruang terbuka hijau 3. Tidak ditaatinya RTRW yang sudah disahkan 4. Masih minimnya instalasi pengolah air limbah dan penggunaan alat untuk menurunkan emisi 5. Masih minimnya kinerja instalasi pengolah limbah yang sudah dibangun 6. Tingginya biaya operasional IPAL dan TPA sampah 7. Masih adanya keterbatasan pendanaan untuk membiayai kinerja instalasi pengolah limbah domestik yang sudah dibangun 8. Relatif rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan lingkungan 9. Meningkatnya jumlah bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan di kawasan kotabaru 10. Menurunkan kualitas lingkungan dan daya dukung lingkungan 11. Perencanaan yang bersifat sektoral yang berakibat pada rendahnya koordinasi dan kerjasama lintas sektor yang kurang sinergi 12. Adanya ketidak sesuaian regulasi dari pemerintah mengenai tingkat pencemaran di perairan dan atmosfir 13. Belum teratasinya masalah pencemaran.

c. Identifikasi Sistem

Identifikasi sistem adalah rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan. Hasil identifikasi sistem dinyatakan dalam diagram input-output atau diagram lingkar sebab-akibat. Menurut Manecth dan Park 1977 secara garis besar ada enam kelompok variabel yang akan mempengaruhi kinerja sistem yang digambarkan dalam bentuk diagram input- output yakni: 53  Variabel output yang dikehendaki yang ditentukan berdasarkan analisis kebutuhan  Variabel output yang tidak dikehendaki  Variabel input yang terkontrol  Variabel input yang tidak terkontrol  Variabel input lingkungan  Variabel umpan balik sistem Diagram input-output penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 11.

d. Pembuatan Model

Disain model pengendalian lingkungan dalam pembangunan kotabaru berkelanjutan dibangun berdasarkan hasil identifikasi sistem. Setelah modelnya dibuat, selanjutnya dilakukan simulasi, verifikasi dan validasi model.

e. Simulasi Model

Model yang sudah dibuat selanjutnya dibuat simulasinya, yakni untuk melihat pola kecenderungan perilaku model. Hasil simulasi ini selanjutnya akan dianalisis dan ditelusuri faktor-faktor penyebab terjadinya pola dan kecenderungan tersebut. Hasil simulasi ini selanjutnya dijadikan dasar dalam merumuskan kebijakan yang diperlukan dalam perbaikan kinerja sistem.

f. Verifikasi dan Validasi Model

Model yang valid adalah model yang struktur dasarnya dapat menggambarkan perilaku, dan polanya dapat menggambarkan perilaku sistem nyata dan dapat mewakili data yang dikumpulkan dengan cukup akurat. Validasi model juga dibatasi oleh mental model dari penyusun model. Validasi ini perlu dilakukan agar dapat memenuhi kaidah keilmuan pada model pengendalian lingkungan dalam pembangunan kota baru berkelanjutan.