Permukiman A Model for environment control of sustainable new town development. (case study new town development of Bumi Serpong Damai

12

2.2. Kota Baru

Perkotaan didefinisikan sebagai kawasan yang kegiatan utamanya bukan di sektor pertanian dengan susunan fungsi-fungsi kawasan permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Hal ini sesuai dengan pendapat Richardson 1977 yang mengatakan bahwa kota merupakan wilayah administratif yang ditetapkan oleh pemerintah dengan kepadatan penduduk yang sangat tinggi dan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah terbangun yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lalulintas dan transportasi, dan kegiatan perekonomian utamanya adalah kegiatan perekonomian non pertanian. Menurut Gallion 1986 kota adalah wilayah geografis tertentu yang merupakan tempat terkonsentrasinya manusia, dan manusia-manusia tersebut melakukan berbagai kegiatan ekonomi. Berdasarkan definisi tersebut, maka perkotaan bisa dikatakan sebagai suatu ekosistem yang terbentuk oleh kegiatan manusia. Ekosistem kota sangat tergantung pada ekosistem lain dalam hal pemenuhan kebutuhan materi dan energi. Menurut azas lingkungan yang dikemukakan oleh Soeriaatmadja 1977 ekosistem yang kuat mantap akan mengeksploitasi ekosistem yang lebih lemah tidak mantap. Oleh karena itu maka jika tidak ada aturan dan kebijakan yang baik, maka akan terjadi eksploitasi berbagai sumberdaya alam dari ekosistem pedesaan oleh ekosistem kota. Perkembangan wilayah perkotaan dan tingginya tingkat urbanisasi ke wilayah perkotaan menyebabkan meningkatnya kepadatan penduduk serta tingginya kebutuhan lahan hunian. Tingginya lahan hunian ini menjadi faktor penggerak utama terjadinya perkembangan wilayah pinggiran kota yang tidak terkendali, yaitu urban sprawl. Urban sprawl ini terjadi karena lambatnya langkah antisipatif perencanaan dan terbatasnya kemampuan pemerintah daerah dalam menyediakan prasarana dan sarana serta dalam pengendalian tata ruang dan tata guna lahan yang dapat mendukung fungsi optimum pelayanan kepada masyarakat perkotaan. Terjadinya urban sprawl ini memunculkan berbagai permasalahan seperti menurunnya kualitas lingkungan hidup dan kualitas hunian, tidak tertatanya fisik kota, terbatasnya kapasitas penyediaan pelayanan prasarana dan sarana dasar, munculnya masalah-masalah sosial ekonomi perkotaan seperti kesenjangan sosial, kriminalitas dan pengangguran. 13 Dalam beberapa waktu belakangan ini di dalam kota atau di sekitar kota, atau malah di lokasi hinterland perkotaan sering terbentuk kota baru baik yang sebelumnya memang sudah direncanakan, maupun yang tumbuh dengan sendirinya. Visi pengembangan perkotaan ini juga terlihat dari definisi kota baru yaitu kota yang sama sekali baru direncanakan dan dikembangkan dan dibangun pada suatu wilayah baru yang di dalamnya terkandung unsur-unsur tempat tinggal yang lengkap dengan berbagai prasarana dan sarana pelayanannya, tempat berkarya, tempat rekreasi serta prasarana penggerak dan sarana perhubungan Golany, 1976. Definisi tersebut, memberi beberapa pengertian kota baru, yaitu i Kota yang lengkap, yang ditentukan, direncanakan dan dibangun di suatu wilayah yang belum terdapat konsentrasi penduduk, ii Kota yang dibangun lengkap dalam rangka meningkatkan kemampuan dan fungsi permukiman atau kota kecil yang telah ada di sekitar kota besar utama untuk membantu pengembangan dan mengurangi kota induk, iii Kota yang mandiri, mampu memenuhi pelayanan kebutuhan serta kegiatan usahanya sendiri atau sebagian besar penduduknya self-contained new town, iv Lingkungan permukiman skala besar yang dimaksudkan untuk mengatasi kekurangan perumahan di suatu kota besar secara fungsional umumnya masih bergantung pada kota induknya dependent town. Kota baru ini dapat disamakan dengan “kota satelit” dari kota utamakota inti. Menurut Urban Land Institute ULI kota baru merupakan suatu proyek pembangunan lahan yang luasnya mampu menyediakan unsur-unsur lengkap yang mencakup perumahan, perdagangan, industri, yang secara keseluruhan dapat memberikan kesempatan hidup dan bekerja di dalam lingkungan tersebut. Pada kota baru terdapat spektrum jenis dan harga rumah lengkap, ruang terbuka bagi kegiatan pasif dan aktif yang permanen dan ruang terbuka yang melindungi kawasan tempat tinggal dan dampak kegiatan industri, pengendalian, dan estetika yang kuat. Oleh karena itu maka untuk keperluan pembangunan awal, diperlukan biaya dan investasi yang cukup besar Sudjarto, 1993. Menurut Advisory Commission on Intergovernmental Relation Sudjarto, 1993, kota baru adalah: • Kota yang memungkinkan untuk menunjang berbagai jenis rumah tinggal dan kegiatan ekonomi sebagai lapangan kerja bagi penduduk di dalam lingkungan itu sendiri.