67
produk ini dengan mudahnya berganti merk dan mencoba merk-merk baru, namun dianggap lebih cocok dan aman bagi perawatan kecantikan dan
kebugarannya. Produk obat-obatan lebih jarang digunakan mengingat fungsinya yang
hanya dikonsumsi pada waktu-waktu tertentu disaat seseorang menderita sakit. Produk sabun dan daging olahan berturut-turut menempati prioritas produk olahan
minyak pala di rangking ketiga dan keempat. Dilihat dari keenam kriteria yang telah ditetapkan dalam pemilihan produk olahan unggulan minyak pala, nilai
akhir kedua produk ini berada dibawah dua produk unggulan sebelumnya yakni parfum dan kosmetik serta obat-obatan, yang menjadi pilihan responden. Hal ini
juga dipengaruhi oleh permintaan pasar yang biasanya lebih menyenangi produk sabun dan daging olahan yang sejak lama telah beredar dipasaran, jika
dibandingkan produk baru yang akan dikembangkan yakni produk olahan minyak pala, terkecuali produk sabun yang memang masuk dalam jenis kosmetik seperti
sabun-sabun yang tergolong produk perawatan kecantikan.
4.1.2 Lokasi Potensial Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala
Kabupaten Bogor terdiri dari 40 Kecamatan. Namun berdasarkan data awal luas lahan dan produksi perkebunan pala di Kabupaten Bogor tahun 2006,
dan berdasarkan jajak pendapat dengan responden yang sama melalui kuesioner, ada lima lokasi yang dinilai memenuhi kriteria. Kriteria yang digunakan juga
telah disepakati responden untuk ditetapkan menjadi pertimbangan dalam strategi dan prospek pengembangan industri produk olahan minyak pala. Kelima lokasi
tersebut adalah Taman Sari, Dramaga, Cijeruk, Ciomas, dan Caringin. Kecamatan Taman Sari terletak pada ketinggian 500 m dpl dengan kisaran
suhu antara 23 – 33˚ C dan curah hujan 3.300 mmtahun. Luas perkebunan pala di Kecamatan Taman Sari tahun 2006 kurang lebih 46 ha dan banyaknya pemilik
pohon sejumlah 503 kepala keluarga. Luas lahan kebun pala ini tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya berdasarkan data Monografi
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor tahun 2006 sejak 2002 hingga 2006.
68
Kecamatan Dramaga berada pada ketinggian 500 m dpl dengan suhu udara antara 20 – 29˚C. Sedangkan hari hujan sebanyak 172 hari dan curah hujan 350
mmtahun. Luas perkebunan pala di Kecamatan Dramaga ini kurang lebih 37 ha dan banyaknya pemilik pohon sejumlah 363 kepala keluarga. Luas lahan kebun
pala ini juga tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kecamatan Cijeruk berada pada ketinggian 549 m dpl, suhu antara
20 - 27˚C, dengan jumlah hari hujan sebanyak 18 hari, dan curah hujan 3 328 mmtahun. Luas perkebunan pala di Kecamatan Cijeruk kurang lebih 103.35 ha
dan banyaknya pemilik pohon sejumlah 1 060 kepala keluarga. Luas lahan kebun pala ini sudah jauh berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya yakni kurang
lebih 132.5 ha pada tahun 2002 berdasarkan data Dinas Kehutanan dan perkebunan Kabupaten Bogor tahun 2003.
Kecamatan Ciomas berada pada ketinggian 200 m dpl dengan suhu rata- rata 29˚C, jumlah hari hujan sebanyak 19 hari dan curah hujan 415 mmtahun,
dengan bentuk wilayah datar sampai berbukit. Luas perkebunan pala di Kecamatan Ciomas kurang lebih 43 ha dan banyaknya pemilik pohon sejumlah
433 kepala keluarga. Luas lahan kebun pala ini juga tidak mengalami perubahan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kecamatan Caringin berada pada ketinggian 556 m dpl dengan suhu minimum atau maksimum 18 - 30˚C, dan curah hujan 664 mmtahun. Luas
perkebunan pala di Kecamatan Caringin kurang lebih 15.68 ha dan banyaknya pemilik pohon sejumlah 472 kepala keluarga. Luas lahan kebun pala ini sudah
jauh berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya yakni kurang lebih 45 ha pada tahun 2002.
Hasil analisis untuk pemilihan lokasi industri produk olahan minyak pala dapat dilihat pada Tabel 9. Kriteria-kriteria pada Tabel 9 ditetapkan dengan
mempertimbangkan kontinuitas industri produk olahan minyak pala yang mengacu kepada kecukupan bahan baku luas lahan, kesesuaian agroklimat
tanaman pala, kelancaran produksi dari industri tersebut yang bergantung kepada fasilitas penunjang, keamanan berusaha, dan juga pemasaran produk olahan
minyak pala nantinya yang bergantung kepada kemudahan transportasi, dan akses konsumen.
69
Tabel 9 Penentuan Lokasi Potensial Pengembangan Industri Produk Olahan Minyak Pala
Nilai Alternatif Lokasi No
Kriteria Bobot
Taman Sari
Dramaga Cijeruk
Ciomas Caringin
1 Kemudahan Transportasi
5 4.00 4.00
3.50 3.75
3.75 2 Akses
Konsumen 5 3.75
4.00 2.50
4.25 2.75
3 Keamanan Berusaha
4 4.25 4.25
3.75 4.25
4.00 4 Luas
Lahan 4 4.00
3.25 4.25
4.00 3.50
5 Ketersediaan Fasilitas
4 4.00 4.25
3.50 4.25
3.75 6 Kesesuaian
Agroklimat 3 3.50
3.25 3.50
3.25 4.00
TOTAL 2.647
2.846 1.340 3.071
1.567 RANKING
3 2
5 1
4
Luas lahan. Kriteria ini mengacu kepada luas lahan kebun pala, mengingat bahwa pala sebagai bahan baku dari industri yang akan dikembangkan.
Luas lahan kebun pala mempengaruhi berapa banyak pohon pala yang bisa tumbuhditanam dan pada akhirnya akan menentukan banyaknya fuli dan biji pala
yang dihasilkan, sehingga secara langsung akan mempengaruhi kecukupan akan bahan baku dan kelangkaan akan bahan baku dapat dihindari.
Kesesuaian agroklimat. Kriteria ini menentukan produktivitas tanaman pala. Agroklimat yang dimaksud adalah kondisi tanah, kelerengan, dan iklim.
Hal-hal tersebut perlu dikaji karena menyangkut masalah persyaratan tumbuh tanaman pala yang tentu saja berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, agar
tanaman dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Tabel 10 Kesesuaian Lingkungan Tanaman Pala Rosman et.al, 1989
Kriteria Lokasi Variabel
Amat Sesuai Sesuai
Hampir Sesuai Ketinggian d.p.l
Curah hujan mmth Hari hujan
Temperatur ºC Kelembaban nisbi
Drainase Tekstur tanah
Kemasaman pH 0 – 700 m
2000 – 3500 100 – 160
25 – 28 60 – 80
Baik Barpasir
Netral 700 – 900 m
1500 – 2000 80 – 100 atau
160 – 180 20 – 25
55 – 60 Agak baik sd baik
Liat berpassir lempung berpasir
Agak masamnetral 900 m
1500 – 4500 80 atau 180
25 atau 31 55 atau 85
Agak baik Liat atau berpasir
Transportasi. Transportasi merupakan bagian utama dari sarana dan prasarana terutama sangat membantu dalam penyediaan bahan baku, akses
konsumen dan pemasaran produk olahan minyak pala. Biaya transportasi yang terlalu tinggi seperti kurangnya fasilitas angkutan ataupun jalan atau jarak dengan
70
bahan baku yang terlalu jauh, akan menyebabkan biaya operasional yang terlalu tinggi. Pada akhirnya biaya yang dikeluarkan dengan nilai ekonomis yang
didapatkan tidak seimbang. Fasilitas penunjang. Fasilitas yang dimaksudkan dalam salah satu kriteria
penentuan lokasi potensial pengembangan industri industri produk olahan minyak pala adalah sarana komunikasi, listrik, dan air. Sarana komunikasi yang utama
adalah saluran telepon dan kemudahan untuk mengakses informasi yang disediakan oleh Pemerintah baik informasi mengenai daerah pemasaran ataupun
informasi lainnya. Ketersediaan air dan listrik merupakan kebutuhan dasar bagi pengelolaan industri karena energi dari listrik menjadi input untuk mesin-mesin
pengolahan atau alat-alat lain. Akses konsumen. Kriteria ini menggambarkan kedekatan daerah penjualan
dengan konsumen utama dan menentukan kelancaran dari pemasaran produk olahan minyak pala tersebut. Kurangnya akses konsumen akan merugikan bagi
produsenpelaku industri khususnya karena terjadi penumpukan produk, kerusakan produk, dan tingginya biaya penyimpanan. Akses konsumen juga harus
mempertimbangkan ruang lingkup pemasaran, apakah hanya untuk pasar lokal atau juga akan menjangkau pasar internasional.
Keamanan berusaha. Keamanan berusaha menggambarkan kondisi iklim usaha yang didukung oleh penerimaan masyarakat terhadap keberadaan industri
produk olahan minyak pala. Keberadaan industri harus memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat terutama masyarakat sekitar sehingga
mereka akan terus berperan aktif membangun industri tersebut. Dukungan masyarakat sangat penting bagi kelanjutan usaha industri. Industri yang tidak
memperhatikan kepentingan masyarakat akan menimbulkan konflik-konflik yang akan mengganggu jalannya industri secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner melalui metode MPE, maka didapatkan hasil bahwa sebaiknya industri produk olahan minyak pala
dikembangkan di daerah Ciomas. Memang dari segi potensi industri unggulan kecamatan, Kecamatan Caringin saat ini memiliki potensi dengan adanya industri
minyak resin pala dan industri minyak nilam. Namun apabila industri yang akan dikembangkan ditempatkan di Kecamatan Caringin, maka faktor kendala utama
yang menjadi bahan pertimbangan serius adalah akses konsumen dan kecukupan
71
akan bahan baku. Dibutuhkan waktu tempuh yang lebih lama untuk mencapai Caringin dari pusat kota dibandingkan alternatif kecamatan lainnya. Disamping
itu saat ini luasan kebun pala di Kecamatan Caringin sudah jauh berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan jika dilihat dari kesesuaian lingkungan agroklimat tanaman pala dan luas kebun pala yang benar-benar ada saat ini, Kecamatan Cijeruk dan
Kecamatan Taman Sari amat sesuai untuk tempat tumbuh tanaman pala. Namun keduanya juga terletak cukup jauh dari pusat kota, disamping kemudahan
transportasi dan akses konsumen kedua kecamatan ini yang masih berada dibawah kecamatan Ciomas. Hal ini juga dikhawatirkan menjadi kendala utama dalam hal
biaya transportasi dan jangkauan pasar terhadap industri produk olahan minyak pala yang akan dikembangkan. Fasilitas penunjang di kedua tempat ini juga
kurang memadai dibandingkan Kecamatan Ciomas. Sehingga pilihan responden adalah daerah Ciomas yang relatif masih terdapat kebun pala cukup luas kurang
lebih 43 Ha. Jarak Ciomas dari pusat kota maupun kecamatan lain seperti Dramaga
yang memiliki potensi industri manisan pala relatif lebih dekat. Dengan pemanfaatan biji dan fuli pala yang berasal dari Dramaga dapat menjadi solusi
pemenuhan kelangkaan bahan baku industri yang akan dikembangkan nantinya. Batas wilayah Kecamatan Ciomas secara administratif adalah sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Dramaga dan Kota Bogor, sebelah Timur berbatasan dengan Kota Bogor, sebelah Barat dengan kecamatan Dramaga, dan
sebelah selatan dengan kecamatan Taman Sari. Dilihat dari batas wilayah tersebut, Kecamatan Ciomas berbatasan langsung dengan akses pasar yakni Kota
Bogor dan otomatis Ibu Kota Negara. Sementara itu Kecamatan Ciomas juga berbatasan langsung dengan Dramaga dan Taman Sari yang masih memiliki
luasan kebun pala masing-masing kurang lebih 37 Ha dan 46 Ha, dengan tingkat kesesuaian agroklimat amat sesuai untuk lingkungan tumbuh tanaman pala, secara
teknis apabila Kecamatan Ciomas mengalami kelangkaan bahan baku, kekurangan itu dapat dipenuhi dari kedua wilayah ini dengan biaya transportasi
yang relatif murah. Selain itu Kecamatan Ciomas juga memiliki wilayah terluas dibanding empat alternatif wilayah lainnya, sehingga jika perluasan areal tanaman
72
pala diperlukan, Ciomas menjadi pilihan prioritas dengan luas wilayah saat ini kurang lebih 6 373.62 Ha atau 63.73 Km.
Sarana transportasi di Kecamatan Ciomas didukung oleh Jalan dan Jembatan dengan kondisi jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat
sepanjang 58 km, dan relatif lengkapnya sarana jaringan telpon 10 824 pelanggan, listrik PLN 23.891 pelanggan, jumlah telepon umum 175 unit,
serta wartel 73 unit berdasarkan survei lapang tahun 2005 BAPPEDA Kab Bogor 2005. Iklim usaha di daerah Ciomas juga cukup kondusif dalam arti
penerimaan masyarakat akan industri cukup baik, tenaga kerja juga cukup tersedia terutama dari penduduk setempat. Industri yang tumbuh di kecamatan ini
berdasarkan survei lapang tahun 2005 adalah industri dalam skala industri besar 3 buah, industri sedang 4 buah, dan industri kecil 1 064 buah dengan potensi
unggulan kecamatan saat ini adalah industri sandal dan sepatu serta budidaya ikan hias, yang ditunjang oleh lembaga perbankan setingkat BPR.
4.2 Analisis Kelayakan Industri Produk Olahan Minyak Pala 4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran