Paritas Frekuensi pemeriksaan kehamilan

kelainan bentuk plasenta, perkapuran plasenta, faktor janin seperti kelainan kromosom, hamil kembar, infeksi dalam rahim, cacat bawaan Manuaba dkk, 2010.

5.2.2 Paritas

Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan paritas di RS Santa Elisabeth tahun 2009-2013 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Paritas di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 Berdasarkan gambar 5.7 dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR tertinggi berdasarkan paritas adalah nullipara 49,0 dan terendah adalah multipara 18,8. Penelitian K.S. Negi dkk tahun 2003-2004 di Dehradun tingkat BBLR tertinggi terdapat pada ibu yang melahirkan untuk pertama kali yaitu 38,6 dan terendah yaitu paritas 3 10,6. Sebesar 2,0 paritas ibu yang tidak tercatat merupakan rujukan dari rumah sakit lain, dalam hal ini ibu yang dirujuk sebelum melahirkan atau bayi yang dirujuk dengan keluhan. 49.0 30.2 18.8 2.0 Nullipara Primipara Multipara Tidak tercatat Universitas Sumatera Utara Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan diri yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Oleh karena itu, kehamilan yang normal pun mempunyai risiko walaupun ringan. Ada beberapa keadaan yang menambah risiko kehamilan, salah satunya melahirkan lebih dari empat kali. Semakin banyak ditemukan faktor risiko pada ibu hamil, semakin tinggi risiko kehamilannya. Risiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara lansung menyebabkan kesakitan atau kematian pada ibu dan bayinya Syafrudin dan Hamidah, 2009.

5.2.3 Frekuensi pemeriksaan kehamilan

Proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR berdasarkan frekuensi pemeriksaan kehamilan di RS Santa Elisabeth tahun 2009-2013 dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 5.8 Diagram Pie Proporsi Ibu yang Melahirkan Bayi BBLR Berdasarkan Frekuensi Pemeriksaan Kehamilan di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2009-2013 Berdasarkan gambar 5.8 dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang melahirkan bayi BBLR dengan frekuensi pemeriksaan ≤ 4 kali adalah 5,4 dan 4 kali 90.6 5.4 4.0 ≤ 4 kali 4 kali Tidak tercatat Universitas Sumatera Utara 90,6. Sebesar 4,0 frekuensi pemeriksaan kehamilan ibu yang tidak tercatat merupakan rujukan dari rumah sakit lain, dalam hal ini ibu yang dirujuk sebelum melahirkan atau bayi yang dirujuk dengan keluhan. Selama pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan dapat mengidentifikasi kondisi tertentu seperti uterus atau leher rahim abnormal yang dapat meningkatkan risiko ibu melahirkan bayi BBLR. Perawatan prenatal juga dapat menghubungkan wanita dengan layanan yang bertujuan membatasi kebiasaan merokok dan meningkatkan asupan gizi Shore, 2009. Dalam antenatal care harus diusahakan agar, wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang-kurangnya harus sama sehatnya atau lebih sehat, adanya kelainan fisik dan psikologik harus ditemukan dini dan diobati, ibu melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat Prawirohardjo dkk, 2005. Pemeriksaan antenatal yang baik bukan hanya dilihat dari jumlah kunjungan tapi juga kualitasnya. Pemeriksaan ini harus dilakukan secara benar sesuai denga n standar pelayanan antenatal 10 T Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai Status Gizi ukur lingkar lengan atas, ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin DJJ, skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid TT bila diperlukan, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium rutin dan khusus, tatalaksana kasus, temu wicara konseling, termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi P4K serta KB pasca persalinan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan Universitas Sumatera Utara pelayanan antenatal kepada ibu hamil seperti dokter spesialis kebidanan, dokter, bidan dan perawat. Bila kehamilan termasuk risiko tinggi perhatian dan jadwal kunjungan harus lebih ketat. Namun, bila kehamilan normal jadwal asuhan cukup empat kali. Hal ini berarti, minimal dilakukan sekali kunjungan antenatal hingga usia kehamilan 28 minggu K1, sekali kunjungan antenatal selama kehamilan 28-36 minggu K2 dan sebanyak dua kali kunjungan antenatal pada usia kehamilan di atas 36 minggu K3 dan K4 Prawirohardjo dkk, 2008.

5.2.4 Riwayat kehamilan