BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Generasi penerus bangsa adalah kunci utama bagi masa depan sebuah negara. Baik atau buruknya masa depan suatu negara ditentukan oleh generasi
penerus. Maka sebab itu, sebuah generasi penerus harus dibenahi agar tidak sampai menyimpang dari harapan suatu bangsa. Penyimpangan yang
dimaksudkan dapat berupa berbagai hal. Misalnya saja perilaku seks bebas, penyalahgunaan narkoba, perceraian, aborsi, dan lain sebagainya.
Masalah penyalahgunaan narkoba telah dikenal sejak lama di Indonesia. Penyalahgunaan narkoba mempunyai sejarah yang panjang pula. Di zaman
penjajahan Belanda, di Indonesia malah ada mentri candu dengan tugas menyediakan candu dan secara resmi dan teratur dibagikan kepada mereka yang
telah terikat ketagihan akan narkoba tersebut. Di samping itu sejarahpun mencatat terjadinya perang candu 1834–1842 antara Inggris dan Cina. Bentrok
antara Inggris dan Cina itupun mempunyai latar belakang setelah ada kekuatan antara Inggris dan Portugal terjadi dalam perebutan hegomoni di laut yang yang
dimenangkan oleh Inggris yang terkenal waktu itu sebagai suatu negara yang mempunyai kebolehan di lautan dengan armada lautnya yang tangguh ingin
menguasai daratan Cina setelah berhasil menanamkan kuasanya di India dan mengikis pegaruh Portugal di sana. Dan sejak itu pula muncul ke permukaan
bahwa candu telah digunakan sebagai alat strategi taktis memperluas teritorial di
daratan Cina, yaitu jatuhnya Hongkong dan pelabuhan Canton menjadi daerah teritorial Inggris www.bainfokomsumut.go.id.
Kasus-kasus penyalahgunaan narkotika, dan bahan zat apapun bentuknya yang menyebabkan seseorang menjadi terikat memakainya addicted tidak pula
dapat diselesaikan oleh satu profesi, tetapi harus ditangani oleh multiprofesional, oleh dokter, psikolog, sosiolog, antropolog, social worker, agamawan dan yang
paling penting adalah peran orangtua, karena orangtualah sepatutnya yang menjadi instansi pertama yang mendidik anggota keluarga sedini mungkin dengan
nilai-nilai moral dan sosial yang utuh dan tangguh. Generasi muda, pelajar dan mahasiswa, orang tua, informal leader,
organisasi-organisai sosial sangat berperan di segala bidang kegiatan untuk sama- sama berupaya menekan lajunya perkembangan meningkatnya kejahatan bidang
narkotika. Berbagai upaya dapat dilakukan terutama bidang pencegahan, pemberian informasi baik dalam organisasi masyarakat yang terkoordinir secara
baik loc. cit., 17.04.2008. Penyalahgunaan narkoba belakangan ini di Indonesia bisa dikatakan sudah
kelewat batas. Telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan kelangsungan hidup bangsa-negara tercinta ini. Wabah narkoba telah mencemari
dunia pendidikan pada umumnya, generasi muda produktif pada khususnya. Mulai dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi telah terjebak jaringan gelap obat
terlarang. Anak yang masih duduk di bangku SD ada yang sudah mulai “berkencan” dengan narkoba. Apalagi yang lebih dewasa, lebih berpengalaman
dalam bermain dengan zat-zat yang tanpa disadari mengancam keselamatan
jiwanya. Lebih parah lagi, tempat pendidikan yang seharusnya steril seperti Pondok Pesantren ternyata ada yang kecolongan, diterobos “barang haram” ini.
Ancaman narkoba bagi generasi muda tidak boleh dianggap sepele. Problem narkoba harus benar-benar dicermati, dihayati, dan mendapat perhatian
dari semua pihak tanpa kecuali, karena berkaitan dengan nasib bangsa-negara, maka sangat mendesak segera dicari solusi pencegahan, penanggulangan, dan
pemberantasannya. Dari penelitian Hawari, dalam bukunya “Penyalahgunaan dan
Ketergantungan NAZA” Hawari, 2001:88, pada umumnya alasan anak atau remaja menggunakan narkoba sehingga terlibat penyalahgunaan sampai menjadi
ketergantungan adalah sebagai berikut: 1
Kepercayaan bahwa narkoba dapat mengatasi semua persoalan 26,7 2
Untuk memperoleh kesenangan atau kenikmatan 36,1 3
Untuk menghilangkan rasa sakit atau tidak senang atau tidak enak lesu, kurang bergairah, dan sejenisnya 40,2
4 Untuk memperoleh ide, pikiran baru atau ilham 13,3
5 Agar dapat diterima oleh teman kelompok sebaya peer group 17,3
6 Untuk menghilangkan rasa rendah diri dan supaya bisa bergaul 34,7
7 Rasa ingin tahu dan ikut-ikutan 62,7
8 Sebagai pernyataan ketidakpuasan atau kekecewaan terhadap orangtua,
sekolah atau keadaan 44,1 9
Untuk menghilangkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, kemurungan, sukar tidur dan kesakitan 88,1
10 Alasan lain, iseng dan coba-coba 6,7.
Banyak penyebab korban terjerumus perangkap narkoba, diantaranya adalah:
1 Kurang harmonisnya hubungan keluarga di rumah tangga
2 Makin tipisnya kadar keimanan ketakwaan generasi muda
3 Sangat kuatnya pengaruh lingkunganteman sebaya
4 Kurang peka-nya organisasi remajapemuda, keagamaan, LSMOrnop dan
tokoh masyarakat setempat 5
Masih rendahnya kepedulian para pendidik terhadap anak didik 6
Kurang efektifnya pengawasan tempatsarana hiburan dan fasilitas jasa yang sering disalahgunakan
7 Kurang seriusnya aparat terkait dalam memberantas tuntas jaringan gelap
narkoba 8
Krisis ekonomi yang masih terus berkelanjutan. Dalam upaya memerangi narkoba, tindakan pencegahan hendaknya lebih
diutamakan, tanpa mengurangi pentingnya solusi pengobatan korban, pengedalian kasus, dan pemberantasan tuntas mafia obat berbahaya ini. Diperkirakan tidak
kurang dari 10 penduduk negeri ini terlibat narkoba, baik sebagai pemakai, agen, pembuatprodusen, maupun bandarnya, termasuk pem-backing yang
memuluskan usaha gelap ini. Tindakan preventif diawali dari keluarga. Pendidikan pertama dan utama
berlangsung dalam keluargarumah tangga. Rumah adalah tempat awal proses tumbuh-kembang nilai luhur, sikap mental positif, menididik, mengarahkan, dan
mengawasi perilaku anak dengan penuh kasih sayang dalam keimanan ketakwaan tinggi. Keteladanan orang tua sangat menentukan kualitas anak, karena anak
bersifat imitative, anak lelaki ingin serupa ayahnya, anak perempuan ingin serupa ibunya.
Namun, tidak banyak keluarga yang mampu memberikan pendidikan yang diperlukan oleh anak sebagai dasar seorang anak untuk tumbuh berkembang.
Anak-anak yang tidak mendapatkan informasi dan didikan yang baik dari keluarga, akan dengan sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya.
Maksudnya adalah, jika anak bergaul dengan lingkungan yang buruk, misalnya lingkungan narkoba, maka dengan mudah anak tersebut akan ikut terjerat ke
dalam dunia narkoba. Sebab si anak tidak memiliki dasar yang jelas dan kuat. Penyalahgunaan narkoba di Propinsi Sumatera Utara Sumut ternyata
cukup tinggi. Indikatornya adalah data penyalahgunaan narkoba dari tahun 2004 hingga 2007 menunjukkan grafik yang meningkat cukup signifikan. Berdasarkan
data, hingga akhir November 2007 tercatat kasus penyalahgunaan narkoba yang ditangani Polda Sumut mencapai 2.769 kasus dengan jumlah tersangka 3.875
orang. Padahal pada tahun 2004 kasus narkoba baru 1.303 kasus dengan tersangka 1.757 orang. Meningkat menjadi 2.089 kasus dengan tersangka 2.982 orang di
tahun 2005. Selanjutnya meningkat lagi di tahun 2006 menjadi 3.207 kasus dengan tersangka 4.842 orang www.politikindonesia.com, 17.04.2008.
Grafik tersebut, disikapi Polda Sumut dengan terus melakukan upaya pencegahan melalui langkah preventif dan tindakan persuasif. Langkah preventif
dengan menggandeng berbagai kalangan untuk secara bersama-sama melakukan penyuluhan. Sedangkan tindakan persuasif dilakukan dengan melakukan
penangkapan dan menindaklanjutinya ke pengadilan loc. cit., 17.04.2008.
Banyak korban penyalahgunaan narkoba berjatuhan diakibatkan kurangnya informasi yang diterima mereka tentang bahaya penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba. Keadaan ini mendorong pemerintah Propinsi Sumatera Utara untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat dengan cara
mensosialisasikan permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelapnya. Maka pemerintah Propinsi Sumatera Utara bekerjasama dengan Gerakan Anti Narkoba
Indonesia mendirikan sebuah lembaga dengan nama Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara yang disingkat dengan PIMANSU.
Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara PIMANSU hadir sebagai bentuk pencegahan beredarnya penyalahgunaan narkoba. Sebelum
berdirinya PIMANSU, telah disadari bahwa peningkatan peredaran gelap narkoba di masyarakat begitu pesat. Sehingga upaya yang diperlukan pertama sekali
adalah pencegahan. Agar masyarakat yang belum mengkonsumsi narkoba dan yang tidak tahu apa itu narkoba bisa menjaga diri dari bahaya narkoba.
Berikut tabel data yang membuktikan begitu besar jumlah kejahatan narkoba di Sumatera Utara
Data Tersangka Kejahatan Narkoba di Sumatera Utara Berdasarkan Tangkapan Kepolisian per Polsek
Diakses dari Media Cetak Tahun 2007 No. Daerah
Jumlah Tersangka
01. Medan 1146
02. Langkat
149 03.
Tebing Tinggi 139
04. Deli Serdang
114 05.
Binjai 111
06. Simalungun
107 07.
Asahan 97
08. Labuhan Batu
55 09.
Tanjung Balai 51
10. Pematang Siantar
38 11.
Serdang Bedagai 32
12. Karo
22 13.
Madina 19
14. Tapanuli Tengah
14 15.
P. Sidempuan 13
16. Sibolga
12 17.
Tapanuli Selatan 8
18. Dairi
8 19.
Tapanuli Utara 4
20. Nias
4 21.
Samosir 1
22. Nias Selatan
23. Tobasa
24. Humbahas
25. Pakpak Barat
Jumlah 2144
Sumber: Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara PIMANSU Divisi Litbang GAN Indonesia
Data Barang Bukti Kejahatan Narkoba di Sumatera Utara Berdasarkan Tangkapan Kepolisian Diakses dari Media Cetak
Tahun 2007
Jenis Narkoba
Kg Amplop
Bungkus Batang Ons Gram
Linting Paket Butir
Ganja 4567
7596.8 3198
5449 234
11351 81
- -
Shabu- shabu
- -
- -
28 1911
- 538
- Putaw
- -
- -
514.6 -
116 -
Ekstasi -
- -
- -
- -
- 4271.8
Lain-lain -
- -
- -
- -
- 623
Sumber: Pusat Informasi Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara PIMANSU Divisi Litbang GAN Indonesia
Berdasarkan data-data yang diatas, memang selalu diperlukan upaya untuk pencegahan peredaran penyalahgunaan narkoba. Maka keseriusan dari pihak-
pihak yang terkait dengan upaya pencegahan penyalahgunaan narkoba tersebut selalu diperlukan masyarakat.
Melihat kondisi peredaran dan penyalahgunaan narkoba yang terjadi, penulis tertarik untuk melihat bagaimana sebenarnya upaya dari Pusat Informasi
Masyarakat Anti Narkoba Sumatera Utara PIMANSU dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya.
B. Perumusan Masalah