Kebijakan Penataan Kawasasan Kumuh

model yang akan digunakan penataan kumuh tersebut yaitu dengan menyatukan lahan milik masyarakat yang selanjutnya di bangun rumah susun. Proses pelaksanaan rencana kebijakan tersebut, tidak mudah diimplentasikan karena banyak tantangan baik dari pihak masyarakat maupun dari pihak politis yang tidak menginginkan rencana kebijakan penataan kawasan kumuh dengan pembangunan rumah susun berjalan dengan lancar. Menurut Dun 2000:22 kebijakan adalah serangkaian aktivitas intelektual yang dilakukan didalam proses kegiatan yang pada dasarnya bersifat politis. Lebih lanjut Leung 1971:70 menyatakanKebijakan memiliki 3 unsur yaitu kebijakan harus merupakan suatu keinginan dari urusan-urusan negara, kebijakan harus dilaksanakan secara sadar dengan maksud tertentu berupa keputusan dan tindakan, dan kebijakan harus dapat dikenal dan mempunyai hubungan yang erat antara keinginan dan urusan-urusan Negara serta hubungan antara keputusan dan tindakan.

2.2 Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu tujuan pembangunan adalah berupaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat untuk dapat terlibat dan berpartisipasi dalam proses transformasi sosial social transformation melalui keterlibatannya dalam kegiatan ekonomi, sosial dan politik. Untuk itu pemerintah berperan dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan berbagai kebijakan dan program yang terarah untuk meningkatkan kapasitas masyarakat atau pemberdayaan masyarakat dengan mengembangkan peran dan keterlibatan pelaku - pelaku di lingkungan pemerintah dan di masyarakat. Konsep pemberdayaan masyarakat muncul dari antitesis terhadap model pembangunan ekonomi dan industrialisasi yang kurang memihak pada rakyat mayoritas. Kritik proses tersebut dibangun dari asumsi dan kerangka logik sebagai berikut : 1. Proses pemusatan kekuasaan terbangun dari pemusatan penguasaan faktor produksi 2. Pemusatan kekuasaan faktor produksi akan melahirkan masyarakat pekerja yang lemah dan masyarakat pemilik produksi yang kuat 3. Kekuasaan akan membangun struktur atau sistem pengetahuan, sistem politik, sistem hukum dan ideologi yang manipulatif untuk memperkuat legitimasi 4. Kooptasi sistem pengetahuan, sistem hukum, sistem politik dan ideologi, secara sistematik akan menciptakan dua kelompok masyarakat yaitu, masyarakat berdaya dan masyarakat tidak berdaya. Menurut Friedman dalam Sabaruddin 2003:4, pemberdayaan harus dimulai dari rumah tangga atau keluarga. Pemberdayaan keluarga adalah pemberdayaan yang mencakup aspek sosial, politik dan psikologis. Pemberdayaan sosial adalah usaha bagaimana keluarga yang lemah untuk memperoleh akses informasi, akses pengetahuan dan keterampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial, dan akses sumber- sumber keuangan. Pemberdayaan politik adalah usaha bagaimana keluarga yang lemah untuk memiliki akses dalam proses pengambilan keputusan publik yang mempengaruhi masa depan mereka. Serta pemberdayaan psikologis adalah usaha bagaimana membangun kepercayaan dari setiap keluarga yang lemah agar mereka dapat berinteraksi dengan masyarakat dalam mengembangkan kegiatan sosial ekonominya. Berdasarkan kutipan di atas, salah satu pendekatan pemberdayaan masyarakat, yaitu perlu melibatkan masyarakat dalam proses penataan ruang maupun dalam proses membangun atau menjadikan masyarakat subjek pembangunan sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

2.3 Konsep Rumah

Susun 2.3.1 Pengertian Rumah Susun Pengertian rumah susun menurut Undang-Undang RI No. 16 tahun 1985 adalah bangunan gedung yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat memiliki dan digunakan secara terpisah terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 60PRT1992 tentang